PENDIDIKAN
DI INDONESIA
ANTARA
HARAPAN DAN KENYATAAN
1
‘Sesuatu’ yang memotivasi diri untuk melakukan hal positif
Claudia Betruchy Bada |
Saya Claudia Betruchy Bada, dari Manggarai,
Flores, NTT, Indonesia. Saat ini sedang belajar di Pendidikan Matematika,
Universitas Sarjana Wiyata Taman Siswa, Yogyakarta.
“Sungguh tema yang menarik, Pendidikan:
Antara Harapan dan Kenyataan. Tema ini menunjukan kepada saya sebuah kenyataan saat
ini di mana arus globalisasi semakin kuat, sementara pendidikan di Indonesia
belum siap secara maksimal baik fisik maupun mental. Pendidikan masih sebagai
obyek yang dapat “diganti” sesuai dengan keinginan pemegang keputusan. Kesadaran
orang akan pendidikan masih jauh dari yang diharapkan, lebih lagi kesenjangan
pendidikan antara yang di kota dan di desa semakin melebar. Apakah ini yang
disebut dengan pemerataan pendidikan di Indonesia?
Berbekal pengetahuan yang saya miliki,
saya merasa sudah memberikan kontribusi terhadap pendidikan di Indonesia yaitu
dengan membayar uang sekolah. Tapi ternyata semuanya belum cukup, karena masih
banyak hal yang belum saya lakukan untuk berkontribusi terhadap pendidikan,
karena saya masih belum maksimal membagi pengetahuan saya kepada orang di
sekitar saya yang masih membutuhkan banyak pengetahuan.
Stube-HEMAT memberikan “sesuatu” bagi
saya yang membuat jalan pikiran saya berubah dan memiliki motivasi baru melakukan
hal positif bagi orang lain berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang saya
miliki. Sungguh menyedihkan dan sangat memalukan jika saya terus berpikir bahwa
saya sudah berarti bagi orang lain sementara tindakan nyata yang saya lakukan
belum ada.
Pengalaman 3 hari bersama Stube-HEMAT
sungguh membuat saya merasa beruntung karena memperoleh hal baru yang memperkaya
pengetahuan serta bisa lebih menggali potensi yang ada dalam diri saya. Itu
semua pemberian cuma-cuma dari Tuhan yang perlu saya kembangkan, bukan untuk
diri saya sendiri dan keluarga saja, melainkan bagi sesama, yang semuanya itu
untuk memuliakan nama Tuhan. Saya sangat bersyukur karena Tuhan memberikan
kesempatan bersekolah dan melakukan hal-hal yang mungkin tidak bisa dilakukan
oleh orang lain.
Berbekal kemampuan dan pendidikan yang
ada saat ini, sebagai seorang calon
guru, saya bertekad merubah sikap menjadi lebih peduli kepada orang lain, peka
terhadap permasalahan sosial yang terjadi di sekitar saya, serta berbagi
pengetahuan dengan membuka sanggar belajar untuk anak-anak, bersama teman-teman
dari pelatihan Stube. Ini merupakan langkah awal untuk menyiapkan fisik dan
mental saya dan generasi muda bangsa ini pada umumnya menghadapi persaingan global.
***
2. Lebih
dari Sekedar Bicara
Windy Hendra Supardi |
Saya Windy Hendra Supardi, dari Sintang, Kalimantan Barat, saat ini sedang menempuh studi di Universitas Kristen Duta
Wacana Yogyakarta.
Saat mengikuti pelatihan pendidikan
global, saya mendapatkan banyak hal baru. Pelatihan ini mengajarkan saya untuk
tidak hanya bicara saja, tetapi bagaimana segera mengimplementasikan apa yang
sudah saya dapatkan ke masyarakat sekitar. Beberapa point penting yang menjadi
bahan refleksi saya adalah mengenai tujuan pendidikan, menciptakan lingkungan
belajar yang baik, dan bagaimana menghadapi persaingan global yang semakin
ketat.
Tujuan pendidikan adalah untuk
mempertajam kecerdasan, memperhalus perasaan dan memperkokoh kemauan.
Mempertajam kecerdasan ini berarti kita harus memahami pengetahuan secara
menyeluruh. Kebanyakan orang hanya memahami pengetahuan setengah-setengah saja.
Oleh karena itu, banyak orang yang gagal dalam mencapai sesuatu yang besar di
dalam hidupnya. Untuk mendukung kesuksesan dalam pendidikan diperlukan sinergi
antara guru dan murid. Guru harus menjadi teladan, harus percaya diri dan
komunikatif. Guru harus mampu masuk ke dalam kehidupan murid-muridnya agar
tidak terbentang jarak yang jauh antara guru dan murid sehingga tercipta
suasana komunikatif diantara keduanya. Tanpa hal-hal ini, guru tidak akan
dihargai oleh murid-muridnya. Pendidikan juga harus memperkokoh kemauan untuk
selalu memiliki persepsi positif dan bertekun dalam menghadapi kegagalan
atau pun kesulitan. Pendidikan yang baik harus diikuti dengan pendidikan cinta
kasih.
Suasana dan lingkungan menjadi hal penting
dalam proses belajar dan setiap proses harus dilalui dengan baik untuk mencapai
tingkatan keahlian. Kita harus berani berteman dengan orang yang lebih pandai
sehingga dapat membantu memotivasi kita untuk terus belajar. Proses belajar
akan lebih efektif apabila kita belajar bersama orang lain, dan kita mampu memberikan
kontribusi untuk membantu orang lain. Sesungguhnya, prestasi dinilai dari sejauh
mana kita bermakna bagi lingkungan kita, karena orang hidup yang tidak memiliki
fungsi sama saja seperti orang mati, tidak ada satupun yang bisa diperbuat. Tujuan
belajar itu sendiri adalah untuk memanusiakan manusia. Ini berarti bahwa dengan
belajar, orang akan tahu hal yang benar, lebih mengenal siapa diri mereka dan
apa yang baik untuk dilakukan.
Pendidikan juga menyiapkan kita
menghadapi tantangan multi-dimensi, juga pasar global. Dalam menghadapi hal
ini, tidak saja pengetahuan, tetapi juga sisi kepribadian sebagai identitas
bangsa Indonesia. Kita harus senantiasa menambahkan kualitas demi kualitas pada
diri kita untuk mencapai keberhasilan. ***
3. Stube HEMAT dan
Trilogi Tamansiswa
Fransiska Evawati |
Saya Fransiska
Evawati, dari Ketapang, Kalimantan Barat. Saat ini sedang studi di Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta, jurusan Pendidikan Matematika.
Saya
melihat misi dari Stube-HEMAT selaras dengan Trilogi Tamansiswa yaitu, TRI NGO yang dimaknai dengan Ngerti, Ngroso, dan Nglakoni.
Tiga hal ini mengingatkan kita agar mengerti ajaran hidup atau cita-cita
(selaras dengan misi Stube pertama), kesadaran (misi kedua), dan kesungguhan
dalam pelaksanaannya (misi ketiga dan keempat). Tahu dan mengerti saja tidak
cukup kalau tidak menyadari dan tidak ada artinya kalau tidak dilaksanakan dan
memperjuangkannya. Ilmu tanpa amal adalah kosong dan amal tanpa ilmu adalah
pincang. Saya memahami ini dengan
membandingkan Trilogi Tamansiswa dari Ki Hadjar Dewantara. Ternyata setiap kita
mendapatkan pendidikan haruslah kita mengerti dan memahami, selanjutnya kita sadari dan terakhir membuat
perencanaan, melaksanakan dan memperjuangkannya sebagai bukti nyata.
Dari
penyampaian para narasumber di pelatihan, saya mendapatkan pesan inti, bahwa pendidikan
saat ini menuju pada persaingan global
yang membawa kita ke dalam persaingan yang semakin ketat, sehingga kita harus
semakin berkualitas. Dengan melihat visi dan misi di atas, kita dipersiapkan
menghadapi persaingan tersebut, melalui pendidikan yang semakin terarah. Artinya,
pendidikan menjadi modal utama dan ketrampilan yang diperoleh dari pendidikan non-formal
akan menambah kualitas diri untuk melakukan hal yata dalam kehidupan dan
berguna bagi banyak orang.
“Antara
harapan dan kenyataan” bisa dimaknai bahwa kita mempunyai harapan atau mimpi,
dan harus berusahakeras mewujudkannya sampai menjadi sebuah kenyataan. Yang
lebih penting adalah bahwa tidak ada kata terlambat untuk belajar dalam
kehidupan, dan setiap usaha yang kita lakukan pasti mempunyai makna sekalipun itu
gagal. Kegagalan itu adalah pelajaran untuk bisa maju dan lebih baik lagi. ***
Komentar
Posting Komentar