Kupas Tuntas Buku dan Penerbitan
Omah Limasan, Rabu, 2 Maret 2016



Buku merupakan benda yang jamak dijumpai di sekitar kita. Sejak masa kanak-kanak sampai dewasa kita selalu bertemu dengan buku, baik itu dalam wujud buku teks pelajaran atau kuliah, novel, majalah, kamus, ensiklopedia, kitab suci, komik dan bentuk-bentuk lainnya. Keberadaan buku beserta manfaatnya perlu diimbangi dengan adanya minat baca dan menulis. Lebih-lebih mahasiswa, kehidupan intelektual seorang mahasiswa ditandai dengan kebiasaan membaca dan menulis secara teratur.

Stube-HEMAT Yogyakarta sebagai wadah pendampingan mahasiswa yang sedang studi di Yogyakarta mendorong tumbuhnya budaya membaca dan menulis di kalangan mahasiswa dengan mengadakan forum Kupas Tuntas dunia menulis dan penerbitan, menghadirkan Triasmana Wirasta, seorang editor dan praktisi penerbitan buku yang juga alumnus Stube-HEMAT Yogyakarta. Rasta, nama akrabnya, yang telah lama berkecimpung dalam dunia penerbitan, memberikan gambaran tentang seluk beluk penulisan dan penerbitan sehingga mahasiswa termotivasi dan belajar untuk meningkatkan kualitas menulis bahkan menerbitkan menjadi sebuah buku.
  

Forum yang diadakan di Omah Limasan pada hari Rabu, 2 Maret 2016 dipandu oleh Trustha Rembaka, S.Th., koordinator Stube-HEMAT Yogyakarta, dihadiri lebih dari dua puluh peserta dimulai dengan perkenalan peserta dan ice breaker menyusun kartu-kartu yang berisi langkah-langkah menerbitkan buku. Berikutnya, masing-masing peserta diajak untuk ‘bermimpi’ tentang apa yang akan mereka tulis dan bukukan pada masa mendatang.

Triasmana Wirasta yang bekerja di penerbit Skripta Media Creative menyampaikan tentang seluk beluk penerbitan di Indonesia. Di Indonesia, jumlah penerbit mencapai 1.328 penerbit, namun kenyataannya jumlah terbitan buku di Indonesia tergolong rendah, menurut data Perpusnas, pengajuan ISBN tahun 2014 sejumlah 44.327. Hal ini berarti jumlah terbitan buku di Indonesia masih lebih rendah dibanding negara lain, misalnya Jepang yang menerbitkan 82.589 dan India 90.000 judul pada tahun 2013.

Rasta mengutip kritik Taufik Ismail, bahwa generasi sekarang ‘rabun membaca dan lumpuh menulis.’ Ia menguraikan bahwa minat baca masih rendah karena budaya membaca belum terwujud di tengah masyarakat. Selain itu dipengaruhi minimnya bahan bacaan yang berkualitas. Sedangkan rendahnya minat menulis dipengaruhi oleh budaya tulis, tidak tahu prosedur menulis dan penerbitan dan adanya anggapan yang salah tentang dunia penulisan dan penerbitan. Ternyata reputasi penulis hanya bernilai 10 % (perbandingan ada di tabel), Artinya, penulis pemula memiliki peluang untuk menerbitkan buku! Catatan: (bobot penilaian di penerbitan: editorial 10%, prospek pasar 50%, keilmuan 30%, reputasi penulis 10%)



Paparan Rasta yang terstruktur dan sederhana ini mampu menarik perhatian peserta yang sejak awal mengikuti dengan antusias dan penuh rasa penasaran, bahkan menumbuhkan semangat peserta untuk mulai menulis pengalamannya. “Tulislah buku karena buku akan mendorong kita berani bermimpi (envisioning), membangkitkan energi dan semangat (energizing) dan memampukan kita dan pembaca untuk melakukan sesuatu (enabling). Jadi, mulai dari sekarang jangan takut untuk menulis” pungkasnya. (TRU).


  
Sumber tentang penerbitan:

Komentar