Menyuarakan sesuatu hal sangatlah penting,
terlebih yang berkaitan dengan keadilan, keilmuan dan kebenaran. Untuk mencapai
tujuan tersebut ketrampilan berkomunikasi secara efektif merupakan syarat utama
khususnya mahasiswa. Komunikasi yang efektif memudahkan pendengar memahami
informasi yang disampaikan baik secara lisan, tulisan, visual maupun
non-verbal. Komunikasi efektif juga akan mempermudah pihak yang ingin menyampaikan pesan, debat, mempertahankan
pendapat, memimpin diskusi, atau mengeluarkan ide untuk publik. Mahasiswa diharapkan
memiliki keterampilan berkomunikasi secara efektif meskipun banyak faktor yang
mempengaruhi seperti latar belakang budaya, logat bicara karena pengaruh bahasa
ibu, atau juga faktor psikologis.
Menjawab kebutuhan ini, Lembaga Stube HEMAT
Yogyakarta menyelenggarakan program pelatihan keterampilan berkomunikasi. Mulai
dari pelatihan menyajikan data dengan grafik, mengoptimalkan powerpoint hingga tiga
hari pelatihan dengan fasilitator yang ahli di bidang komunikasi secara verbal.

Tiga hari pelatihan dengan tema “Aku Ada, Aku Bicara” diadakan di wisma
Omah Jawi Kaliurang, pada 19-21 Mei 2017. Kegiataan ini diikuti 30 peserta dari
berbagai kampus di Yogyakarta. Tim Stube HEMAT dan Magdalena Betty seorang
penyiar radio dan juga praktisi di bidang public
speaking menjadi fasilitator dalam pelatihan ini. Magdalena memyampaikan materi tentang apa itu verbal grafity dan bagaimana cara menghilangkannya.
Verbal grafity adalah kebiasaan saat
berbicara menggunakan kata-kata yang tidak perlu seperti ehmm, anu, eee, apa
ya, trus, mmmm, dst. Materi lain yang disampaikan adalah verbal dan non-verbal
komunikasi dan tips berpendapat yang baik. Peserta juga berlatih menganalisa kalimat-kalimat asumsi
dan fakta untuk membantu obyektivitas berpikir dan menyimpulkan.
Model penyampaian materi pelatihan tidak
menggunakan model satu arah atau teacher
centered learning, tetapi melibatkan semua peserta di semua sesi dan langsung
praktek berbicara seperti simulasi debat. Kegiataan terakhir adalah challenge make a video yang mensyaratkan
semua peserta membuat video dengan konten ajakan positif berdurasi 1-5 menit. Para
peserta membuat secara kreatif konten video mereka, mulai dari yang mengajak
memakai helm saat berkendara, tertib membuang sampah, disiplin belajar, menyadari
adanya berita, bahaya merokok, dll. Dari video yang dibuat, dipilih 6 video terbaik.
Salah satu peserta bernama Seprianus, mahasiswa APMD dari Sumba mengatakan, “Pelatihan Stube HEMAT ini berbeda dengan
pelatihan-pelatihan yang pernah saya ikuti. Biasanya pelatihan tersebut sangat
serius dan membosankan, tetapi pelatihan Stube HEMAT ini memberi nuansa
keakraban yang membuat peserta semangat dan menumbuhkan ide.“ Dengan materi
yang diterima, peserta diharapkan memiliki kemampuan komunikasi yang lebih baik
serta bisa memberi efek positif untuk masyarakat dan bangsa ini. Perubahan memang
tidak akan terjadi dalam sekejap, butuh perjuangan dan kerja keras seperti
peribahasa, berguru kepalang ajar, bagai
bunga kembang tak jadi yang berarti menuntut
ilmu hendaknya sepenuh hati dan tidak tanggung-tanggung agar mencapai hasil
yang baik. (ITM).
Komentar
Posting Komentar