Arti Hidup
Refleksi Exploring Sumba
Petrus Maure, S.Kom
Bisa melakukan perjalanan sampai ke Sumba merupakan pergumulan hidup
saya. Saya yakin itu bagian dari rencana Tuhan yang saya imani, tentang arti hidup yang sebenarnya, yakni ketika kita menjadi berkat
bagi orang di sekitar kita.
Dalam perjalanan saya ke Sumba, saya belajar memaknai
sebuah pengembaraan untuk mencari arti apa itu teman, sahabat, saudara sampai menjadi keluarga. Semua ada tantangan tersendiri
terutama dari dalam
diri sendiri, yaitu apa yang saya punya, akan saya berikan dalam bentuk apapun. Tantangan lain dari luar
diri saya, ialah keadaan tempat, ruang, kebiasaan serta adat istiadat masyarakat
Sumba, karena masing-masing
wilayah berbeda dan memiliki aturan sosial tertentu. Semua tantangan itu saya lewati dengan selalu berpegang ajaran
Tuhan yaitu “KASIH.”
Menurut pemahaman saya, ”Tuhan memberi arti hidup tidak hanya dengan duduk diam dan menganggap diriNya
sebagai orang yang harus dipuji dan disembah. Apabila Dia hanya duduk dan banyak
berbicara tanpa berbuat, itu berarti Dia bukanlah RAJA yang Baik.”
Sebagai mahasiswa yang mendalami komputer di Yogyakarta,
saya mengetahui beberapa hal mengenai program-program komputer lebih mendalam
dibanding mahasiswa pada umumnya, terlebih teman-teman yang berada di pelosok.
Sukacita dan ingin memberi lebih saya rasakan ketika saya belajar bersama
dengan mereka.
Banyak harapan semoga yang memiliki kewenangan membuat
kebijakan berpihak pada anak-anak muda daerah yang selalu berkeinginan maju,
sehingga akses informasi boleh mereka dapatkan setiap saat untuk kemajuan
pengetahuan, ilmu dan teknologi. Semua itu juga akan membawa dampak untuk
kemajuan dan kesejahteraan masayarakat di Pulau Para Marapu yang mereka cintai.
Sebagai penutup cerita refleksi ini, saya akan mengutip sebuah kata bijak yang kurah lebih sebagai berikut, “Sebaik-baiknya orang
ialah yang berguna bagi orang lain.” Semoga teman-teman muda yang lain terus
bersemangat mencari arti hidup masing-masing. Amin. (PM)
Komentar
Posting Komentar