PROGRAM PENDIDIKAN NASIONAL
Quo Vadis Pendidikan Indonesia???
Menggagas Ulang Pendidikan Indonesia
Berbicara mengenai pendidikan di negara ini, kita memang sering kali menjumpai jalan buntu. Banyak pertanyaan yang muncul di benak kita.
Kenapa pendidikan di negara kita seakan-akan jalan di tempat, tidak pernah
maju. Adakah yang salah dari pendidikan di negara kita? Apakah kurikulumnya,
metodenya atau sumber dayanya? Mau dibawa ke mana arah pendidikan di negara
kita ini?
Stube HEMAT Yogyakarta mencoba menjawab
berbagai pertanyaan tersebut. Sebagai lembaga pendampingan dan pendidikan bagi
mahasiswa Kristiani yang bergerak dalam usaha membangun kesadaran sosial
mahasiswa terhadap permasalahan dalam masyarakat, Stube HEMAT Yogyakarta
memandang permasalahan pendidikan nasional sebagai permasalahan sosial yang
penting dipahami dan disadari oleh mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat
Indonesia.
Melalui Program Pelatihan Pendidikan
Nasional, Stube HEMAT Yogyakarta mendorong para mahasiswa Kristiani dan Aktivis
Pemuda Gereja untuk menempatkan diri dalam masyarakat secara tepat dan dapat
memberikan sumbangsih yang nyata dalam menganalisa masalah dan
memberi masukan desain pendidikan yang ideal. Dengan tema “Quo Vadis
Pendidikan Indonesia? Menggagas Ulang Pendidikan Indonesia” Stube-HEMAT
Yogyakarta mencoba membuka wawasan para peserta untuk dapat memahami, menyadari
dan menganalisis permasalahan pendidikan di Indonesia.
Bertempat di Wisma Sargede Yogyakarta,
Pelatihan Pendidikan Nasional diselenggarakan pada 28 - 30 September 2012. Tiga puluh peserta hadir dan berpartisipasi dalam pelatihan
tersebut. Program Pelatihan ini menjadi media bagi para peserta untuk
saling bertukar pikiran mengenai masalah pendidikan di Indonesia. Diampu oleh
para praktisi pendidikan yang aktif mengkritisi masalah-masalah pendidikan,
suasana diskusi bersama tiap sesi pada pelatihan ini menjadi lebih hidup.

Lalu bagaimana kondisi Pendidikan di
Indonesia saat ini? Rasa ingin tahu para pesertamengenai topik tersebut
terjawab dalam sesi diskusi bersama Bambang Wisudo (Direktur Eksekutif Sekolah Tanpa Batas). Dalam sesi ini, para peserta pelatihan diberi gambaran bagaimana kondisi Pendidikan Indonesia saat ini. Melalui visualisasi gambar,
peserta dibuka wawasannya mengenai fenomena yang terjadi dalam Pendidikan
Indonesia saat ini yaitu sekolah bersifat menakutkan, memenjarakan dan
siswa seperti robot berseragam yang harus selalu patuh pada perintah guru. Lebih
lanjut Bambang Wisudo menyampaikan bahwa pendidikan tingkat dasar seharusnya dibuat menyenangkan, kemampuan dasar berkomunikasi yaitu
mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis seharusnya menjadi fokus
utama dalam pendidikan dasar.

Ki Hajar Dewantara adalah tokoh
pendidikan yang sudah tidak asing di telinga kita. Perjuangannya dalam dunia
pendidikan dan nasionalisme kebangsaan dalam dirinya selalu menginspirasi
generasi muda. Belajar dan terus menggali tentang Konsep Pendidikan Ki Hajar
Dewantara menjadi salah satu harapan para peserta pelatihan. Bersama Prof.
Dr. Ki Supriyoko, M.Pd, para peserta dibuka wawasannya mengenai
pemikiran-pemikiran Ki HajarDewantara,
salah satunya yaitu pendidikan untuk rakyat banyak, artinya
mengutamakan pemerataan pendidikan tanpa harus meninggalkan atau mengorbankan
mutunya.
Rangkaian acara Pelatihan Pendidikan
Nasional semakin lengkap dengan hadirnya Wahyaningsih (Penggagas Sanggar Anak
Alam). Dalam sesi Desain Pendidikan Sanggar Anak Alam (SALAM) ini, Wahyaningsih
menjelaskan bahwa Sanggar Anak Alam adalah Sekolah Alternatif bagi anak-anak
dengan dasar kecintaan pada alam. Hal yang menarik dari desain pendidikan SALAM
adalah proses belajar mengajar di SALAM dan kurikulum yang lebih berfokus pada
perspektif pangan, kesehatan, lingkungan hidup dan sosial budaya.

Desain pendidikan SALAM dan SD Mangunan
menginspirasi para peserta pelatihan untuk dapat mendesain pendidikan yang
ideal dalam bentuk follow up pelatihan. Follow up pelatihan berupa sebuah
rencana aksi ke masyarakat dengan materi yang sudah didapat selama proses
pelatihan pendidikan nasional. Beberapa peserta ada yang berencana memperbaharui
kurikulum sekolah minggu di gereja masing-masing sehingga lebih menarik,
membuka sanggar belajar untuk mendampingi anak-anak belajar di sekitar tempat
kosnya dan belajar membuat Media Blog bagi yang tertarik menulis tentang seputar
permasalahan Pendidikan Nasional. Meski sederhana, hal tersebut merupakan
aksi nyata untuk berkontribusi dalam pendidikan. ***
Komentar
Posting Komentar