Live – In Remaja Pemuda GKI Pamulang 2013
Apa perbedaan
antara Gadget, smart phone, tab dengan cangkul, arit, atau kapak? Orang awam akan
menilai jika gadget adalah hasil dari teknologi tinggi yang ditemukan
di perkotaan dan akan mengesampingkan cangkul, arit, atau kapak. Namun
secara tidak sadar cangkul, arit atau kapak merupakan alat penopang kelangsungan
hidup manusia dan merupakan produk asli kebudayaan dan peradaban manusia yang
tinggi. Globalisasi menyeret manusia ke dalam hidup yang semakin instan, individualis dan kurang
peduli akan sesama dan
lingkungan.
Untuk mendekatkan kembali manusia dengan manusia dan
lingkungan, dilandasi keinginan untuk belajar dan
berinteraksi dengan orang lain yang berlatar belakang hidup berbeda,
mengasah kepekaan dan kepedulian sosial, Komisi Remaja dan Pemuda GKI Pamulang berinisiatif
melakukan LIVE–IN di Yogyakarta yang didampingi oleh Stube HEMAT Yogyakarta.
Bertemakan "Once is enough, if you be grateful”. Live-in dilakukan
mulai tanggal 3 - 5 Juli 2013 di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Rangkaian
kegiatan diawali
dengan kunjungan ke tempat-tempat kerajinan kreatif khas Yogya seperti kerajinan batik
Pandak, Bantul dan kerajinan tanah liat Pundong, dilanjutkan dengan tinggal
bersama penduduk yang merupakan warga jemaat GKJ Kemadang yang berada di desa
Kemadang, Sumber dan Planjan, Gunungkidul.
Ada hal menarik ketika peserta berinteraksi
dan berproses di tempat-tempat ini. Kerajinan merupakan hal yang unik dimana peserta diajak melihat
proses ini sebagai usaha kreatif masyarakat dalam menangkap peluang serta melestarikan budaya dengan tujuan untuk kemandirian masyarakat itu sendiri. Dalam waktu dua jam, peserta tidak hanya belajar mengenal batik dan keramik melainkan juga langsung praktek membuatnya. Semua peserta terlihat antusias
karena mereka membuat produk sesuai keinginan dan motif yang disukai, demikian
juga tuan rumah, pemilik usaha batik dan keramik, “Saya senang bisa
mengajarkan dan mentransferkan ilmu kepada anak–anak muda, generasi penerus
sehingga nilai baik dari budaya kita tidak hilang atau dicuri orang luar.”
Tak kalah seru pengalaman peserta saat tinggal bersama keluarga di desa dengan latar belakang berbeda selama
dua hari. Perbedaan
suasana, budaya, aktivitas menjadi hal yang menarik ketika dijalani seperti ke
ladang di pagi hari, berpanas-panasan dan mencangkul atau mencari rumput bagi
ternak “orang tua“ masing-masing. Juga tak kalah menarik ketika terjadi
interaksi antara peserta yang sama sekali tidak bisa berbahasa Jawa dengan tuan
rumah yang sama sekali tidak bisa berbahasa Indonesia.
Mengunjungi pantai Drini yang terletak di wilayah itu
sungguh merupakan pengalaman yang mengesankan bagi peserta yang tidak menyangka
ada pantai elok yang tersembunyi di daerah ini.
Kesan dan nilai yang didapat peserta sangat beragam
baik suka maupun duka namun semua peserta bisa menangkap nilai positif dan
kebaikan dalam kegiatan tersebut. Kiranya berkat yang dibawa dalam kegiatan ini
boleh bermanfaat dan hanya supaya nama Tuhan yang dimuliakan. (SRB)
sukses slalu,semoga STUBE smakin maju...TUHAN MEMBERKATI
BalasHapusThanks Celina. sukses juga buatmu.
BalasHapus