Manfaatkan Energi
Terbarukan:
Kita Bisa Apa?
Keresahan bersama tentang masa depan energi
terjawab sudah, dalam pelatihan energi terbarukan bertema “Manfaatkan Energi Terbarukan: Kita Bisa Apa?”. Walau terbilang
singkat, 17-19 Juni 2016, pelatihan yang
diadakan di Wisma Salam Magelang ini terbukti memantik rasa ingin tahu dan kesadaran peserta mengenai
permasalahan energi. Leni, mahasiswi jurusan akuntansi asal Papua mengatakan bahwa di awal pelatihan ia sama
sekali tidak mengerti dan sedikit bingung apa itu energi terbarukan, tapi
setelah berproses selama tiga hari dalam pelatihan, ia tahu bahwa energi tak
dapat dipisahkan dari kehidupannya dan bahkan menurutnya semua orang harus
memahami dan bergerak bersama untuk permasalahan energi ini.
Pentingnya Belajar Energi Terbarukan
Hari pertama peserta diajak
untuk mengetahui pentingnya belajar energi terbarukan. Direktur Eksekutif Stube-HEMAT, Ariani Narwastujati memberikan
pemahaman konsep dasar mengenai peta penggunaan energi global dan rasio
elektrifikasi. Energi terbarukan adalah jawaban bagi pemerataan pembangunan, sebab kebutuhan listrik
daerah terpencil dapat dipasok energi terbarukan seperti pembangkit
listrik tenaga surya, biogas, tenaga air,
angin dsb.
Selain rasio elektrifikasi, peserta dikenalkan dengan sumber energi tradisional
yang
ada di Yogyakarta
pengganti LPG yaitu briket yang dibuat dari sampah organik.
Menariknya Energi Terbarukan
Hari kedua peserta belajar sejarah
ketergantungan energi di Indonesia yang disampaikan oleh Silverio R.L. Aji Santoso, dosen Sejarah Universitas
Sanata Dharma. “Materi ini belum pernah diteliti oleh ahli sejarah Indonesia,
tapi memang sejak zaman Sriwijaya Indonesia sudah mengenal minyak bumi,
Indonesia juga sempat mengalami kejayaan sebagai negara pengekspor minyak sebelum
tahun 1969, ketika Soeharto membuka keran investor asing, pengerukan cadangan
energi kita yang tanpa batas ini, disinyalir mempercepat habisnya cadangan
minyak dan gas Indonesia”, tuturnya.
“Energi terbarukan bukan melulu
ranah mahasiswa
teknik”, ujar Irawan dari Pusat Studi Energi (PSE) Universitas Gadjah Mada. “Selama ini terbukti bahwa orang awam di pelosoklah yang jeli
melihat potensi energi terbarukan di daerahnya. Semua ilmu mesti bekerja
sama dalam PLTMH”, jelasnya lebih lanjut. Ia menambahkan, “Jika ingin membangun sebuah pembangkit
energi
terbarukan, kita mesti mengenal betul potensi daerah, jangan menilai
berdasarkan kunjungan sehari, contoh ada seorang mahasiswa, ia baru sekali berlibur ke pantai tapi sudah
menyatakan bahwa potensi angin di lokasi tersebut cocok untuk pembangkit
listrik tenaga bayu tanpa memperhitungkan kontinyuitas angin dalam jangka waktu yang
panjang”. Sesi
ini menarik sebab peserta belajar berbagai macam jenis pembangkit, kegunaannya dan
bagaimana merawatnya, terlebih kunjungan ke lokasi yang sudah menerapkan energi terbarukan, seperti Desa Sukunan dan PLTMH
Minggir.
Di Sukunan peserta belajar bagaimana
membangun biogas dan membuat briket. Harto, narasumber di Sukunan menjelaskan bahwa perlu komitmen bersama di kalangan warga agar tercipta desa
mandiri energi, sebab sulit sekali membangun desa mandiri energi di Indonesia,
karena kita negara kaya yang dimanja oleh alam.
Di PLTMH
Minggir peserta diajak memahami kinerja alat dari Jepang. PLTMH ini
memanfaatkan kontinyuitas aliran irigasi sebagai pemutar turbin. “Hal sederhana ini dapat
dilakukan di desa kami namun mahalnya peralatan dan susahnya perawatan menjadi
kendala”, ungkap
pak Darno pendamping
lapangan PLTMH Minggir.
Sharing
bersama Ricky aktifis Stube HEMAT Yogyakarta yang sudah bekerja 3 tahun di PLTU Palu, menambah
cakrawala peserta tentang realita yang ada mengenai kendala baik dari dalam dan luar
perusahaan. Manajemen
yang baik berpengaruh positif pada pekerjaan di lapangan. Ia menekankan,
“Kita sebagai
anak muda harus memiliki etos kerja yang tinggi dan kemampuan ‘problem solver’ sebab banyak masalah tak
terduga muncul sewaktu-waktu, seperti menghadapi warga di sekitar perusahaan bukan hal
mudah”.
Apa yang Dapat Dilakukan?
Setelah ibadah Minggu, sesi analisa kebijakan energi oleh Ahmad Rahma Wardhana
(PSE UGM), membuat peserta mengerti kebijakan energi terbarukan seperti PLN akan membeli listrik yang dihasilkan
warga, dengan harga
setiap KWH listrik energi terbarukan lebih tinggi dibandingkan sumber listrik dari energi
konvensional, juga masalah alat yang sampai saat ini masih diimpor membebani modal awal dan
perawatan. Yang bisa anak
muda lakukan saat ini adalah mempengaruhi arah kebijakan menjadi lebih pro
pada energi terbarukan di masa depan.
Sesi
follow-up menantang peserta berpikir melakukan sesuatu berkaitan
dengan energi. Beberapa peserta akan membagikan ilmu yang
didapat selama pelatihan, seperti membuat briket dan kampanye hemat energi dalam
kehidupan sehari-hari. Semoga pemantik kecil ini menyalakan hati dan menggerakkan tangan untuk
melakukan sesuatu. Selamat berkarya sederhana kawan. (SRB).
Komentar
Posting Komentar