Yogyakarta Rumah Kita Bersama:
Sarasehan HUT GKI Gejayan ke-14
Dalam rangka HUT GKI
Gejayan ke-14, gereja ini menyelenggarakan sarasehan bertajuk “Yogyakarta Rumah
Kita Bersama” yang digelar pada 3 Maret 2014. Beberapa tokoh FPUB lingkungan
DIY hadir dalam acara ini. Materi dan ungkapan yang disampaikan beragam sesuai
dengan penghayatan iman masing-masing.
Tokoh yang hadir disana
diantaranya GKR. Hemas, GBPH. H. Prabukusumo, Bapak Sri Purnomo, M. Si, KH.
Abdul Muhaimin, Bante Sasanabodi, Rm. Yosef Suyatno Pr., KH. Toha Abdulrahman.
Acara disemarakkan oleh kelompok musik Koesplus (De Guder) yang berasal dari
Padukuhan Soropadan, Condong Catur, dan kelompok Posyandu Lansia Sejahtera dari
padukuhan yang sama. Kelompok Posyandu Lansia ini menyanyikan lagu Menanam
Jagung, Gundul-gundul pacul, dan dari Sabang Sampai Merauke.
Ketua Majelis GKI Gejayan,
Ibu Rina Lusiana, memberikan sambutan dengan mereview peringatan satu tahun
yang lalu. Pada tahun yang lalu, Sri Sultan HB X hadir dan menyambut baik
gagasan “Yogyakarta Rumah Kita Bersama”.
Acara dibuka oleh GKR.
Hemas dengan beberapa poin disampaikan. Berkah kemajemukan dan pluralisme
sebagai kekuatan yang menyejahterakan. Ketidakadilan menggusur aliran
kepercayaan. Jangan hanya mulut saja berbicara pluralisme, kita jaga city of
tolerance. Ancaman konflik selalu ada. Gusti Hemas menambahkan bahwa tidak ada
mayoritas dan minoritas di Indonesia.
Dalam acara ini,
Stube-HEMAT diundang dan mengutus dua orang yaitu Stenly Recky Bontinge dan
Yohanes Dian Alpasa.
Menurut Yohanes, ada banyak
hal yang perlu diapresiasi. Pertama, upaya GKI Gejayan untuk menyelenggarakan
sarasehan. Inilah ruang untuk berinteraksi, bertatap muka, dan saling mengenal
satu sama lain. Sekalipun acara diselenggarakan di Gedung Gereja, suasana
harmonis ditunjukkan disana: ada suster yang menyanyikan lagu salawat, pemuda
masjid berpadu suara dengan pemuda gereja.
Kedua, diskusi bersama
antar pemuka agama ini merupakan tindakan yang mulia. Para pemuka menyamakan
visi bersama dalam menyikapi hajatan Nasional PEMILU 2014. Disinyalir terdapat
ancaman dalam pemilu ini. Dialog dan bicara bersama antar pemeluk merupakan
salah satu cara efektif untuk menjaga kedamaian. Elemen-elemen masyarakat dapat
meneladani upaya ini.
Ketiga, gereja tampil tidak
hanya dalam dialog tetapi dalam upaya merayakan kebudayaan. Merayakan kebudayaan
berarti menggali, mengunggah, dan mengaktualisasikan kembali dalam hidup hari
ini. Budaya yang dirayakan adalah budaya berbahasa, bertutur sopan, laku arif,
dan berkata tindak dengan sopan.
Visi Stube-HEMAT adalah
mengembangkan kaum muda untuk berkarya nyata. Maka ketiga hal yang diapresiasi
ini sejalan dengan visi tersebut.
Ada banyak hal yang bisa
dipelajari. Setiap perayaan ulang tahun bukan hanya pertambahan usia saja
tetapi juga pertambahan kedewasaan dan hikmat. Umat yang semakin dewasa adalah umat
yang semakin berbuah. Ada karya nyata dalam masyarakat baik dalam mengembangkan
budaya, perdamaian, peradaban dan kritik terhadap perkembangan itu. Kiranya
setiap orang beriman dapat berguna bagi sesama, bangsa dan Negara. (YDA)
Komentar
Posting Komentar