Aksi Teater Stube-HEMAT
“Matinya Kemerdekaan”
Tembang ‘Sepasang Mata Bola’ mengalun merdu membuka acara
malam tirakatan HUT Indonesia ke-69 di Kampung Nyutran, RW 19, Yogyakarta
(16/8/2014), membawa hadirin bernostalgia mengenang perjuangan para pahlawan di
masa-masa kemerdekaan. Disusul dengan beberapa lagi warga yang tampil dengan
lagu-lagu perjuangan lama. Anak-anak pun tidak mau ketinggalan unjuk kebolehan.
Mereka menari dan menyanyi dengan riang gembira. Malam tirakatan kali ini
terlihat spesial, karena tidak hanya warga yang menghadiri acara tersebut,
tetapi juga beberapa warga pendatang dan mahasiswa dari luar Yogyakarta yang
berdomisili di kampung Nyutran. Mereka merasa tertarik karena acara tirakatan kali
ini terlihat beda dari biasanya dengan adanya pementasan teater, sebab saat ini
tak banyak pementasan teater mandiri dengan kritik sosial yang dapat dinikmati
karena sudah banyak didominasi pertunjukkan yang bersifat hiburan semata.
Pertunjukan teater ini didukung oleh para aktivis
Stube-HEMAT
Yogyakarta dan warga RW 19 Nyutran yang saling mengisi menjadi aktor dan pendukung. Bertempat
di rumah salah satu
keluarga warga RW 19, Keluarga Bapak Eko Supriyono, acara tirakatan ini diselenggarakan dengan sederhana tapi meriah.
Penampilan teater besutan Bandel Elyas ini mengusung judul “Matinya Kemerdekaan”,
sebuah pertunjukan simbolik yang disuguhkan untuk menyentil penonton, mengingatkan
kembali akan makna kemerdekaan dan nasionalisme. Secara garis
besar alur cerita
bertutur tentang semakin tergadainya nasionalisme anak bangsa, yang diwakili terjadinya sebuah
pertentangan dalam sebuah
keluarga akibat hadirnya investor properti yang akan membeli tanah dan anak-anak pemilik rumah tergoda
menjualnya, padahal pihak orang tua mati-matian mempertahankannya.
Cerita ini
mengajak penonton merenung kembali akan kekayaan nasional Indonesia yang banyak
dikuasai oleh investor asing. Apakah kemerdekaan yang sudah berjalan selama 69
tahun ini benar-benar memerdekaan anak bangsa? Ataukah kemerdekaan ini lambat
laun menemui ajalnya karena adanya penjajahan dalam bentuk lain? Selain itu
teater ini juga bermaksud menyampaikan pesan akan pentingnya ruang publik untuk
masyarakat sebagai tempat bertemu dan berinteraksi, tidak hanya mengejar
pembangunan fisik seperti mall, supermarket, hotel, dan gedung-gedung lainya
sebagai simbol kemajuan.
“Senang rasanya bisa
berpartisipasi malam ini, memperingati HUT RI ke 69, karena saya
mahasiswa rantau maka nasionalisme menjadi perekat
sesama rakyat Indonesia, semoga bukan hanya di drama tapi di kehidupan
sehari-hari saya dapat mengisi kemerdekaan sesuai amanat Founding Father demi kemajuan bangsa”, komentar Loce salah seorang tim Stube HEMAT Yogyakarta
asal Halmahera yang malam itu berperan sebagai Tutik anak pemilik tanah yang
menentang invasi sang investor. “Weh, apik yo penampilane drama mau mbengi”, spontan tanggapan seorang
warga dalam bahasa Jawa mengomentari pentas teater Stube HEMAT yang sudah dia
tonton. Dia berharap akan ada pementasan lain dengan cerita yang lain dan lebih
menarik.
Selamat HUT RI ke 69, majulah
Indonesia, Garuda selalu di dadaku.***
SRB
Komentar
Posting Komentar