“Dari Among Tani ke Dagang Layar”
Ayo,
Lihat (Lagi) Laut kita!
Pelatihan
Sehari, Sabtu 22 Agustus 2015
Program
Ekonomi Kelautan Stube-HEMAT Yogyakarta diwujudkan dalam satu rangkaian
kegiatan Diskusi, Pelatihan Sehari, Eksposur dan Presentasi. Proses ini diharapkan
membawa mahasiswa yang menjadi peserta mendalami ekonomi kelautan secara utuh. Pelatihan
sehari ini dilaksanakan pada Sabtu, 22
Agustus 2015 di Aula CD Bethesda Yogyakarta, diikuti duapuluh enam mahasiswa dari
berbagai kampus dan asal daerah dengan menghadirkan beberapa narasumber, di
antaranya adalah Dinas Perikanan dan Kelautan DIY.
Indah
Theresia, salah satu team Stube-HEMAT Yogyakarta menyampaikan materi pengenalan
Stube-HEMAT, khusus menggali makna motto
H-E-M-A-T, yaitu Hidup, Efisien, Mandiri,
Analitis dan Tekun. Peserta merenungkan motto tersebut dan kemudian menulis
refleksi pribadi berkaitan motto Stube-HEMAT Yogyakarta.
Penjelasan
Alur Program dipaparkan oleh Trustha Rembaka, S.Th, koordinator Stube-HEMAT
Yogyakarta yang memaparkan latar belakang program ekonomi kelautan, di mana
Indonesia yang wilayahnya sebagian besar adalah lautan, namun potensi yang ada
di dalamnya belum secara optimal dimanfaatkan untuk kesejahteraan
masyarakatnya. Dari hal inilah, Stube-HEMAT Yogyakarta memotivasi dan memberi
kesempatan kepada mahasiswa untuk melihat kembali laut dengan segala potensi
dan masalah yang ada melalui interaksi langsung dengan kehidupan laut dan nelayanbeserta
stake holder yang dimiliki. Setelah mengikuti kegiatan ini, peserta akan melihat
dan menyadari potensi kelautan di Indonesia, yang akhirnya diharapkan mampu
menemukan terobosan atau temuan baru untuk pertumbuhan ekonomi kelautan di
berbagai daerah di Indonesia, khususnya daerah asal peserta masing-masing.
Dwiyanto,
dari Dinas Perikanan dan Kelautan DIY mengungkap Potensi dan Masalah Maritim
Indonesia. Ia menyampaikan bahwa ide atau gagasan presiden Joko Widodo tentang
harapan dan peluang Indonesia menjadi poros maritim dunia merupakan gagasan
cerdas dan cemerlang bagi Indonesia, karena mampu menjabarkan potensi Indonesia
di kancah kelautan dunia intenasional. Sesungguhnya sebelum itu, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono x dalam pemaparan visi-misi DIY 2012-2017)
menyatakan, “...maka, mengalihkan pusat pertumbuhan ekonomi dari wilayah
Pantura ke Pantai Selatan (Pansel) dengan berkembangnya klaster-klaster
industri kecil dan agribisnis di pedesaan, serta industri kelautan, perikanan
dan pariwisata maritim di wilayah pesisir, yang didukung oleh infrastruktur
jalan Selatan-Selatan, menjadi pilihan strategis yang harus diwujudkan.” Ini menegaskan bahwa ini saatnya DIY membangun sebuah peradaban baru,
dari among tani ke dagang layar.
Dwiyanto juga menguraikan potensi maritim
berdasar kegiatan, seperti perikanan tangkap, perikanan budidaya, industri pengolahan produk perikanan, industri bioteknologi, pariwisata bahari dan pantai, pertambangan dan energi, perhubungan laut, industri
dan jasa maritim dan pulau-pulau kecil. Masalah ekonomi
kelautan sebenarnya berkutat pada tiga hal, yaitu, pertama, tingginya investasi pembangunan pelabuhan, pengadaan kapal dan aktivitas
riset; kedua, budaya maritim belum
dimiliki oleh sebagian besar masyarakat indonesia; ketiga, pemanfaatan sumber daya ikan oleh negara lain secara ilegal.
Mahasiswa juga dibekali dengan Analisa
Sosial, agar memiliki kemampuan pengenalan, pemetaaan dan analisa terhadap suatu
situasi secara menyeluruh dan mengambil pilihan respon secara holistik. Sesi
ini disampaikan oleh Vicky Tri Samekto, salah satu team Stube-HEMAT Yogyakarta.
Sebagai studi lapangan, di akhir
pelatihan peserta dibagi dalam tiga kelompok yang akan melakukan eksposur,
yaitu kelompok satu ke pelabuhan Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur (27 – 30
Agustus 2015), kelompok dua di pelabuhan Sadeng dan pantai di Gunungkidul, dan
kelompok tiga di kawasan Mangrove Baros, Bantul (28 – 30 Agustus 2015). Selamat
berproses! Kobarkan semangat cinta bahari! (TRU).
Komentar
Posting Komentar