J.F.H. Sagrim, Ilmuwan Muda dari Maybrat
“Berkarya dari Papua untuk Peradaban Manusia”
Tak pernah terbayang, teman yang
sudah pulang ke kampung halaman, merasa rindu berkumpul lagi dengan teman-teman
di Stube HEMAT Yogyakarta. Ditengah kesibukan mengurus proses penerbitan buku
barunya, Sabtu, 5 Juli 2014 ia meluangkan waktu datang bertandang untuk menyapa
dan menyemangati teman-teman muda yang sedang belajar menulis di sekretariat
Stube HEMAT.
Juan Franklin Hamah Sagrim, atau yang
biasa akrab disapa dengan panggilan Sagrim, lahir dan besar di Maybrat, Sorong,
Papua yang merupakan daerah kebanggaannya. Ia merupakan alumnus program study
Teknik Arsitektur di Universitas Widya Mataram Yogyakarta dan juga merupakan
aktivis Stube-HEMAT Yogyakarta pada tahun 2008. Selama dua bulan terakhir ini ia
bekerja sebagai salah satu staf ahli di
Papua Barat tepatnya di Manokwari. Salah satu hobi yang menjadi pekerjaannya
adalah menulis.
Menulis merupakan hal yang ia sukai
sejak masa SMA. Ia sudah menulis buku pertamanya tentang cerita rakyat yang
diterbitkan pada saat itu oleh Pustaka Pelajar. Dari kerja keras yang selama
ini dilakukannya, ia sudah berhasil menulis 27 karangan. Ada empat prinsip
dasar yang dia pegang yakni; pertama,
ada kemauan dari diri sendiri untuk menulis, kedua, ada tujuan yang ingin dicapai, ketiga, adanya imajinasi dalam jiwa yang kuat dan yang keempat, menjadikan orang lain sebagai
motivasi penggerak.
Kesuksesan yang diraihnya saat ini
tidak terlepas dari Pelatihan Stube-HEMAT Yogyakarta yang pernah ia ikuti pada
tahun 2008. Dari banyak pelatihan yang ia ikuti di lembaga ini, yang paling berkesan
baginya adalah pelatihan pengembangan potensi diri, dimana ia dapat lebih tahu potensi
dirinya dan mengenal dunia sebenarnya. Dari pelatihan inilah Sagrim mulai
terpacu untuk mengembangkan kemampuan dan potensi dirinya.
Sagrim memberikan pesan dan kesan
kepada teman-teman Stube-HEMAT bahwa kita sebagai manusia membutuhkan tempat
dan pikiran. Kita harus mencari tempat dimana kita bisa mengekspresikan diri
dan menemukan jati diri. Kita tidak bisa mengetahui diri kita sendiri tanpa ada
orang lain maka kita harus berkaca pada orang lain. Sagrim menambahkan, “Kita
jangan melihat Stube-HEMAT hanya sebagai yayasan atau organisasi tetapi
benar-benar sebagai wadah yang Tuhan persiapkan untuk setiap orang yang belum
mengenali dirinya secara pribadi. Tuhan mempersiapkan lembaga ini untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dan saya sendiri mengalami. Saya mengenali
diri saya lewat lembaga ini. Tuhan memberkati lembaga ini”. (SAY)
Komentar
Posting Komentar