Arrow Generation
Penerimaan
Anggota Baru PMK ITY
Sabtu, 15 Oktober 2016, Stube-HEMAT Yogyakarta diundang menjadi
fasilitator Program Penerimaan Anggota Baru Persekutuan Mahasiswa Kristen
Institut Teknologi Yogyakarta (PAB PMK-ITY).
Sesi yang disampaikan bertajuk “Arrow Generation” atau generasi
anak panah dengan pemateri Yohanes Dian Alpasa. Tiga puluh delapan mahasiswa
baru menjadi peserta PAB ini. Mereka berusaha menyimak paparan yang
disampaikan. Generasi anak panah berasal dari pemahaman bahwa anak muda itu
seperti anak panah yang melesat dengan visi, mimpi, dan tujuan hidup. Anak-anak
ini kuat dan diperkuat serta digunakan oleh tangan-tangan yang tangguh.
Ungkapan anak muda sebagai anak panah muncul pada kitab Mazmur pasal 127 dan
digunakan oleh sebagian gereja sebagai dasar penyadaran warganya bahwa mereka
bukanlah generasi yang sembarangan. Sesi ini dibuka dengan pertanyaan, ”Apa yang
menjadi cita-cita anda?” Beberapa mahasiswa tidak bisa menjawabnya, sungguh
disayangkan. Namun, tidak berhenti di situ, karena peserta PAB didorong untuk
memiliki dan merumuskan cita-cita mereka hari itu juga. Tanpa cita-cita maka
hidup seperti anak panah tanpa target, terbang tak tentu arah, terkulai, layu,
dan patah.
Paparan kemudian dilanjutkan dengan gambaran anak muda hari ini
yang mudah mengeluh. Pramoedya Ananta Toer menyebut bahwa orang-orang Indonesia
pernah terjerembab dalam tiga hal yang memperbudak. Pertama, orang-orang
Indonesia pernah diperbudak oleh ketakutan. Kedua, diperbudak oleh kebodohan.
Ketiga, diperbudak oleh penyakit. Keadaan ini bisa saja berulang bilamana
generasi sekarang mudah mengeluh dan tidak bisa memaknai kehidupan.
Kehidupan mahasiswa pada dasarnya adalah kehidupan yang penuh
dengan kegembiraan. Tidak semua anak muda di kampung kita bisa bersekolah dan
melanjutkan studi sampai jenjang perguruan tinggi. Jadi tidak perlu lagi
dilewati dengan keluhan dan ratap. Seorang yang ada dalam generasi anak panah
tahu bahwa yang dihadapi bukan lagi pergumulan, tetapi setiap penugasan kuliah
adalah panggilan untuk bergembira dan merayakan kehidupan, merayakan anugerah
Tuhan yang sudah jatuh pada kita.
Mayoritas peserta adalah mahasiswa baru sehingga masing-masing
tentu memiliki pengalaman yang masih segar soal kehidupannya di Sekolah
Menengah Atas. Sekali mereka menjejakkan kaki di Yogyakarta maka mereka sudah
meletakkan cita-cita ke depan. Yohanes menyampaikan lebih lanjut, “Banyak
pemuda jatuh karena tidak memiliki cita-cita, tetapi banyak juga yang mampu
menentukan masa depannya karena memiliki harapan, cita-cita dan tujuan hidup.
Seorang generasi anak panah harus mampu merumuskan apa yang menjadi
cita-citanya kelak”.
Sesi ini ditutup dengan masing-masing peserta menuliskan apa yang
akan mereka lakukan dan harapkan terjadi dalam tiga tahun kedepan. (YDA).
Komentar
Posting Komentar