Mahasiswa
Tangguh Bencana, Akankah?
PELATIHAN BENCANA ALAM DAN PELESTARIAN ALAM
Omah Petruk, Pakem, 12 – 14 Juni 2015
Bencana alam sudah menjadi peristiwa yang akrab di telinga masyarakat saat
ini, karena sering terjadi akhir-akhir
ini. Mulai dari meletusnya gunung merapi, banjir, tanah longsor dan berbagai
bencana alam lainnya, dan yang masih hangat adalah gempa bumi di Nepal.
Pertanyaannya? Apakah disetiap bencana ada masyarakat yang dapat langsung sigap
membantu korban? Apakah mereka secara mandiri dan sadar memiliki tanggung
jawab? Tidak semua masyarakat, bukan?
Mengapa? Karena mereka belum memperoleh
pengetahuan yang memadai tentang mitigasi bencana. Mitigasi bencana yang
dimaksud disini adalah menyiapkan masyarakat atau pemuda setempat untuk memiliki
kesigapan menghadapai bencana yang tiba-tiba terjadi, atau sering disebut
tanggap bencana.
- Johan Dwi Bowo, dari Perkumpulan Lingkar, dengan materi “Pengertian Bencana dan Mitigasi Bencana”
- Waluyo Raharjo kepala BASARNAS Yogyakarta, dengan materi “Apa itu BASARNAS dan sharing pengalaman”
- Endro Sambodo, anggota TIM SAR MERAPI, membawakan materi “Partisipasi Mahasiswa dalam Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana”
Masing-masing
nara sumber memiliki kemampuan dan pengalaman yang berbeda-beda. Sebagai
pengalaman praksis, para peserta diajak ke beberapa tempat ekposur seperti, Yakkum
Emergensi Unit (YEU), Museum Gunung Merapi (MGM), dan Desa Hargobinangun sebagai
desa tangguh bencana.
Museum Gunung Merapi mendokumentasikan semua aktivitas Gunung Merapi dari awal meletus sampai sekarang, sehingga peserta mendapatkan gambaran utuh bagaimana aktivitas vulkanik gunung berapi dan bencana yang ditimbulkan.
Lembaga YEU memiliki teknologi dan beberapa alat peraga yang
dipakai dalam kondisi tanggap darurat, sehingga peserta bisa belajar dan
menyikapi hal-hal yang harus dilakukan dalam kondisi tersebut.
Sementara Desa Hargobinangun sebagai desa tangguh bencana memiliki masyarakat yang sigap dan tangguh serta mampu untuk mengkordinir diri mereka serta keluarga untuk menghindari bencana.
Museum Gunung Merapi mendokumentasikan semua aktivitas Gunung Merapi dari awal meletus sampai sekarang, sehingga peserta mendapatkan gambaran utuh bagaimana aktivitas vulkanik gunung berapi dan bencana yang ditimbulkan.
Sementara Desa Hargobinangun sebagai desa tangguh bencana memiliki masyarakat yang sigap dan tangguh serta mampu untuk mengkordinir diri mereka serta keluarga untuk menghindari bencana.
Menurut Sarloce
Apang selaku koordinator lapangan pada pelatihan ini, antusias peserta sangat
besar meskipun harus melawan hawa dingin dan berharap, “Teman-teman peserta
yang telah mengikuti pelatihan ini diharapkan dapat memahami apa tindakan yang
dapat mereka ambil ketika berada dalam siatuasi darurat, dan mereka juga
diharapkan terus memperkuat jejaring yang sudah ada. Selanjutnya akan lebih
baik apabila mereka lebih mendalami mengenai Bencana dan Mitigasi bencana
sebagai bekal untuk dibawa ketika pulang ke daerah asal mereka”.
Pelatihan
ditutup dengan sesi terakhir follow up atau merencanakan tindak lanjut. Para
peserta berniat mengambil bagian melanjutkan apa yang sudah mereka dapatkan,
mulai dari sharing ke teman-teman komunitas, menindak lanjuti belajar ke YEU,
memanfaatkan lahan untuk reboisasi, dan membuat video pendek mengenai bencana.***SAP
Komentar
Posting Komentar