Standar dan capaian kebersihan setiap
kota dan tempat relatif berbeda, demikian juga standar kebersihan satu negara
juga berbeda dari negara lain. Singapura yang juga dikenal dengan negeri seribu
denda misalnya, menerapkan disiplin kebersihan yang sangat ketat. Berbeda
dengan Indonesia atau juga India, tempat South to South Exchange Program ini
dilakukan, memiliki standar kebersihan yang berbeda. Standar itu dipengaruhi
oleh aturan hukum dan kebiasaan dari warga setempat dalam memandang
lingkungannya. Sampah yang berserak tidak selalu dipandang buruk oleh warga
tetapi dipandang sangat menjijikkan oleh warga yang lain. Di Indonesia,
pemerintah menetapkan standar bagi capaian kebersihan dan pemeliharaan
lingkungan suatu kota dengan penganugerahan Adipura atau Kalpataru bagi kota
yang berhasil mencapai standar tersebut.
Empat kota yang kami kunjungi selama
melaksanakan program pertukaran ini adalah Bangalore, Mysore, Ooty dan Hosur
memiliki ciri masing-masing dalam kebersihan. Bangalore dan Ooty memiliki
tantangan untuk menata dan mengelola sampah yang berserakan. Tantangan ini
biasa dihadapi oleh kota-kota besar seperti di Indonesia misalnya, Jakarta atau
Surabaya. Usaha tersebut bisa dilakukan
dengan memperbanyak tempat sampah bertutup di tempat-tempat umum dengan dikuras
berkala. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta misalnya, harus membentuk unit PPSU
(Pekerja Penanganan Sarana dan Prasarana Umum), sementara warga Kota Yogyakarta
harus berswadaya membayar pengangkut sampah pagi hari, dan pemerintah Kabupaten
Bengkulu Utara harus mengeluarkan Peraturan Daerah untuk mengatur kebersihan di
wilayahnya. Pengelolaan sampah ini juga menjadi masukan bagi teman-teman pemuda
Indonesia yang sebagian warganya masih
membuang sampah di sungai.
Kotoran hewan baik itu yang berupa
kotoran burung, anjing, kuda, ataupun sapi juga menjadi tantangan tambahan bagi
empat kota ini. Kotoran kuda beresiko pada kesehatan karena kuda tertentu yang
terinfeksi bakteri akan menularkan jenis cacing seperti cacing pita, kotoran
burung di sebagian bangunan dan tempat banyak dijumpai di Bangalore, kotoran kuda di Ooty, dan kotoran sapi di Hosur. Memang
selama teman-teman di India, belum mendengar cerita soal resiko penyakit akibat
kotoran ini namun tidak ada salahnya bila kita mewaspadai hal tersebut.
Perbedaan pandangan soal kebersihan
tidak menutup kemungkinan untuk bersatu dan berbagi cerita. Di situlah kami
belajar tentang bagaimana mengelola lingkungan agar sesuai standar yang
ditetapkan oleh otoritas kesehatan.
Di Indonesia, kebersihan bukanlah hal
yang mudah untuk dicapai. Pemerintah senantiasa bergumul untuk mencapai solusi
pengelolaan kebersihan yang terbaik. Kaum muda juga diharapkan berpartisipasi untuk
mengelola sampah yang dihasilkan sendiri. Di India, orang tidak banyak
menggunakan plastik bahkan ada pengawasan khusus berkaitan dengan sampah plastik
ini, seperti terlihat di Kebun Binatang Mysore, dimana setiap pengunjung harus
menunjukkan botol plastik kemasan yang dibawa dan dipastikan tidak dibuang di
area kebun binatang tersebut. Indonesia sepertinya lebih longgar dalam
menggunakan aneka kemasan plastik dibanding India. Dari situ terlihat bahwa
Indonesia juga punya pekerjaan rumah yang berat untuk soal kebersihan dan
sampah plastik.
Syukur atas kesempatan yang diberikan
oleh Stube-HEMAT Yogyakarta. Pengalaman untuk berjumpa dengan teman-teman pemuda
dari kebudayaan berbeda tentu menambah pengalaman tersendiri dan membuat kami
semakin berani dalam mengembangkan daerah. Hal baru akan membuat semangat baru
yang bisa dibagikan pada teman-teman pemuda di Indonesia. (YDA).
Lokasinya dimana ya?
BalasHapus