Bersama Tuhan Aku Bisa!
Studi Sosial Siswa
SMPK
Tirta Marta – BPK Penabur Cinere
Kebutuhan berinteraksi bagi remaja yang dilandasi rasa peduli
terhadap sesama, menjadi dasar pemikiran kegiatan studi sosial bagi siswa-siswi
klas VII dan IX SMPK Tirta Marta - BPK Penabur Cinere Jakarta. Kegiatan ini
tidak kalah serunya dengan studi sosial yang dilakukan kawan-kawan mereka dari
Tirta Marta Pondok Indah seminggu lalu.
“Pergunakanlah kesempatan mengikuti Studi Sosial ini sebaik
mungkin untuk semakin memperlengkapi diri kalian menjadi remaja Indonesia yang
utuh dan tangguh, jadilah sahabat yang baik bagi sesama putra putri Indonesia,
terus tumbuhkan bangun semangat cinta bangsa dan cinta tanah air”, pesan kepala
sekolah Ester Susilowati, S.Pd membekali siswa-siswinya.
Kegiatan Studi Sosial yang didampingi oleh Stube-HEMAT Yogyakarta
ini dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober – 2 November 2012 di Yogyakarta dan
sekitarnya mengusung tema Bersama
Tuhan Aku Bisa. Studi sosial ini diwujudkan dalam dua kegiatan yaitu TurBa
dan Live
In di pedesaan. TurBa yang artinya Turun ke Bawah, merupakan aktifitas
untuk melihat tempat dan kegiatan sosial kemasyarakatan untuk menumbuhkan
kepedulian, kemandirian dan mau kerja keras. Lokasi TurBa mengambil 5 tempat
kunjungan yang meliputi;
- Wirausaha Lilin Hias “Pensil Terbang”
- Sanggar Anak Alam (SALAM)
- Yayasan Sayap Ibu
- Museum Wayang Kekayon
- Kerajinan Topeng Kayu Bobung.
Kegiatan Live
In atau tinggal dan hidup bersama, memberi kesempatan para siswa
bermalam di rumah dan beraktivitas bersama dengan warga pedesaan di Watusigar,
Ngawen, Gunungkidul. Ketika Live
In inilah para siswa mengalami dan mendalami kehidupan masyarakat
pedesaan dengan berbagai dinamika yang ada seperti berjalan kaki melewati tanah
berbatu, menyusur sungai, mencari rumput untuk makanan ternak, mencangkul di
tanah berbatu, menanam jagung, dan bertegur sapa dengan setiap orang yang
dijumpai meski sebelumnya tidak kenal.
Meski kegiatan TurBa dan Live in relatif singkat, muncul berbagai
cerita tentang pengalaman yang dialami oleh para siswa, guru, pendamping Stube
dan penduduk setempat, dari peristiwa yang lucu sampai yang mengharukan. Mereka
belajar bahwa persoalan hidup bisa dihadapi asal tetap berpegang teguh bahwa
Tuhan adalah setia dan tidak akan pernah meninggalkan anak-anaknya.***
Komentar
Posting Komentar