PROGRAM
MANAJEMEN KONFLIK
Ayo
Beraksi dengan Bermediasi!!
Wisma PGK Shanti Dharma Yogyakarta
10 - 12 Agustus 2012
Indonesia adalah negara
yang memiliki keberagaman budaya, agama, dan suku. Keberagaman inilah yang
menjadi sebuah celah terjadinya konflik, baik konflik budaya maupun konflik
agama. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan orang-orang yang tergerak
untuk menjadi duta damai dalam kehidupan sehari-hari. Menjadi duta damai
dalam kehidupan sehari-hari adalah kerinduan para peserta Pelatihan
Manajemen Konflik Stube-HEMAT Yogyakarta.
Bertempat di Wisma Santi Dharma Yogyakarta, pelatihan dilaksanakan pada 10 - 12
Agustus 2012. Para peserta pelatihan adalah mahasiswa-mahasiswi Kristiani dari
berbagai daerah yang menyelesaikan studi di Yogyakarta. Keberagaman suku dan
budaya antara para peserta menambah semarak dan semangat tiap sesi pelatihan
tersebut. Dengan tema: Ayo Beraksi dengan Bermediasi, Stube-HEMAT Yogyakarta membekali para peserta
menjadi pelaku perdamaian dan membentuk komunitas Peace
Building. Dapat melahirkan mediator-mediator yang cerdas ketika terlibat
dalam penyelesaian konflik dan mampu menganalisa potensi konflik yang
akan terjadi adalah harapan Stube-HEMAT Yogyakarta dalam
penyelenggaraan pelatihan tersebut.
Endah Setyowati dari
Pusat Studi Pengembangan Perdamaian (PSPP) UKDW, mengawali pelatihan tersebut dengan menjelaskan mengenai bagaimana proses terjadinya konflik.
Para peserta pelatihan dibuka wawasannya bahwa konflik tidak hanya menimbulkan dampak negatif, tapi juga dapat berdampak positif dalam kehidupan kita. Dalam
sesi ini peserta juga diajak untuk melakukan tes untuk mengetahui kecenderungan
seseorang ketika terjadi konflik apakah akan cenderung menghindar, menghadapi, mengalah atau justru segera ingin menyelesaikan.
Keingintahuan peserta
mengenai bagaimana proses penyelesaian konflik terjawab dengan
hadirnya Dra. Krisni Noor Patrianti, M.Hum dari PSPP UKDW. Konflik
dapat diselesaikan dengan koersi, mediasi, arbitrasi dan negosiasi. Koersi
adalah proses penyelesaian konflik ketika ada dua pihak yang berkonflik
ternyata ada satu pihak yang memutuskan solusinya. Ketika dua pihak berkonflik,
ada pihak ke tiga yang memfasilitasi proses penyelesaian konflik disebut
mediasi.
Arbitrasi adalah proses penyelesaian konflik ketika ada dua pihak yang
berkonflik dan sama-sama kuat mencari pihak ke tiga. Pihak ke tiga yang membuat
solusi. Karena pihak yang berkonflik sudah menyerahkan solusinya kepada pihak
ke tiga. Sedangkan, ketika dua pihak berkonflik, posisinya setara, membicarakan
masalah bersama untuk mencari pilihan-pilihan solusi disebut negosiasi.
Beliau juga
menjelaskan beberapa contoh kasus model penyelesaian konflik. Misalnya,
kasus Di Ambon pasca konflik tahun 2001. “UKDW diundang UNICEF untuk membantu
memediasi konflik di sana. Kurikulum pendidikan di sana juga pemicu
konflik. Pembuatan kurikulum didasarkan pengkotak-kotakan agama” jelas Dra. Krisni Noor Patrianti, M.Hum menjawab pertanyaan peserta pelatihan.
Puncak rangkaian Pelatihan Manajemen Konflik adalah pada sesi terakhir yaitu
sesi Spiritualitas Perdamaian. Dalam sesi tersebut, Pdt. Mathelda Yeanne Tadu,
S.Si. mengajak para peserta memasuki saat hening, merefleksikan apa yang
didapatkan dari pelatihan dan apa yang akan dilakukan dalam kehidupan
sebagai pembawa damai. Dari sesi tersebut, peserta pelatihan menyadari bahwa
menjadi duta damai bukan hal yang mudah, pembawa damai bukan tugas sampingan
namun merupakan panggilan hidup.
Komentar
Posting Komentar