Dengan begitu banyak tawaran dan godaan, anak muda sering tidak
bisa memilih bagaimana mengisi waktunya dengan baik. Olah raga menjadi salah
satu cara sehat menyalurkan hobi dan memanfaatkan waktu dengan positif bagi
anak muda.
Kamis, 20 Oktober 2016, peserta pelatihan Youth Problem Stube-HEMAT Yogyakarta kompak mengisi waktu bersama dengan olah raga. Mikhael bersama dengan 14 teman lain dari beberapa kampus dengan semangat bertanding futsal di MU Futsal, Jl. Kusumanegara Yogyakarta.
Kamis, 20 Oktober 2016, peserta pelatihan Youth Problem Stube-HEMAT Yogyakarta kompak mengisi waktu bersama dengan olah raga. Mikhael bersama dengan 14 teman lain dari beberapa kampus dengan semangat bertanding futsal di MU Futsal, Jl. Kusumanegara Yogyakarta.
Apa yang menjadi dasar mereka tergerak melakukan kegiatan ini
sebagai tindak lanjut pelatihan? Kegiatan ini pada dasarnya adalah aksi
sederhana baik individu maupun kelompok dari peserta yang sudah mendapatkan
pengalaman pelatihan Stube. Pelatihan Youth Problem yang mereka ikuti membuat
mereka tergerak untuk lebih menjaga diri dan mempersiapkan diri. Mereka
mengerti apa itu masa depan tetapi belum mempersiapkannya. Mereka juga mengerti
apa yang menjadi resiko kebiasaan buruk yang dilakukan tetapi belum punya cara
untuk benar-benar menghindarinya. Minggu-minggu ini mereka mulai sadar dan
melakukan langkah sederhana untuk menanggulangi masalah kaum muda yang menjangkiti
sebagian kaum muda.
Masalah seperti sex bebas, kemalasan, etos belajar, etos kerja
menurun, dan gaya hidup hedonis termasuk pola makan yang tidak teratur
menyebabkan kondisi jasmani anak-anak muda saat ini tidak selalu fit dan rentan
terhadap penyakit. Untuk menjaganya, anak-anak muda bisa mencegah dengan
berbagai cara.
Cara-cara pemeliharaan jasmani bisa dilakukan dengan olahraga,
meditasi, membaca buku, dan menghindari makanan yang mengandung pewarna,
pengawet, dan penyedap. Mikha dan Arius, mahasiswa Institut Tekhnologi
Yogyakarta baru saja memasuki dunia kampus dan menjalani semester satu pada
program studinya mencoba untuk melakukan follow-up dalam bidang olahraga.
Mula-mula anggota follow-up hanya empat orang tetapi direspon cepat oleh
teman-teman Stube yang lain.
Yohanes Dian Alpasa berpendapat, ”Follow-up olah raga memang belum
dapat dikategorikan dalam aksi nyata yang berdampak pada orang banyak di luar
anggota komunitas. Olahraga ini terkesan hanya berlaku untuk anggota kelompok
saja. Namun, saya yakin bahwa apa yang mereka lakukan adalah bentuk respon atas
pemahaman hidup sehat yang mereka peroleh dalam pelatihan. Mereka sudah belajar
bekerja dalam kelompok dan berkoordinasi dalam tim”. “Bekerja dalam kelompok
menjadi barang mahal di tengah lingkungan hidup yang individual. Kita
membutuhkan anak muda yang bisa mengorganisir setiap aksi sederhana dan mau terus
belajar menjadi seorang pemimpin”, imbuhnya. Satu tim kecil yang nantinya terus
belajar dan terus melatih diri untuk menjadi besar seperti pengalaman seorang
anggota Stube yang sudah mengikuti pelatihan sejak 2013, Putri Dadi,”...kami
pernah menjuarai piala rektor untuk futsal putri.”
Setelah pertandingan peserta berdiskusi soal kelanjutan dari
tindakan ini. Olahraga seperti ini akan menjadi lebih bermanfaat bila
mengikutsertakan pemuda-pemuda dari berbagai elemen seperti pemuda gereja, PMK,
dan kelompok pemuda lain. Direncanakan pertandingan dengan komunitas lain akan
digelar dalam waktu dekat. Semakin rutin berolahraga maka semakin sehat jasmani
anak-anak muda. Kiranya semakin banyak anak muda yang peduli pada kesehatan
tubuh jasmaninya. (YDA)
Komentar
Posting Komentar