Ketidakadilan: Anak Muda Bisa Apa?
Pelatihan Kekristenan dan Keadilan
Sosial
Wisma Retreat Bukit Hermon, Karanganyar, Jawa Tengah
Ketidakadilan dan anak
muda? Dua hal yang menarik, bahkan judul ini akan menantang setiap anak muda
yang membacanya untuk berbuat sesuatu atas situasi tidak adil yang banyak
ditemui dalam kehidupan sehari-hari, tetapi apa yang bisa dilakukan oleh
seseorang yang masih muda, belum berpengalaman dan jaringan? Tiga hari
pelatihan Stube-HEMAT membantu mengungkap, mengurai, menginspirasi peserta
menemukan ‘spirit’ untuk melakukan sesuatu dalam situasi semacam itu.
Dimulai dengan ibadah
pembukaan oleh Fred Keith Hutubessy S.Si.(theol), mahasiswa pascasarjana studi
perdamaian UGM, yang menggambarkan bahwa belum semua rakyat Indonesia menikmati
pembangunan, terlebih mereka yang tinggal di wilayah Indonesia bagian timur
meskipun negara ini merupakan negara yang sangat kaya dengan berbagai macam
hasil bumi. Apa yang sebenarnya terjadi? Sudahkah anak muda memahami ketimpangan
ini?
Modul sepuluh tokoh
Alkitab yang memperjuangkan keadilan pada jamannya seperti Yusuf, Sifra dan Pua, Musa, Yosua, Elia, Elisa, Amos, Yeremia, Wasti dan Koresh menjadi kisah
inspiratif bagi peserta dan menjadi pembicaraan menarik dalam Focus Group Discussion (FGD) mereka.
Kisah tokoh-tokoh pemberani ini diikuti kisah konsekuensi, resiko dan dampak
dari perjuangan mereka. Peserta digugah untuk mengingat kembali spirit
kekristenan berdasar Alkitab yang akan terus memberi semangat para peserta
dalam memperjuangkan keadilan.
Pelatihan ini diikuti
oleh mahasiswa dari berbagai kampus yang
ada di Yogyakarta, seperti APMD, ITY, UAJY, UST, LPP, STAK Marturia dan UMBY. Tercatat
39 peserta dengan komposisi 13 peserta perempuan dan 26 peserta laki-laki. Rata-rata
mereka berasal dari luar pulau Jawa di antaranya Sumatera, Kalimantan, Sumba,
Alor, Flores, Papua dan Maluku Tenggara. Semua peserta sangat antusias
mengikuti semua rangkaian acara yang dimulai Jumat (19/02/16) sampai Minggu
(21/02/16).
Dua orang fasilitator
yang terus berkarya dan bergumul melawan ketidakadilan dihadirkan dalam
pelatihan ini untuk melengkapi wawasan dan pengetahuan jaringan peserta. Mereka
adalah Pdt. Paulus Hartono, M. Min (MCC – GKMI) yang membawakan materi tentang pengalaman praksis GKMI memerangi ketidakadilan
melalui jalur kultural dan Direktur YAPHI Surakarta, Haryati Panca Putri, S.H. dengan pengalaman LPH YAPHI memperjuangkan
keadilan melalui jalur hukum.
Berangkat dari tujuan pelatihan ini, menurut
koordinator lapangan, Yohanes Dian Alpasa, “Peserta mampu menceritakan kembali
apa yang telah mereka dapatkan. Hal ini dapat dilihat dari dinamika kelompok
yang berlangsung dan puncaknya saat sesi presentasi kelompok. Hal ini berarti semua
peserta yang mengikuti pelatihan ini telah memenuhi indikator pencapaian dalam
pelatihan Christianity dan Social Justice”.
Harapan terbesar adalah ketika mereka paham, mereka
mampu berbagi pengetahuan kepada teman-teman mereka yang lain. Pada sesi Follow
Up diperoleh lima kelompok follow up dan rata-rata mereka ingin mengadakan
diskusi kelompok baik di kampus, di PMK, di komunitas sebagai multiplikasi
pengetahuan. Peserta juga dihimbau untuk berbaur cair dengan masyarakat sekitar
dimana mereka tinggal untuk menghindari ketidakadilan terjadi atas mereka. (SAP).
Komentar
Posting Komentar