Pembangunan? Untuk Siapa?
Stube HEMAT melihat masalah
pembangunan sebagai satu simpul masalah yang harus diuraikan terutama jika
dikaitkan dengan perkembangan generasi muda saat ini, maka dibuatlah sebuah
pelatihan Pembangunan Berkelanjutan dengan tema “Pembangunan? Untuk Siapa?” Bertempat di Wisma Martha Yogyakarta, 29 November
– 1 Desember 2013, pelatihan
ini diikuti oleh 30
mahasiswa yang berasal dari berbagai disiplin ilmu seperti Teologi, Psikologi,
Teknik Lingkungan, Teknik Informatika, Pendidikan dll.
Francis Wahono sebagai salah
satu fasilitator mengatakan bahwa pembangunan bangsa pada hakikatnya harus
dikembalikan sesuai dengan karakteristik masyarakat Indonesia yang majemuk, dan
berkearifan lokal.
Konsep pembangunan
berkelanjutan yang ideal diharapkan bisa meluruskan kembali jalan pembangunan
yang berkelok-kelok seperti dipaparkan Agus Prasetya Ph.D (Dosen Sekolah Pasca
Sarjana Pembangunan Berkelanjutan UGM) dalam materi Pemahaman Visi dan Konsep Pembangunan
Berkelanjutan yang Ideal. “Sejarah pembangunan Indonesia beserta komponennya
mesti dipelajari,” kata Andreas Pimpinan Yayasan SHEEP. Dia berpendapat
bahwa, “Lifestyle yang
salah ikut menyumbang dampak negatif pada sejarah pembangunan Indonesia seperti
kerusakan lingkungan, kesenjangan sosial, krisis ekonomi dan lain-lain.
Peserta pelatihan diajak berjalan-jalan ke luar
dan melihat realita pembangunan. LSM Cindelaras (Condongcatur), WALHI (Kotagede) dan Forum Komunikasi Winongo Asri (Kelurahan Tegalrejo, warga Bantaran
Sungai Winongo) menjadi tempat eksposurnya. Mereka berdiskusi tentang metode pendampingan
masyarakat dalam mengawal pembangunan. Oleg Yohan pengurus FKWA
mengatakan bahwa Komunitas ini terbentuk untuk mengubah paradigma masyarakat tentang
sungai yang dulunya halaman “belakang rumah” menjadi “halaman depan rumah”. Hal ini dimaksudkan untuk
mengedepankan konsep kebersihan dan kelestarian alam kawasan sungai Winongo,
sehingga merubah kawasan yang dulunya kumuh menjadi kawasan wisata sungai pada
tahun 2030.
Tri Agus dari BAPPEDA Propinsi DIY memaparkan kebijakan-kebijakan
pemerintah yang pro rakyat pada pembangunan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
implementasi pelaksanaan pembangunan tersebut terbuka bagi warga yang ingin
berpartisipasi aktif didalamnya sehingga memunculkan peluang untuk mengawal
sebuah proses pembangunan sebagaimana mestinya.
Di penghujung
pelatihan peserta merumuskan rencana tindak lanjut dan membentuk
kelompok sharing dan kelompok mengajar. Kelompok sharing yang beranggotakan
Anna, Reski, Windy dkk akan melakukan sharing konsep pembangunan berkelanjutan
di Gereja-gereja
wilayah Yogyakarta dan melakukan penghijauan dilahan kritis. Kelompok mengajar yang
beranggotakan Frans, Putri, Ina dkk mengajar tentang konsep pembangunan
berkelanjutan dengan membidik kelompok usia dini sebagai sasaran yang bertujuan
untuk memperkenalkan dan membentuk generasi muda yang peduli akan keberlanjutan
pembangunan yang akan menopang kehidupan di bumi.
“Sangat mengesankan dan menyenangkan ikut kegiatan pelatihan
ini, karena memberi pengetahuan baru di luar latar belakang ilmu saya. Untuk jangka panjang, konsep ini
sangat berguna karena bisa diterapkan ketika saya kembali dan membangun
daerah,” kata Maria Trifosa mahasiswa jurusan ekonomi Universitas Atmajaya,
salah seorang peserta. Selamat membangun! (SRB)
Komentar
Posting Komentar