Sebuah
perjalanan mengunjungi daerah baru untuk mengenal masyarakat dan budaya
merupakan kesempatan yang sangat berharga. Terlebih lagi kesempatan
berinteraksi dan saling belajar dengan masyarakat setempat mengenai keberagaman
yang ada di Indonesia. Stube-HEMAT Yogyakarta memberi kesempatan kepada
mahasiswa aktivis Stube-HEMAT Yogyakarta untuk berkunjung ke Sumba, salah satu
pulau di Nusa Tenggata Timur. Tidak setiap orang bisa berkunjung ke Sumba menikmati
keelokan alam, keunikan budaya dan masyarakatnya.
Ada
beberapa mahasiswa yang berani menerima tantangan menjelajah Sumba untuk
berbagi pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya. Siapa saja mereka?
Pertama adalah Junita Samosir, seorang lulusan Agroteknologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Di Sumba, ia membagi pengetahuan tentang budidaya sayuran organik kepada penduduk di Laimbonga, Sumba Timur. Praktek membuat kebun percontohan melibatkan penduduk setempat antara lain observasi ketersedian lahan, pengolahan lahan, persiapan benih dan pengairan sampai perawatan tanaman. Setelah hampir satu bulan hasilnya bisa dipanen bersama penduduk setempat. Selain itu, Junita juga membagikan keterampilan mengolah labu kuning menjadi puding karena kandungan gizinya sangat tinggi terutama sebagai sumber karbohidrat, vitamin dan mineral. Penduduk sangat antusias mengolah labu kuning karena biasanya labu kuning hanya sebagai makanan babi atau direbus biasa.
Pertama adalah Junita Samosir, seorang lulusan Agroteknologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Di Sumba, ia membagi pengetahuan tentang budidaya sayuran organik kepada penduduk di Laimbonga, Sumba Timur. Praktek membuat kebun percontohan melibatkan penduduk setempat antara lain observasi ketersedian lahan, pengolahan lahan, persiapan benih dan pengairan sampai perawatan tanaman. Setelah hampir satu bulan hasilnya bisa dipanen bersama penduduk setempat. Selain itu, Junita juga membagikan keterampilan mengolah labu kuning menjadi puding karena kandungan gizinya sangat tinggi terutama sebagai sumber karbohidrat, vitamin dan mineral. Penduduk sangat antusias mengolah labu kuning karena biasanya labu kuning hanya sebagai makanan babi atau direbus biasa.
Berikutnya
adalah Resky Yulius,
seorang mahasiswa Manajemen Universitas Kristen Duta Wacana yang berasal dari
Toraja. Ada dua hal yang ia lakukan di Sumba, yaitu berbagi pengalaman dengan
mahasiswa STT GKS tentang menulis dan membuat curriculum vitae atau CV sebagai wujud kesiapan diri memasuki dunia
kerja maupun menciptakan peluang kerja dan mendokumentasi berbagai hal yang
menarik di Sumba, seperti budaya, kerajinan tangan dan landscape alamnya.
Peserta ketiga adalah
Christian Badai Bulin, seorang mahasiswa Teknik Informatika Universitas Kristen
Duta Wacana yang berasal dari Pontianak, Kalimantan Barat. Ia membuat beberapa
video pendek yang menceritakan tentang Sumba, antara lain penguburan adat
Marapu, suasana salah satu pantai di Sumba dan prosesi menggunakan pakaian
adat. Harapannya video pendek yang dihasilkan ini bisa digunakan sebagai
dokumentasi dan promosi wisata di Sumba.
Keadaan kesehatan
masyarakat Sumba menjadi perhatian Imelda Dewi Susanti, lulusan Stikes Bethesda
Yogyakarta yang berasal dari Sekadau, Kalimantan Barat. Ia berbagi pengalaman
dengan masyarakat dan jemaat GKS Kaliuda, Sumba Timur untuk mengenal penyakit
herediter (hipertensi dan diabetes millitus) dan penanganannya termasuk
mengolah minuman herbal dari labu. Selain itu, ia juga sosialisasi pola hidup
bersih dan sehat, mengecek tekanan darah dan melakukan praktek senam kesehatan
untuk anak muda di Kaliuda.
Peserta kelima adalah
Yohanes Dian Alpasa, alumnus teologi Universitas Kristen Duta Wacana yang
berasal dari Bengkulu. Ia mewawancarai para aktivis Stube-HEMAT Sumba yang menjadi
peserta eksposur ke Stube-HEMAT Yogyakarta dalam kurun waktu 2010-2016 untuk
mengetahui sejauh mana program ini bermanfaat dan diterapkan di daerah asal. Dua
puluh sembilan peserta berhasil ia wawancarai, sembilan orang via telepon dan
dua orang tidak berhasil ditemui karena bekerja di lain pulau.
Peserta keenam adalah
Vicky Tri Samekto, alumnus teologi STAK Marturia. Dengan bekal kemampuan teater
yang dia miliki, Vicky mencoba mendorong dan memberi wadah anak muda untuk
mengekspresikan diri dalam olah suara dan tubuh. Latihan-latihan teater menjadi
salah satu praktek sederhana ekspresi diri. Tentu saja ekspresi tersebut
mengangkat tema-tema sosial dan anak muda.
Itulah
berbagai karya anak muda sekalipun sederhana tetapi mampu menginspirasi sesama.
Stube-HEMAT Yogyakarta terus-menerus mendorong dan memotivasi anak muda untuk
mewujudnyatakan idealisme dan pengalamannya sehingga bermanfaat untuk
masyarakat.(TRU).
Komentar
Posting Komentar