Tak Hanya Bicara, Mereka Berkarya!
Presentasi Peserta Program Eksposur Lokal
Masa liburan semester selalu
ditunggu-tunggu mahasiswa, karena mereka bisa bersantai, melepas ketegangan selama
studi. Ada pula mahasiswa yang bekerja part-time
dan sebagian lagi pulang liburan di daerah asalnya. Stube-HEMAT Yogyakarta melalui
program eksposur lokal memberi kesempatan kepada mahasiswa yang akan pulang
untuk merancang kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat di mana ia berasal.
Hal ini akan membantu mereka membuka jejaring sekaligus menumbuhkan kepedulian
terhadap daerah asal, mendapat waktu untuk melakukan orientasi kerja setelah menyelesaikan
studi di Yogyakarta, dan bisa membuat pemetaan potensi daerah mereka beserta hambatannya.
Tiga mahasiswa peserta
eksposur lokal tahun 2015 adalah Selsius Imanuel Malailo (mahasiswa STPMD APMD
jurusan Ilmu Pemerintahan), Wilton
Paskalis Dominggus Ama (mahasiswa INSTIPER, jurusan kehutanan), dan Yoviani Minarti Rauf (mahasiswa UST, jurusan
matematika).
Selsius Immanuel Malailo,
biasa dipanggil Nuel, berasal dari desa
Air Kenari, kecamatan Teluk Mutiara, kabupaten Alor, propinsi Nusa Tenggara
Timur. Setelah selesai melakukan eksposur lokal, Nuel mempresentasikan
temuannya di Stube HEMAT Yogyakarta pada 27 Juli 2015. Sesuai bidang studi yang
digeluti, ia tertarik meneliti sejauh mana partisipasi masyarakat di desanya dalam
proses pembuatan peraturan desa. Dari hasil wawancara dengan perangkat desa dan
masyarakat setempat, ia mengambil kesimpulan bahwa masyarakat sudah terlibat langsung
dan aktif dalam setiap proses melalui pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan
oleh desa. Namun ada sebagian kecil masyarakat yang tidak mengikuti secara
langsung karena aktivitas sehari-hari yang tidak bisa ditinggalkan.


Selain itu, Wilton juga
melakukan sosialisasi penanaman Cendana kepada pelajar di SMA dan SMK di
sekitar Waingapu. Ada enam sekolah yang menjadi lokasi penanaman Cendana yang
diadakan antara 14 – 19 Mei 2015.
Yoviani Minarti Rauf,
biasa dipanggil Atik, berasal dari Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. Ia mempresentasikan hasil eksposur lokalnya
pada tanggal 22 September 2015. Ia prihatin dengan rendahnya kesadaran
masyarakat untuk hidup sehat dan menjaga lingkungan. Ketika pulang, ia
mengadakan penelitian dan sosialisasi pentingnya hidup bersih dan sehat. Pengamatan
yang dilakukan Atik menunjukkan bahwa di kampungnya yang berjumlah 20 kepala
keluarga, hanya 7 rumah yang memiliki fasilitas WC.
Pendekatannya kepada
kepala desa untuk sosialisasi kesehatan mendapat tanggapan positif dengan
diadakannya pertemuan sosialisasi kesehatan dan komitmen untuk mengadakan
arisan pembangunan WC di desa Golo Pongkor. Selain itu, Atik juga mengajak
anak-anak usia SD belajar bersama tentang pelajaran sekolah, pengetahuan hidup
bersih, tata cara bersikap dan berbicara dengan orang lain, dan bagaimana
menciptakan rasa saling menghormati dan menghargai antara satu dengan yang
lain. Di hari Minggu, ia mengalokasikan waktunya membimbing anak-anak sekolah
minggu dan mengajarkan tentang pola hidup bersih dan sehat (PHBS) di Paroki
Kerahiman Ilahi, Sok Rutung.
Luar biasa bukan liburan
mereka? Teman muda, tetaplah melangkah maju dan berkarya untuk masyarakat.
(TRU)
Komentar
Posting Komentar