EXPLORING SUMBA 2016 Berbagi Pengalaman dan Saling Belajar






Sebuah perjalanan mengunjungi daerah baru untuk mengenal masyarakat dan budaya merupakan kesempatan yang sangat berharga. Terlebih lagi kesempatan berinteraksi dan saling belajar dengan masyarakat setempat mengenai keberagaman yang ada di Indonesia. Stube-HEMAT Yogyakarta memberi kesempatan kepada mahasiswa aktivis Stube-HEMAT Yogyakarta untuk berkunjung ke Sumba, salah satu pulau di Nusa Tenggata Timur. Tidak setiap orang bisa berkunjung ke Sumba menikmati keelokan alam, keunikan budaya dan masyarakatnya.

Ada beberapa mahasiswa yang berani menerima tantangan menjelajah Sumba untuk berbagi pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Siapa saja mereka?

Pertama adalah Junita Samosir, seorang lulusan Agroteknologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Di Sumba, ia membagi pengetahuan tentang budidaya sayuran organik kepada penduduk di Laimbonga, Sumba Timur. Praktek membuat kebun percontohan melibatkan penduduk setempat antara lain observasi ketersedian lahan, pengolahan lahan, persiapan benih dan pengairan sampai perawatan tanaman. Setelah hampir satu bulan hasilnya bisa dipanen bersama penduduk setempat. Selain itu, Junita juga membagikan keterampilan mengolah labu kuning menjadi puding karena kandungan gizinya sangat tinggi terutama sebagai sumber karbohidrat, vitamin dan mineral. Penduduk sangat antusias mengolah labu kuning karena biasanya labu kuning hanya sebagai makanan babi atau direbus biasa.




Berikutnya adalah Resky Yulius, seorang mahasiswa Manajemen Universitas Kristen Duta Wacana yang berasal dari Toraja. Ada dua hal yang ia lakukan di Sumba, yaitu berbagi pengalaman dengan mahasiswa STT GKS tentang menulis dan membuat curriculum vitae atau CV sebagai wujud kesiapan diri memasuki dunia kerja maupun menciptakan peluang kerja dan mendokumentasi berbagai hal yang menarik di Sumba, seperti budaya, kerajinan tangan dan landscape alamnya.




Peserta ketiga adalah Christian Badai Bulin, seorang mahasiswa Teknik Informatika Universitas Kristen Duta Wacana yang berasal dari Pontianak, Kalimantan Barat. Ia membuat beberapa video pendek yang menceritakan tentang Sumba, antara lain penguburan adat Marapu, suasana salah satu pantai di Sumba dan prosesi menggunakan pakaian adat. Harapannya video pendek yang dihasilkan ini bisa digunakan sebagai dokumentasi dan promosi wisata di Sumba.




Keadaan kesehatan masyarakat Sumba menjadi perhatian Imelda Dewi Susanti, lulusan Stikes Bethesda Yogyakarta yang berasal dari Sekadau, Kalimantan Barat. Ia berbagi pengalaman dengan masyarakat dan jemaat GKS Kaliuda, Sumba Timur untuk mengenal penyakit herediter (hipertensi dan diabetes millitus) dan penanganannya termasuk mengolah minuman herbal dari labu. Selain itu, ia juga sosialisasi pola hidup bersih dan sehat, mengecek tekanan darah dan melakukan praktek senam kesehatan untuk anak muda di Kaliuda.




Peserta kelima adalah Yohanes Dian Alpasa, alumnus teologi Universitas Kristen Duta Wacana yang berasal dari Bengkulu. Ia mewawancarai para aktivis Stube-HEMAT Sumba yang menjadi peserta eksposur ke Stube-HEMAT Yogyakarta dalam kurun waktu 2010-2016 untuk mengetahui sejauh mana program ini bermanfaat dan diterapkan di daerah asal. Dua puluh sembilan peserta berhasil ia wawancarai, sembilan orang via telepon dan dua orang tidak berhasil ditemui karena bekerja di lain pulau.


 

Peserta keenam adalah Vicky Tri Samekto, alumnus teologi STAK Marturia. Dengan bekal kemampuan teater yang dia miliki, Vicky mencoba mendorong dan memberi wadah anak muda untuk mengekspresikan diri dalam olah suara dan tubuh. Latihan-latihan teater menjadi salah satu praktek sederhana ekspresi diri. Tentu saja ekspresi tersebut mengangkat tema-tema sosial dan anak muda.



Itulah berbagai karya anak muda sekalipun sederhana tetapi mampu menginspirasi sesama. Stube-HEMAT Yogyakarta terus-menerus mendorong dan memotivasi anak muda untuk mewujudnyatakan idealisme dan pengalamannya sehingga bermanfaat untuk masyarakat.(TRU).



Komentar