B e d a h B u k u “How to Survive Change You Didn’t Ask For” Bagaimana bertahan atas perubahan yang tidak diinginkan?
Dalam proses belajar menuju seorang sarjana mungkin ada banyak kondisi dan situasi
yang ‘berubah’ yang harus dialami seorang
mahasiswa yang tidak mampu ditolaknya, seperti perubahan sistem akademik, kiriman
uang yang terbatas karena kemampuan keluarga, meninggalnya orang-orang terkasih,
perubahan harga-harga kebutuhan sehari-hari, atau perubahan-perubahan lain yang
tidak mampu ditolak. Setiap perubahan membawa dampak pada
seseorang entah itu perubahan yang membahagiakan atau menyedihkan. Perubahan
yang membuat hidup terasa berat membutuhkan
ketangkasan sikap untuk mampu beradaptasi menghadapinya agar tidak terpuruk
dan sulit untuk bangkit.
Bedah buku yang memiliki 5 bab
ini berjudul “How to Survive Change You Didn’t Ask
For” (10/10/2017) oleh Elisabet Uru
Ndaya membantu mahasiswa mengetahui
tips bagaimana harus bersikap dan mampu
bertahan dengan perubahan yang tidak diinginkan.
Buku ini
ditulis oleh M.J Ryan, seorang motivator dan
pemrakarsa Random Acts of Kindess dari New York Time. Beberapa buku yang
ditulisnya seperti The Power of Patience, The Happiness Makeover, dan Attitudes
of Gratitude, serta beberapa buku motivasi lainnya. Dalam bukunya, penulis
menawarkan bagaimana keluar dari
penderitaan dengan lebih cepat yakni dengan menyiapkan pola pikir dan sikap yang tepat. Pertama,
saat perubahan terjadi kita harus berbesar
hati untuk menerima perubahan tersebut. Kedua, jika sudah mampu
menerimanya maka mulailah mengembangkan opsi yang dapat dipilih sebagai solusi yang tepat untuk
menyelesaikan permasalahan. Kebanyakan
orang gagal menghadapi perubahan karena tidak mampu mengembangkan opsi dan tetap menggunakan opsi lama, sehingga
mereka digusur perubahan. Ketiga, setelah kita menemukan opsi dan pilihan solusi yang tepat, maka segera mengambil
tindakan untuk keluar dari masalah tersebut. Keempat, saat kita mulai bertindak, kita harus memperkuat
adaptabilitas yang sudah dimiliki agar
mampu memprediksi perubahan yang akan terjadi dan selanjutnya mengambil
sikap yang tepat untuk menghadapinya.
Ada dua puluh
tip ditawarkan dalam bab IV buku ini seperti berbicara secara pribadi kepada Tuhan yang diimani atas beban yang
ditanggung, tidak menyendiri tetapi keluar mencari teman atau bergaul dengan orang-orang yang bahagia untuk mendapatkan
energy positif.
Diskusi yang
diikuti tiga belas orang ini mengawali
program Survival Competency yang akan
dilaksanakan November mendatang. Ada beberapa cerita yang peserta sampaikan
bagaimana mereka bertahan menghadapi masalah. Seperti tutur Maritjie, ”Dua minggu
lalu ada akun Ffacebook yang mem-publish postingan sindiran dengan meng-copy ulang
status yang aku tulis. Awalnya memang panik dan bingung tetapi ketika mulai
mampu mengusai diri dengan baik maka masalah tersebut dapat terselesaikan”.
Sari juga bercerita, ”Saat sedang dalam proses mengerjakan tugas kampus dan
deadline hanya dua hari, laptop hilang dicuri. Memang sangat menyesakkan dada,
tetapi daripada mengeluh dan menggerutu, lebih baik mencari solusi agar tugas
kampus tetap dikumpulkan tepat waktu”.
Diskusi bedah buku di tutup dengan closing statement dari Elis, “Apapun yang terjadi di dalam kehidupan, yakinlah
kita mampu menghadapinya, karena kita memiliki
kekuatan lebih dari masalah yang harus kita tanggung. (SAP).
Komentar
Posting Komentar