Ayo Belajar Ke Baros!!!
Baros
adalah sebuah dusun yang terletak di pesisir Selatan Yogyakarta, tepatnya di Kecamatan
Kretek, Kabupaten Bantul. Pesona dusun Baros tampaknya belum begitu akrab
terdengar oleh masyarakat luas di Yogyakarta apalagi bagi kaum muda. Mungkin
jikalau ada yang pernah akrab mendengar nama dusun Baros, mungkin karena dusun
Baros adalah daerah pertanian dan penghasil tanaman bawang merah. Jika
demikian, lantas mengapa tulisan tersebut berjudul: Ayo Belajar Ke Baros?
Pesona apakah yang sebenarnya ditawarkan di dusun tersebut? Bukanlah pesona
yang spektakuler yang ditawarkan disana, bukan pula keindahan alam yang kelasnya
mendunia. Tetapi daerah tersebut bisa menjadi pusat perhatian dunia, karena Dusun
Baros memiliki kawasan konservasi mangrove. Itulah yang menjadi pusat perhatian
dari berbagai kalangan aktivis lingkungan hidup, baik tingkat mahasiswa maupun
umum, dari lingkup regional hingga cakupan internasional.
Apa yang
bisa dipelajari di sana? Yang bisa dipelajari ialah terbangunnya sebuah
ekosistem dari hasil konservasi hutan mangrove serta manfaat mangrove bagi
warga dusun Baros. Mangrove bagi warga dusun Baros adalah sebagai pelindung
lahan pertanian. Mengapa demikian? Karena lahan pertanian warga dusun Baros
berada di daerah pesisir pantai Selatan Yogyakarta, mangrove yang tumbuh disana
adalah sebagai alat penyaring kadar garam laut yang dibawa oleh angin. Selain sebagai penyaring kadar garam laut,
mangrove diharapkan mampu menangkal abrasi pantai bahkan berguna sebagai
pengikat endapan lumpur sehingga menjadi daratan baru di sekitar tanaman
mangrove. Tumbuhnya mangrove juga akan diikuti dengan berkembangnya habitat
lain disekitar mangrove, seperti terbentuknya habitat perkembangbiakan ikan air
payau, kepiting, burung, dan ular. Tumbuhnya habitat baru tersebut berarti juga
sebagai bentuk keseimbangan ekosistem dari ancaman kepunahan. Warga sekitar
bisa menikmati hasil dari berkembangbiaknya ikan dan kepiting sebagai sumber
tambahan gizi dan ekonomi.
Dimulai
tahun 2003, tanaman mangrove ditanam di sekitar pesisir dusun Baros, kemudian
pemuda KP2B (Keluarga Pemuda Pemudi Baros) menerima mandat untuk menjaga
tanaman mangrove yang telah dirintis tersebut hingga saat ini. Saat ini genap
sudah 15 tahun usia hutan mangrove di kawasan dusun Baros, dan kini hasil dari
rimbunnya hutan mangrove sudah dapat dinikmati oleh warga sekitar dan bagi para
pengunjung yang memiliki visi serupa tentang lingkungan hidup. Hal itu
dibuktikan dengan kepedulian Stube HEMAT Yogyakarta mengangkat pelatihan
ekonomi kelautan dengan tema: Ada Apa Dengan Laut Indonesia? Pada pelatihan
tersebut Stube HEMAT Yogyakarta mengirim peserta pelatihan untuk terjun langsung
ke lapangan dari tanggal 28 – 30 Agustus 2015 untuk menganalisis dan melihat
realita di dusun Baros. Adapun peserta yang dikirim adalah Selsius Imanuel
Malailo (APMD), Yoel Yoga Dwianto (STAK Marturia), dan Yakoba Ratundima (STT
Terpadu, Sumba).
Banyak
hal yang diperoleh selama peserta mengamati langsung di lapangan dari tanggal
28 – 30 Agustus 2015, baik terkait permasalahannya, perintisan, ekosistem yang
terbentuk dari hasil konservasi hutan mangrove hingga dampak sosial ekonomi
bagi warga dusun Baros yang terletak di pesisir laut Selatan. Bagi mahasiswa
ataupun para penggiat lingkungan hidup yang tertarik dengan cara pelestarian
alam kawasan pesisir laut, ayo kita belajar ke Baros. (PIAF)
Komentar
Posting Komentar