PLTN, Siapkah Kita?
Kunjungan Belajar ke Pusat Sains Dan Teknologi Akselerator (PSTA) BATAN
(Rangkaian Eksposure Pelatihan Energi
Terbarukan)
Keinginan mengetahui
lebih pasti tentang nuklir membawa beberapa mahasiswa aktifis Stube HEMAT
Yogyakarta berkunjung dan berdiskusi di PSTA BATAN - Badan Tenaga Nuklir
Nasional (14/7/2016), Jl. Babarsari Kotak Pos 6101, Sleman, D.I Yogyakarta
55281. Kunjungan ini merupakan bagian eksposur pelatihan energi terbarukan yang
sudah diselenggarakan beberapa waktu lalu (17-19/6/2016). Tetapi, mengapa
nuklir? Bukankah nuklir tidak termasuk dalam komponen energi terbarukan?
Pertanyaan ini wajar bagi mereka yang tidak mengikuti pelatihan, sebab mereka
tidak tahu jika di awal pelatihan salah
satu harapan peserta adalah ingin mengetahui sumber energi baru yaitu nuklir,
tanpa mengecilkan potensi energi terbarukan Indonesia.
Pengalaman Perdana
Mengunjungi reaktor
nuklir, merupakan kunjungan pertama dan pengalaman perdana bagi semua yang
mengikuti kegiatan ini termasuk bagi Direktur Eksekutif Stube HEMAT. Standar prosedur pengamanan masuk sebuah
reaktor nuklir termasuk ketat, karena tidak sembarang orang dapat memasuki area
ini, dimulai dari gerbang masuk, kartu identitas dan barang bawaan mendapat
pengawasan. Sambutan tuan rumah/ PSTA BATAN sangat baik, sejak pintu masuk ada
petugas yang menyambut dan menjelaskan kegiatan dan proses apa saja yang
terjadi di tempat ini, sampai diantar menuju ruang seminar. Rombongan Stube-HEMAT diterima langsung oleh Kepala PSTA BATAN Yogyakarta DR. Susilo Widodo dan
Mantan Deputi BATAN RI DR. Ferhat Azis. Kesempatan mendengar “kuliah umum” dan
bertanya jawab langsung dengan dua orang “decision
maker” lembaga ini merupakan hal langka.
Mencengangkan
Rencana pembangunan PLTN
di Jepara, Jawa Tengah menuai pro dan kontra masyarakat. Selama ini orang hanya
mendengar dampak buruk nuklir, tanpa mendapat penjelasan dari pihak-pihak yang
pro dan kontra dan berkompeten di bidangnya. Nuklir tidak selamanya berdampak
buruk, karena menurut penjelasan Dr. Susilo, ahli dalam standar pengamanan radiasi, nuklir merupakan teknologi yang berguna
bagi masyarakat, contohnya rontgen dalam bidang kedokteran, radiasi nuklir bisa
memperpendek beberapa varietas padi unggulan sehingga bisa cepat dipanen,
radiasi dapat mengawetkan makanan dalam kemasan, seperti bantuan makanan yang
dikirim bagi korban bencana di Bangladesh. Secara sederhana, radiasi nuklir itu
aman karena hanya seperti nelayan memaparkan ikan pada radiasi sinar matahari untuk
membuat ikan asin awet.
Reaktor nuklir di
Yogyakarta belum memenuhi syarat sebagai pembangkit listrik sebab daya yang
dihasilkan hanya 100 KW. Meskipun demikian, reaktor ini tetap berada di bawah
pengawasan IAEA (Badan Tenaga Nuklir Internasional).
Dr. Ferhat Azis,
menjelaskan bahwa nuklir sangat bermanfaat bagi umat manusia. Pembangkit listrik tenaga nuklir misalnya,
harganya akan sangat terjangkau, karena 1 kapsul uranium (bahan nuklir) seberat
7 gram bisa menghasilkan listrik setara yang dihasilkan oleh 3,5 barel minyak
bumi atau 2 ton batu bara. Tragedi Chernobyl dan Fukushima bisa diatasi dengan
kemajuan teknologi Generasi 3+ yang artinya semua peralatan yang dipakai sangat
canggih dan memiliki sistem untuk memperkecil resiko ledakan dan radiasi. PLTN
3G+ didesain tahan gempa, tsunami, ledakan, dan memiliki sistem mati (shut down) otomatis ketika terjadi human
error atau kegagalan yang tidak teratasi manusia. Sehingga, Dr. Ferhat
menambahkan, kita tidak perlu khawatir dengan ledakan besar nuklir, sebab
potensi ledakan besar nuklir hanya terjadi jika uranium yang dipakai mengalami
proses pengayaan dari 20% sampai 80% sementara pada umumnya PLTN maksimal
melakukan pengayaan hanya mencapai 20%.
Melihat Reaktor
Melihat reaktor “Kartini”
di belakang ruang seminar membuat kami semua takjub. Standar prosedur keamanan begitu
ketat seperti tidak diperbolehkan mengambil gambar di dalam ruang reaktor,
menggunakan jas laboratorium dan sepatu kain sebagai pelapis alas kaki. Reaktor
ini dipakai sebagai tempat penelitian dan beroperasi saat ada permintaan dari
pihak luar untuk melakukan berbagai pengujian nuklir. Reaktor berbentuk
tampungan air ini berprinsip kerja memanaskan air melalui reaksi fusi berantai
uranium dan uap air dipakai untuk memutar turbin sebagai pembangkit listrik.
Dr. Ferhat mengatakan bahwa para ahli nuklir Indonesia siap
menjalankan PLTN, karena memiliki kemampuan dan kompetensi, bahkan Indonesia
adalah salah satu negara pengekspor komponen PLTN ke Eropa salah satunya ke Finlandia.
Hari itu merupakan pembelajaran
berharga untuk memahami bahwa nuklir tidak selalu merusak. Marilah kaum muda belajar
menyiapkan diri, dimulai dari energi terbarukan sederhana, sebab negara dengan
rasio elektrifikasi tinggi mengindikasikan negara maju. Sudah siapkah kita menciptakan kemajuan
bangsa? (SRB).
Komentar
Posting Komentar