Sikap Orang
Kristen Menghadapi Persoalan Kebangsaan,
Kini dan Di Masa
Mendatang
Stube-HEMAT Yogyakarta Hadiri
Sarasehan Persekutuan
Gereja-Gereja di Indonesia Wilayah (PGIW) DIY
23 Juni 2014
Berpolitik bukanlah
agenda utama gereja, karena gereja ada bukan untuk berkuasa tetapi untuk
melayani umat manusia. Dalam pelayanan itu, gereja mulai memasuki lini-lini
hidup umat melalui dimensi sosial, spiritual, kultural, dan pembangunan mental.
Melalui kegiatan itu, gereja kemudian mewujudkan cita-cita yakni kesejahteraan
bagi seluruh umat manusia tanpa membeda-bedakan.
Gereja mempunyai
agenda bahwa pewartaan damai dan kasih harus sampai kepada seluruh umat
manusia. Agenda kasih dan damai itu tentulah bertentangan dengan kecurangan,
penindasan, dan ketidakadilan yang sering terjadi diantara umat manusia. Gereja
kemudian menentang segala bentuk yang merusak kedamaian umat. Tentangan itu
diaspirasikan pada seluruh lini hidup manusia. Politik kemudian menjadi salah
satu cara untuk mewartakan kasih dan damai, bukan untuk berkuasa dan menindas
sesama manusia.
Pada 23 Juni 2014 yang
lalu di Wisma Imanuel Samirono, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia Wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta (PGIW DIY) menyelenggarakan sarasehan bertajuk
“Sikap Orang Kristen Menghadapi Persoalan Kebangsaan, Kini dan Di Masa
Mendatang”. Pembicara dalam sarasehan tersebut adalah Pdt. DR. A. A. Yewangoe
(Ketua Umum PGI).
Acara dibuka oleh Pdt.
Purwantoro Kurniawan M. Min melalui renungan singkat dari Mazmur 33:12-17
dengan pesan teologis yang diantaranya adalah setiap pribadi janganlah
mengandalkan diri sendiri. Ibadah dilanjutkan dengan Sambutan dari Ketua PGIW
DIY, Pdt. Em. Bambang Sumbodo M. Min yang menyerukan bahwa jangan biarkan masyarakat
kita larut dalam ketidaktahuan.
Dalam paparannya, Pdt.
Yewangoe menyebutkan isu-isu yang berkembang dalam tiga bulan terakhir yang cukup
kompleks menyangkut suku, agama, dan ras (SARA). Isu itu mengarah kepada
kampanye yang diusung oleh para capres berisi opini yang tidak bertanggung
jawab yang berkembang menjadi kampanye hitam atau kampanye negatif.
Untuk ini, masyarakat
di lingkungan gereja harus jeli melihat mana berita yang benar dan mana berita
yang hanya menjadi desas-desus. Elga Sarapung direktur Dian Interfidei yang bertindak
sebagai moderator menegaskan bahwa posisi masyarakat tidaklah bijak apabila
mudah terprovokasi. Setiap calon presiden harus dikenali visi-misinya terlebih
dahulu. Pilihlah capres yang mewakili cita-cita anda untuk bangsa ini.
Stube-HEMAT Yogyakarta mengutus dua orang dalam sarasehan
itu yakni Trustha dan Yohanes. Pengalaman untuk mendengar paparan dan arahan
menyikapi PEMILU adalah berharga. Setiap orang muda harus berperan aktif dalam
pesta demokrasi dan menyiapkannya dengan pilihan yang tepat. Maka, jangan
sampai golput dan salah pilih dalam PEMILU ini. (YDA)
Komentar
Posting Komentar