Memangkas Ketidakadilan Sejak Dini
Mengajarkan
keadilan sosial bukan hal mudah, terlebih untuk anak usia dini. Namun bagi Domi (mahasiswa
Theologi STAK Marturia) dan Jeri (mahasiswa fak. Pertanian UST) hal ini bisa
diatasi. Dengan
berkolaborasi dua mahasiswa ini membuat semuanya mudah dan menarik karena Domi berbakat mengajar sementara Jeri hebat meramu coretan
pensil menjadi gambar komik. Keduanya tidak menyia-nyiakan talenta tersebut sehingga terciptalah materi pengajaran
Keadilan sosial dengan memakai tokoh Alkitab. “Mengajarkan materi ini
sejak usia dini akan memperkokoh karakter dasar untuk menjunjung rasa keadilan”, ujar Domi dan Jeri mantap.
Gambar-gambar komik itu dipakai sebagai bahan ajar untuk
anak sekolah minggu kelas kecil (usia 5-8 tahun) di GKJ Ambarukmo Pepanthan
Nologaten dengan tema “Berapapun harganya” (Yoh.12: 1-8). Sosok
pada gambar tersebut adalah beberapa tokoh yang ada
dalam Alkitab. Sosok yang menjadi bahan cerita saat itu
adalah Yudas, seseorang yang memelihara ketidak adilan sejak dalam pikirannya. Yudas
menyalahgunakan jabatannya sebagai bendahara komunitas pengikut Yesus. Iri hati
melandanya saat Maria Magdalena meminyaki kaki Yesus dengan minyak Narwastu
seharga 300 dinar atau setara dengan $ 10.000. Ia mengecam tindakan itu sebagai
pemborosan dan berkedok membela anak-anak yatim. Sementara bagi Maria, tindakan
itu sebagai ungkapan syukur atas mujizat yang dilakukan Yesus dengan
membangkitan saudaranya yang bernama Lazarus dari kematian. Kehidupan lebih
berharga dari uang seberapapun.
Materi
yang berat jika hanya menjelaskan tokoh
tanpa disertai aktivitas sehingga Domi dan Jeri mengajak anak-anak
mewarnai gambar dari tokoh-tokoh dalam cerita sesuka hati. Beberapa anak terlihat mengangguk-anggukkan
kepala, sesekali
terdengar suara sahut menyahut antara Domi dan mereka “siapa yang licik?” spontan
anak-anak menjawab “Yudas, kak”. Lalu
dilanjutkan “kalau begitu perbuatannya jangan di.....?” “tiru kaka” teriak sepuluh murid
di ruangan itu.

Domi
mengatakan, “Anak-anak itu suka diajak menggambar, mereka termotivasi menguasai
materi sebab diilustrasikan dalam gambar. Saya percaya walau sederhana tapi
pengalaman ini akan membekas di hati mereka, sehingga ketidakadilan dari dalam
pikiran pribadi berangsur-angsur dipangkas sejak usia dini”. Jeri pun terlihat
bangga dengan karyanya yang dihargai dan disukai anak-anak. Saat ini ia sedang mengerjakan komik tokoh
Alkitab berbahasa Sumba karena ia rindu membagikan pengalaman bagaimana berlaku
adil dari tokoh Alkitab pada anak usia dini di kampung halamannya.
Teruslah
berkarya kawan berdua! Anak-anak menantikan tokoh apa yang
akan digambaru ntuk minggu berikutnya. Semoga tumpukan indah memori
kolektif ini menuntun “teman-teman usia dini” mengamalkan sila ke 5 Pancasila ‘Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia’ di masa depan.(SRB).
Komentar
Posting Komentar