IDE
MUNCUL, LANGSUNG LAKUKAN
Memunculkan ide bisnis bukanlah hal yang mudah dan cepat. Butuh
ketekunan dan ketelitian melihat potensi yang ada. Saat ide itu muncul, belum tentu orang langsung meng-eksekusinya. Mereka masih memikirkan modal, jejaring dan banyak hal lain sehingga saat banyak ide muncul, menjadi biasa-biasa
saja. Tetapi ketika ide
muncul dan langsung
segera melakukannya, maka hasilnya akan segera bisa terlihat. Status mahasiswa
bukan alasan untuk tidak berbisnis, seperti yang
dilakukan 4 mahasiswa berikut. Meski masih dalam tahap perintisan,
mereka tetap berusaha menjadi pelaku bisnis. Pelatihan Bisnis
Kreatif yang dilakukan Stube-HEMAT beberapa waktu yang lalu memberi wadah dan
kesempatan kepada peserta mahasiswa untuk mengenal dunia bisnis kreatif beserta
peluang-peluangnya.
Mahasiswa yang sering disapa Frans ini bukan sekali, dua kali saja
berbisnis, dari menjual jasa menjadi tukang
antar anak sekolah, jasa waiter di sebuah
restoran asing, membuka reparasi elektronik, membuat gerobak angkringan, hingga
sekarang mulai menekuni bisnis fashion sablon baju, dengan unggulan tinta sablon yang dipakai dan desain
ekslusif sesuai pesanan. Beberapa kaos sudah
terjual dan sekitar dua
puluh empat dalam proses pemesanan. Motivasi menekuni bisnis ini melihat
peluang di kampung halamannya,
Sumba Timur yang kaya akan potensi wisata
dan memerlukan banyak cendera mata bagi para wisatawan yang mengunjunginya.
Mahasiswa lulusan pendidikan matematika,
Universitas Sarjanawiyata (UST) Yogyakarta ini menyatakan akan mengembangkan
bisnis di kampung halamannya dengan resiko yang harus
dihadapi seperti bahan baku. Namun demikian dia bercita-cita untuk mengatasinya
sehingga bisa membuka lapangan kerja bagi anak muda Sumba. “Dengan mengikuti
pelatihan Stube HEMAT, saya terbantu membuka wawasan dan menantang saya
melakukan sesuatu untuk Sumba”, katanya.


Nuel, mahasiswa
lulusan ilmu pemerintahan, di Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan APMD Yogyakarta, termotivasi melakukan bisnis dan menjadi
anak yang tidak selalu tergantung pada
keluarga. Nuel tertarik
menjual batik ke daerah asalnya. “Peluang batik masih cukup tinggi, harga
pasaran batik di Yogyakarta lebih murah dibandingkan dengan pasaran di Alor”, jelasnya. Usaha
jasa menjual barang menjadi usaha
sampingan yang di lakukanya seperti
penjualan sepeda motor bekas, penyedian seragam olahraga dan juga berbagai
kebutuhan yang dipesan oleh pelanggan dari Alor,
Kupang dan Maluku. Pelatihan Bisnis Kreatif telah menambah motivasinya merintis
usaha.
Merubah kain bekas menjadi tas cantik menjadi keinginan Irma, seorang
mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Kristen di STT GKS Lewa, Sumba. Bermula dari menonton acara kreatif di
televisi, membuat dia menjadi tertarik untuk menekuninya namun dia masih perlu
pembelajaran dan metode-metode. Kesempatan belajar ke Yogyakarta menjadi
peluang untuk bisa memperdalam ilmu menjahit yang dimilikinya. Sepulang dari
Jogja, usaha ini mulai lebih serius
dilakukan hingga dia mendapat kepercayaan dipinjami sebuah mesin jahit dari kampus. Irma sangat gembira
dan saat ini dia mendapat pesanan cover alkitab.
Termotivasi dari hobi dan keinginan untuk memperoleh penghasilan
sendiri membuat mahasiswa ekonomi pembangunan yang
disapa Fredy ini memulai usahanya. Dengan mengamati
peluang di Sumba Timur, yang hanya memiliki dua
percetakan, dia memilih menekuni
bisnis percetakan dan sablon terlebih saat mendapat kesempatan
belajar selama satu bulan di Yogyakarta. Pelatihan
Bisnis Kreatif di Stube HEMAT memperluas pemahamannya mengenai jaringan, sasaran pemasaran produk, pengadaan alat-alat dan bahan, manajamen
pasar, promosi, dan antisipasi terjadinya resiko.
Kisah sederhana dari keempat muda-mudi ini semoga dapat memotivasi
pembaca. Berbisnis bisa dilakukan siapa saja, kapan saja, dan dimana saja. Muda
bukan menjadi hambatan untuk berkembang. Penuhi diri dengan rasa ingin tahu dan berkembang, maka keseuksesan
akan menghampiri kita. Salam sukses buat anak muda. (ITM).
Komentar
Posting Komentar