Program Pembangunan Masyarakat
Lanjut Usia Dan Tunawisma
Aku: Tak Lekang oleh Waktu
“Ada ungkapan ‘Menjadi
Tua adalah Kepastian, Menjadi Dewasa adalah Pilihan.’ Masa tua pasti dialami
setiap manusia, namun kedewasaan harus terus menerus diupayakan seiring dengan
bertambahnya usia,” ungkap Trustha Rembaka mengawali pelatihan Stube-HEMAT
Yogyakarta tentang Pembangunan masyarakat: Lanjut Usia dan Tunawisma. Kemudian
Indah Theresia dalam Alur Program memaparkan bahwa berkembangnya suatu daerah
diikuti peningkatan kesejahteraan dan naiknya usia harapan hidup di daerah
tersebut yang berimbas bertambahnya penduduk lanjut usia. Sementara makin maju
suatu daerah makin mahal harga tanah daerah tersebut yang berakibat munculnya
kelompok masyarakat yang tidak mampu menjangkau kebutuhan rumah tinggal. Apa
yang harus dilakukan dan dipersiapkan menghadapi realita tersebut?
Pelatihan yang diadakan
16 – 18 Oktober 2015 di wisma Sargede dan dilanjutkan di Bumi perkemahan
Sumberboyong Pakem ini membekali mahasiswa memahami sistem perlindungan
terhadap lanjut usia dan tunawisma, membangun jejaring untuk memberdayakan
lanjut usia dan tunawisma. Yang tidak kalah penting adalah sebuah pemahaman
untuk mahasiswa bagaimana merancang masa depan secara mandiri sejak di bangku
kuliah.
Drs. Suryana, M.Si dan
Ir. Baried Wibawa, keduanya dari Dinas Sosial DIY memberikan apresiasi positif
kepada mahasiswa yang mengadakan kegiatan tentang lanjut usia dan tunawisma.
Kedua narasumber memaparkan peran pemerintah dalam pemberdayaan dan perlindungan
terhadap lanjut usia dan tunawisma berwujud regulasi dan fasilitas yang bisa
diakses oleh mereka dalam berbagai wadah unit pelaksana teknis, seperti panti
wredha, rehabilitasi sosial dan tunawisma.
Eksposur sebagai wahana
belajar lapangan peserta diadakan di tiga tempat. Yang pertama adalah Lembaga
Sosial Hafara, bertempat di Gonjen Tamantirto, Kasihan, Bantul. Hafara adalah lembaga
sosial yang bergerak di bidang pengentasan dan pemberdayaan komunitas jalanan
serta kaum dhuafa. Fokus Hafara yaitu: satu, pengentasan anak jalanan melalui
rumah singgah; dua, pengentasan dan pemberdayaan anak terlantar dan orang
terlantar; tiga, pendidikan luar sekolah bagi anak-anak kurang mampu; empat, pemberdayaan
masyarakat miskin, dan lima, kegiatan ekonomi produktif. Di Hafara, peserta
pelatihan Stube-HEMAT Yogyakarta beraktivitas bersama berupa dialog dan sharing,
membuat batako dan bermain dengan anak-anak dampingan.
Yang kedua, Panti Sosial
Tresna Werdha (PSTW) Budhi Luhur yang dikelola Dinas Sosial DIY, berlokasi di Kasongan,
Bantul. Peserta berdialog dengan warga binaan yang berjumlah lebih dari 80 orang
lanjut usia. PSTW Budhi Luhur dikelola Dinas Sosial DIY. Dalam dialog, peserta
menemukan berbagai kisah yang melatarbelakangi keberadaan mereka di situ,
seperti ketidakmampuan keluarga dalam merawat, tidak adanya sanak saudara atau
mereka diangkut dari jalanan.
Yang terakhir, Panti
Wredha Hanna di Surokarsan, Yogyakarta. Panti ini merupakan wujud pelayanan
gereja terhadap masyarakat yang sudah memasuki masa tua. Sembilan peserta pelatihan
berinteraksi dengan sebagian warga panti, karena tidak sedikit yang mengalami
keterbatasan kemampuan komunikasi dan kondisi fisik. Peserta pelatihan menemukan
kenyataan bahwa keberadaan mereka di panti tidak melulu karena tidak mampu secara
ekonomi, tetapi mereka sendiri yang memilih berada di situ dan tidak ada sanak
saudara yang merawat. Perjumpaan ini membuat peserta merenungkan kembali makna
keluarga. Selain itu, peserta belajar tentang totalitas kasih perawat saat
mendampingi warga panti menjalani masa tua mereka.
Seusai eksposur, peserta
menuju bumi perkemahan Sumberboyong Pakem. Perkemahan ini bertujuan memberi
pengalaman merasakan hidup seperti tunawisma, hidup tanpa naungan dinding tembok
dan atap rumah. Meski berada di dataran tinggi yang menjadi daerah resapan air,
namun kondisi lingkungan cukup kering dan beberapa tanaman mati kekurangan air.
Sekalipun demikian, peserta tetap antusias membangun tenda dan mempersiapkan
presentasi eksposur.
Sesi Mengelola Keuangan ala
Mahasiswa yang diampu Dr. Murti Lestari, board Stube-HEMAT disambut antusias
oleh peserta dengan pertanyaan-pertanyaan seputar pengelolaan waktu antara
kuliah dan aktivitasnya, bagaimana menata pemasukan, pengeluaran dan tabungan.
Selain itu, peserta didorong untuk mandiri dan memiliki kegiatan produktif.
Pencerahan yang dialami
peserta tentang lanjut usia, tunawisma, keluarga dan masa depan memotivasi
peserta melakukan kegiatan lanjutan seperti menulis refleksi tentang hidup,
membuat film pendek tentang keberadaan orang-orang terpinggirkan, tulisan
‘feature’ tentang kemanusiaan dan kumpulan foto-foto perjalanan hidup manusia. (TRU).
Marijalani hidup seefektif mungkin..
BalasHapusMari dan rasakan. Kita berbagi dgn org lain.
BalasHapus