Jimmy, salah satu aktivis
Stube-HEMAT Yogyakarta berangkat ke Taiwan mengikuti kegiatan dengan
tema “2017 I Love Taiwan
Mission Camp: Thy Name”, sebuah program kemah pemuda
internasional yang diselenggarakan oleh Gereja Presbiterian di Taiwan. Ketertarikan
untuk berangkat
dimulai dari berita yang
diposting Stube-HEMAT pada akun Facebook-nya bulan Februari lalu. Program ini hanya
menanggung biaya akomodasi mereka selama di sana, sedangkan tiket
pesawat baik berangkat
ataupun pulang ditanggung oleh masing-masing peserta. Berlangsung dari tanggal 28 Juni 2017 sampai dengan 15 Agustus 2017,
kegiatan ini diikuti oleh pemuda-pemudi dari berbagai negara seperti
Malaysia, Korea, Jerman, Belanda, Jepang dan Indonesia. Jimmy merupakan satu-satunya
peserta yang berasal dari Indonesia yang mengikuti kegiatan tersebut.
Tujuan dari kegiatan I
Love Taiwan atau ILT ini adalah: agar para muda saling
mengenal dan membangun jejaring yang dimulai dari “Thy Name” (Your Name).
Dengan mengenal nama, maka orang akan saling mengenal dan diharapkan akan lebih
mengenal penciptaNya, yakni Tuhan kita. Kegiatan ini diselenggarakan sekaligus untuk memperingati 500 tahun Reformasi gereja.
“Hajatan ini
juga untuk mengumpulkan
anak muda dari berbagai negara yang memiliki jiwa peduli pada
sesama untuk ikut ambil
bagian dalam pelayanan, berbagi dan belajar di gereja-gereja lokal di Taiwan. Anak-anak muda bisa belajar mengenal budaya negara lain terutama kehidupan dan
pergumulan gereja-gereja dalam menghadapi permasalahan-permasalahan sosial di
dalam masyarakat”, Jimmy menjelaskan.
Banyak pemahaman
dan pengetahuan baru diperoleh sebab selain diberi waku untuk berkeliling kota, peserta juga mendapat kesempatan berangkat
ke gereja pedalaman yang merupakan gereja lokal suku AMIS dan BUNUN, dua dari enambelas suku asli Taiwan. Peserta
belajar
dan berbagi bersama
sekolah minggu, remaja pemuda dan orang tua di sana.
“Bagi saya, kegiatan
selama disana sangat berkesan sebab saya dapat bertukar informasi dan juga berbagi tentang
budaya Indonesia. Saya bersyukur dapat mengikuti kegiatan ini, sebab saat ini untuk mencari pekerjaan, kita harus melampirkan beberapa
sertifikat keahlian dan pengalam. Saya diberi sertifikat dari
program tersebut dan ini akan membantu saya jika melamar pekerjaan”, tambah Jimmy.
Jimmy berharap dapat
menerapkan konsep Summer Camp PCT ke Gereja asal di Sulawesi Tengah
untuk mengumpulkan anak-anak muda dari berbagai negara, sehingga mereka saling
kenal dan membuka wawasan internasional. Dia juga berharap agar di tahun-tahun yang akan datang
kegiatan seperti ini dapat dilakukan lagi karena memberi peluang bagi anak muda Indonesia untuk
mengembangkan diri dan berani tampil di acara-acara internasional. (SAP).



Komentar
Posting Komentar