ANAK MUDA DAN GUNUNG API PURBA
Gunung api purba di desa Nglanggeran kabupaten Gunung Kidul
memiliki hamparan batu yang elok, cocok bagi mereka
yang menyukai
tracking. Selain jalur
pendakian dan lokasi panjat tebing, sebuah embung atau waduk buatan di puncaknya
sangat cocok untuk melepas lelah dengan menikmati sunrise ataupun sunset. Tempat ini juga menyediakan
fasilitas bagi
yang ingin live-in guna menikmati suasana pedesaan.
Cukup menarik
sebagai tujuan wisata dan petualangan
bukan?
Bagaimana kawasan ini bisa menjadi
tujuan wisata yang sangat “menjual”? Spirit awal inilah yang
jauh lebih menarik untuk dikaji sebagai bahan referensi usaha pemberdayaan masyarakat pedesaan dan
spirit itu harus disebarluaskan dikalangan anak muda. Sugeng Handoko selaku pihak pengelola dan penggagas kawasan wisata gunung api purba memaparkan bahwa semula keadaan gunung api purba ini dianggap tak ada nilainya dan sangat mustahil memberi hasil bagi masyarakat
setempat, meskipun di sisi lain gunung purba ini punya mata
air yang menghidupi warga. Dengan
adanya mata air tersebut warga sangat menjaga gunung ini.
Pada tahun 2006
terjadi sebuah moment alam gempa bumi yang
sangat dahsyat dan tak akan pernah terlupakan oleh masyarakat
Yogyakarta. Bencana ini membawa pengaruh besar bagi warga Nglanggeran
karena memompakan semangat gotong royong dan membentuk solidaritas, khususnya pemuda karang taruna. Semangat solidaritas ini menjadi modal
utama yang
memudahkan mereka saling berbagi informasi kegiatan
untuk bisa dilakukan bersama. Perubahan
lain yang terjadi di desa Nglanggeran pasca gempa bumi adalah
beberapa titik mata air
menjadi kering, sehingga warga melakukan berbagai upaya untuk menjaga agar sumber mata air
jangan sampai habis.
Tahun 2007 merupakan proses awal tercetusnya ide pengelolaan kawasan gunung api purba ini secara serius dan berkesinambungan.
Berawal dari sebuah kegiatan Malam
Keakraban mahasiswa dari Universitas Ahmad Dahlan di gunung api purba, tempat
ini mulai mendapat perhatian untuk dirintis sebagai kawasan wisata. Menurut Sugeng Handoko hal yang
terberat adalah
proses perintisan, karena ide tersebut sulit diterima masyarakat di
kawasan gunung api purba ini. Anggapan yang melekat
di masyarakat
adalah
bahwa hamparan gunung batu tersebut tidaklah memiliki makna apa-apa,
sehingga menjadi hal aneh dan mustahil ketika warga disana mendengar bahwa kawasan tersebut akan dijadikan kawasan wisata.
“Proses utama yang harus dilakukan adalah membangun kesadaran warga setempat dan merubah cara pandang,” tutur Sugeng Handoko.
Situasi tidak mudah juga dialami ketika dia berupaya menjejaringkan
karang taruna
dengan
lembaga
pemerintah supaya mendapatkan support dana
karena tidak begitu saja langsung mendapat support, tetapi melalui
proses yang panjang. Pihak pemerintah ingin melihat upaya awal yang dilakukan para pemuda karang taruna. Setelah melihat prospek kawasan gunung api purba dan kematangan program kedepan yang
dikerjakan pemuda karang taruna, maka pemerintahpun
menggelontorkan bantuan dana pengembangan. Terobosan
lain yang dilakukan bersama pemuda karang taruna adalah mencari dana CSR (Corporate Social Responsibility) dari perusahaan seperti Bank, Pertamina dan
BUMN lainnya. “Proses mencari jejaring donor untuk pengembangan sebuah kawasan inilah yang
harus terus menerus dilakukan. Hal ini menjadi sangat sulit karena mula-mula
kami tidak memiliki akses informasi atau kurang memahami prosedur cara membuat
proposal dan minimnya kekuatan lobby dengan pihak donor”,
Sugeng Handoko menambahkan.
Pelatihan Social Entrepreneurship yang
digagas Stube
HEMAT Yogyakarta tanggal 22 – 24 Agustus 2014
mendatang, menjadi salah satu cara penyebarluasan spirit dan gagasan yang
berkaitan dengan pengembangan potensi kawasan dan pemberdayaan masyarakat,
sebagaimana dilakukan oleh Sugeng Handoko di Nglanggeran. Tentunya masih banyak
kawasan di pelosok Indonesia yang memiliki potensi yang tidak kalah eksotisnya
dengan gunung api purba ini. Sehingga menjadi sangat penting bagi anak-anak
muda daerah yang tergabung di Stube HEMAT memahami social entrepreneurship dan belajar melihat potensi yang ada di
daerah mereka masing-masing.
Diskusi yang menarik dengan Sugeng
Handoko sudah menambah wawasan team Stube dan beberapa aktivis yang mengikuti kunjungan
ke Nglanggeran pada 2 Juli 2014. Selanjutnya, diharapkan mahasiswa-mahasiswa
yang tertarik pada isu ini bisa bergabung dalam Pelatihan Social
Entrepreneurship yang dibuat oleh Stube HEMAT. ***~Piaf~
Komentar
Posting Komentar