Diskusi HIPMASTY dan Stube-HEMAT Yogyakarta
Konflik Rumit Pedagang Sayur
dan Peternak
di hall APMD,
hari Sabtu, 11 April 2015
Berbicara konflik rasanya tidak asing lagi di telinga kita.
Tetapi apakah kita tahu dan mengerti serta memahami apa yang dimaksud dengan
konflik? Ada banyak konflik yang terjadi di Indonesia, konflik antar suku, antar
kelompok, antar agama dan antar berbagai elemen masyarakat lainnya. Untuk
itulah anak muda harus banyak belajar berkaitan permasalahan seputar konflik
dan penanganannya seperti yang dilakukan oleh Himpunan Pelajar dan Mahasiswa
Sumba Timur di Yogyakarta (HIPMASTY) untuk melakukan sharing dan diskusi lebih mendalam tentang, ‘Apa itu konflik, apa
penyebabnya dan beberapa hal lain berkaitan dengan konflik.’
Diskusi yang diadakan di hall kampus APMD (11/04/2015) semakin menarik ketika tim Stube-HEMAT Yogyakarta,
Yohanes membawakan role-play kasus
yang terjadi di kampung halaman yang diangkat dari kehidupan teman-teman Sumba.
Konflik terjadi ketika seorang petani sayur bernama Amran tiba-tiba menaikan
harga jual sayurnya dua kali lipat sehingga membuat warga geram dan tanpa
menunggu lama seorang peternak bernama Jiron melepaskan kuda dan kerbaunya yang
memakan habis sayur-sayuran milik Amran. Selama proses role-play peserta yang hadir dibagi menjadi tiga orang, ada yang
berperan menjadi Jiron, Amran dan seorang mediator.
Kurang lebih dua puluh tiga orang terlibat aktif dalam role-play tersebut dan masing-masing
kelompok memperoleh waktu tiga puluh menit untuk melakukan tugasnya. Beberapa
kesimpulan yang bisa diambil dari role-play
yang dimainkan adalah:
- Dibutuhkan skill atau kecakapan untuk melakukan mediasi konflik.
- Pentingnya sikap yang bersahabat dan hangat terhadap kedua belah pihak sebagai cara pendekatan sekaligus mendapat kepercayaan dari setiap pihak yang berkonflik.
- Selama mediator belum mendapat kepercayaan dari salah satu yang berkonflik, maka dia tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai mediator.
- Setiap pihak yang berkonflik harus merasa dimenangkan dalam konflik sehingga mudah untuk mencapai kesepakatan.
Di akhir kegiatan, Yohanes menyampaikan bahwa, “Konflik
seperti apapun, selama apapun, tidak akan bertahan jika mediator mengetahui dan
mampu mengidentifikasi konflik serta memberikan solusi kepada pihak yang
berkonflik”. Dari ungkapan dan raut wajah para peserta, mereka terlihat gembira
dan belajar banyak hal dari kegiatan malam itu. Semoga bermanfaat dan
mengembangkan skill memediasi konflik. (LEA)
Komentar
Posting Komentar