Diskusi Potensi Bambu dan
Konservasi Lingkungan
Wisma PU Yogyakarta, 17 Mei 2012
Kata “Bambu” sudah tidak
asing di telinga kita. Bambu sudah sejak lama dimanfaatkan untuk bangunan
rumah, berbagai perabotan, alat-alat pertanian, seni dan kerajinan,
alat musik, dan makanan. Selain pemanfaatan bambu dalam bidang konstruksi
dan usaha mebel, bambu juga dimanfaatkan untuk reboisasi, pelestarian air
dan lingkungan. Meskipun bambu memiliki manfaat yang luar biasa, kenyataannya,
bambu belum menjadi prioritas untuk dikembangkan oleh penduduk Indonesia.
Mengenal dan menggali
lebih dalam tentang Bambu dan permasalahannya di Indonesia menjadi
kerinduan mahasiswa-mahasiswi Kristiani yang tergabung dalam peserta Diskusi
Bambu dan Konservasi Lingkungan yang dilaksanakan pada 17 Mei 2012 di
Wisma PU Yogyakarta. Diskusi Bambu dan Konservasi Lingkungan
tersebut merupakan rangkaian Program Pelatihan Bambu Stube Hemat Yogyakarta
tahun 2012.
Melalui program ini,
Stube-HEMAT Yogyakarta ingin membuka wawasan dan ketrampilan mahasiswa
untuk mengelola, memanfaatkan bambu dengan baik serta mampu memetakan permasalahan dan pemanfaatan potensi bambu di Indonesia. Diskusi Bambu yang
dihadiri 20 peserta tersebut diawali dengan topik mengenai Bambu dalam
Konservasi Lingkungan oleh Herry Subrastowo (Pionir Konservasi Lingkungan). Ia menjelaskan bagaimana merintis Desa Sambak yaitu sebuah
desa yang melakukan pemberdayaan masyarakat yang gerakannya fokus pada
pengelolaan air bersih dan konservasi lingkungan. Program Konservasi Lingkungan
di Desa Sambak tersebut melahirkan Komunitas Pemerhati Bambu. Berbagai
pertanyaan menggelitik dan pendapat menarik mewarnai sesi Diskusi Bambu
tersebut.
“Komunitas Pemerhati
Bambu menggerakkan masyarakat Desa Sambak untuk melihat tanaman Bambu sebagai
tanaman yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Salah satu bentuk perhatian
komunitas ini terhadap bambu adalah kegiatan komunitas ini dalam bidang
kerajinan bambu untuk meningkatkan ekonomi masyarakat setempat. Pemerintah
awalnya juga penasaran dengan gerakan yang dilakukan komunitas ini, perangkat
pemerintah pun akhirnya turun langsung ke lapangan, melakukan survey dan berdialog
langsung dengan anggota komunitas pemerhati bambu tersebut”, jelas Pak Herry
menjawab pertanyaan peserta diskusi.
Proses belajar tentang
Bambu dan Konservasi Lingkungan semakin lengkap dengan hadirnya Indra
Setiadarma dari Komunitas Sahabat Bambu (Praktisi Bambu). Mas Indra mencoba
membuka wawasan para peserta diskusi mengenai kekayaan spesies bambu di
Indonesia dan negara-negara lain. Mas Indra juga menjelaskan bagaimana cara
melestarikan dan mengelola bambu.
Komentar
Posting Komentar