Setiap pelatihan yang
dilakukan oleh Stube selalu memiliki kesan yang berbeda bagi setiap pesertanya.
Ada yang terkesan dengan materi yang disampaikan pada sesi pelatihan, ada juga
yang terkesan dengan fasilitator yang diundang dan ada pula yang terkesan dengan
manajeman Stube sendiri. Sama halnya dengan teman-teman dari Universitas Janabadra
Yogyakarta yang sangat terkesan dengan pelatihan Survival Competency dan ingin segera berbagi kepada yang lain.
Mereka jujur saat diajak
mengikuti pelatihan ada yang terpaksa karena tidak ada teman di kos seperti
Estrela, Maria dan Talia, ada yang memang merasa perlu datang seperti Hanis dan
Fangges. Mereka bercerita ‘blak-blakan’ bagaimana mereka mendapatkan pemahaman baru tentang berbisnis dan
pentingnya mengetahui UU Desa yang disampaikan pada sesi terakhir pelatihan. Setelah mengikuti alur pelatihan, mulailah
mereka paham dan bersyukur
berada di sana,
bahkan Hanis sudah
mencari dan membangun jaringan dengan Rumah Kreatif Jogja untuk menjual tas
khas Maybrat ke Jogja dan menjual tas rajut dari Jogja ke Maybrat, Papua.
Karena merasa
perlu berbagi, mereka melakukan follow-up
dengan mengajak teman-teman Unit Kegiatan Mahasiswa Kristiani (UKMK) dan beberapa
teman dari Maybrat Papua untuk berdiskusi bersama. Pada hari Jumat, 17 November 2017 di kampus
Universitas Janabadra Yogyakarta ada sekitar tujuh belas orang tertarik dan datang di acara follow-up yang dimulai dengan perkenalan Stube oleh
Elisabeth dan dilanjutkan sharing
dari Hanis, Fangges, Maria, Estrela, Talia dan Lia mengenai materi yang mereka dapatkan.
Estrela, “Jujur, saya merasa dipaksa untuk mengajukan pertanyaan
dalam sesi pelatihan, tetapi
setelah saya pikir-pikir ternyata bermanfaat karena saya orangnya pasif. Stube mengajari saya untuk aktif untuk memunculkan ide”. Maria, “Saya
belajar sisi lain dari kota ini, karena ternyata juga ada tindak kejahatan dan semua itu
mengingatkan saya untuk
lebih berhati-hati”.
Dari sharing yang
dilakukan, beberapa teman yang hadir penasaran dan bertanya-tanya
tentang Stube HEMAT, seperti
Beny yang datang dari Timor Leste ingin tahu apakah lembaga ini
melatih mahasiswa menjadi mediator yang baik. Sarloce,
salah satu team kerja
Stube menjelaskan bahwa Stube HEMAT memfasilitasi
mahasiswa dengan berbagai pelatihan, dan bagaimana menjadi mediator yang
baik menjadi salah satu materi pada pelatihan Studi Perdamaian yang sudah
diselenggarakan pada bulan September 2017, meskipun demikian jika teman-teman mahasiswa
memerlukan bahan ataupun diskusi mengenai hal tersebut, maka dipersilahkan menghubungi sekretariat untuk kemungkinan
realisasinya.
Elisabeth menambahkan,”Menjadi mediator tidak bisa
instan
karena ada alur
proses yang harus dipelajari. Pada pelatihan lalu, ada follow-up bagaimana menjadi mediator yang baik. Selain
teori peserta juga langsung diajak praktek melakukan mediasi sesuai proses”.
Masih banyak yang ingin
mereka tanyakan tetapi karena kami hanya diberi waktu dua jam dari 16.00 -
18.00 WIB maka acara ditutup dengan berfoto bersama peserta. Dari follow-up ini mereka berharap ada diskusi
lanjutan.
Tidak ada yang mampu
menahan kita untuk belajar jika hati, jiwa dan pikiran kita yang meminta. Jika
ingin agar kita didengar maka belajarlah dan bersuaralah dengan cerdas. (SAP).
Komentar
Posting Komentar