Program
Christianity Training
‘Finding the lost truth’
(Menemukan
Kebenaran Yang Hilang)
Wisma Pojok Indah,
16 – 18 Januari 2015
Judul di atas merupakan tema yang diangkat oleh Stube HEMAT
Yogyakarta dalam program Christianity pada tanggal 16 - 18 Januari 2015. Sebuah
tema yang sangat relevan sebagai bentuk respon terhadap keprihatinan sosial
saat ini yang ditandai oleh bercokolnya berbagai konflik global. Pada pelatihan
yang dihadiri oleh 34 peserta dari berbagai Universitas di Yogyakarta ini,
Stube HEMAT menghadirkan Pdt. Tumpal Tobing (Board Stube HEMAT), R. Bima Adi,
MA, MTh (Dosen UKDW), Stube Jerman dan Direktur SMI, Eko Prasetyo sebagai
narasumber.
Saat menyampaikan pemaparan dalam pelatihan Pdt. Tumpal
Tobing memberikan garis besar bahwa spiritualitas adalah hal yang tidak
terlihat namun dapat memberi semangat dalam kehidupan. Untuk itu dibutuhkan
cara untuk menunjukkan hal yang tidak terlihat itu, misalnya seperti tindakan
dan perkataan. Kebenaran itu bagaikan puzzle yang ada tetapi miterius dan butuh
ditata untuk melihat wujud aslinya. Sebuah pesan yang sangat penting dari Pdt.
Tumpal Tobing adalah; setiap orang diminta untuk melayani kebenaran dan menjadi
saksi Sang Terang.
Team-Stube HEMAT Yogyakarta turut mengisi jalannya pelatihan
dengan mengajak peserta mencari para tokoh dunia yang berpengaruh terhadap
perubahan kehidupan. Tokoh-tokoh yang diangkat oleh peserta antara lain; Umbu
Landu Paranggi tokoh sastra dari Sumba, RA. Kartini tokoh pejuang emansipasi
perempuan, Virginia Henderson tokoh keperawatan saat pecah perang dunia I, dan
Tetsuko Kuroyonagi tokoh dari Jepang sebagai figur pendidik anak saat terjadi
perang dunia II. Setiap masa memiliki tokoh yang berpengaruh terhadap
perjuangan kehidupan dimanapun mereka berada sesuai situasi sosialnya.
Hal serupa juga disampaikan oleh R. Bima Adi, MA, MTh saat
memaparkan materi pelatihan. Apakah gereja terlibat aktif terhadap permasalahan
sosial yang terjadi dalam masyarakat? Ataukah gereja cukup berdiam diri ketika
berbagai masalah sosial menimpa masyarakat? Apakah gereja boleh terlibat dalam
politik praksis? Kemudian muncul berbagai kasus antara gereja dan masyarakat
yang diceritakan oleh para peserta pelatihan. Sejarah juga mencatat bahwa dalam
setiap pergolakan politik besar seperti peristiwa 65, lembaga keagamaan sadar
atau tidak terlibat dan turut mengambil peran. Baik itu sebagai pelaku maupun
pelindung korban. Di akhir sesi R. Bima Adi memberikan closing statement kepada
peserta, “walau kalian belum memiliki pekerjaan, tetapi hal itu tidak
menyurutkan kalian untuk tetap dapat berkontribusi untuk gereja dalam
menanggapi permasalahan dan menunjukkan apa dan bagaimana kebenaran yang sejati
itu”.
Team Stube Jerman juga turut berkontribusi dalam pelatihan
ini. Peserta diajak berkelompok untuk memecahkan masalah dalam berbagai contoh kasus
menurut apa yang baik bagi kelompok.
Kemudian antar kelompok saling bertukar
kasus, sehingga peserta saling mengerti tentang masalah apa yang dirasakan oleh
kelompok lain. Dari sinilah kebenaran dapat disimpulkan dengan saling memahami
apa yang rasakan pihak lain.
Selanjutnya, team Stube Jerman mengajak peserta bermain role
play. Dalam sesi ini peserta dibagi menjadi lima kelompok dan diminta
memerankan pengalaman peserta setiap hari. Metode ini adalah media untuk trauma-healing. Role play ini memberi pesan bahwa seringkali kebenaran bukan hanya
melibatkan satu dua orang tetapi juga struktural.
Tema pergerakan Islam masa kini disampaikan oleh Eko Prasetyo
yang memaparkan bahwa agama pada dasarnya mengajarkan kebaikan dan untuk
menjadi berkah dalam kehidupan. Orang beragama tidak dilihat dari ketaatan
beribadah, tetapi dari cara berhubungan dengan orang lain. Maraknya kekerasan
atas nama agama saat ini karena agama diperkenalkan dengan cara yang tidak
toleran. Agama dipolitisir sedemikian rupa dan simbol keagamaan berhenti
bekerja. Kesenjangan sosial yang terjadi sangat mempengaruhi orang untuk
berlaku sangat tidak toleran. Dalam sesi ini Eko berpesan: "Sekarang apa
yang kita butuhkan? Siapapun harus menolong sesamanya, baik yang menindas
maupun yang tertindas. Berikan pendampingan kepada mereka."
Komentar
Posting Komentar