PROGRAM CAPACITY BUILDING
Eksposur Kiat Esemka
Ajang Peningkatan Kapasitas Mahasiswa
Stube-HEMAT Yogyakarta
Bukan latah dalam eforia
mobil nasional apabila mahasiswa yang tergabung dalam lembaga Stube-HEMAT,
sebuah wadah yang memfasilitasi mahasiswa dengan program-program pendampingan
mahasiswa yang berorientasi untuk memahami dan memanfaatkan hidup secara
efisien, mandiri, analitis dan tekun, bersemangat berkunjung ke Solo dan
belajar mengenai perintisan mobil nasional ini. Di tengah kehausan akan
keberpihakan pada potensi lokal yang dimiliki serta tuntutan bagi semua orang
untuk terus menerus meningkatkan potensi diri, sebanyak 20 mahasiswa yang
datang dari berbagai daerah di Indonesia ini mencoba menggali informasi dari
para aktor pelaku yang terlibat langsung.
Proses belajar diawali
dari kantor Walikota Surakarta dan berlanjut di Kiat Motor Klaten pada 16 Februari 2012. Meskipun sayang sekali tidak berhasil bertemu dengan branding-icon mobnas, Joko Widodo,
mahasiswa terpaksa puas berdialog dengan asisten administrasi Joko Pangarso
bersama beberapa anggota Komisi 3 DPRD Lampung Tengah mengenai perkembangan
Kota Solo, strategi pembangunan, pemberantasan kemiskinan, peningkatan
kesejahteraan masyarakat, pemasukan asli daerah dan sedikit tentang mobnas.
“Ada TPKD, yakni tim
pengendali kemiskinan daerah yang membidangi permasalahan kemiskinan di kota
ini. Tim tersebut diantaranya Bidang Kesehatan dan Pendidikan dalam bentuk
bantuan kesehatan dan pendidikan masyarakat Surakarta. Dinas-dinas teknis dalam
melakukan pengentasan kemiskinan adalah penataan lingkungan kumuh dan
pemberdayaan masyarakat kecil,” jelas Joko Pangarso menjawab pertanyaan
mahasiswa. “Satpol PP kami tidak dilengkapi dengan penthung dan benda-benda yang menyulut kekerasan, tetapi dengan
kalimat-kalimat halus untuk merelokasi PKL, komunikasi dan dialog karena pasar
tradisional merupakan aset penting kota Surakarta.” Joko Pangarso mengakui
bahwa mobnas saat ini dalam tahap branding
yang masih perlu ditunjang dengan manajemen produk dan konsumen salah satunya
dengan menetapkan mobil ini sebagai mobil dinas.
Pertemuan dengan
Bachruddin Sukiat dikenal dengan Pak Kiat, di Kiat Motor Klaten menjadi
pelengkap proses belajar memahami bagaimana seseorang mengembangkan potensi
diri. Pembawaannya yang sederhana, ramah dan komunikatif, membuat para
mahasiswa Stube tercengang-cengang dengan kisahnya yang sungguh inspiratif
untuk selalu haus berbuat baik bagi bangsa, “Saya hanya sebagai pembuka ‘pintu’
dan nanti generasi mudalah yang diharapkan meneruskan dan terus
menyempurnakan,” paparnya dengan berfilosofi niteni, artinya mengamati, nirokke
yang berarti menduplikasi secara lebih kreatif dan inovatif menurut ilmunya
masing-masing, dan nambahi artinya
modifikasi.
Belajar dari perjalanan
kehidupan Pak Kiat dan bagaimana strategi pembangunan Kota Surakarta, membuat mahasiswa
Stube lebih bersemangat meningkatkan kapasitas diri di tengah era globalisasi
yang menuntut mahasiswa meng-upgrade
diri terus-menerus dan berusaha jangan sampai menjadi budak di negeri sendiri. (KUN)
Meningkatkan kapasitas untuk mempertahankan diri dari perubahan zaman. Semakin zamn maju semakin tak terbendung yang namanya perubahan. Menambah kapasitas adalah upaya strategis untuk menghadapi isu-isu tersebut. Menambah kapasitas untuk menjadi orang "GILA" yang anti kemapanan.
BalasHapus(Ken Arok).