Mengunjungi
India dengan segala macam kompleksitasnya mengantar kembali ingatan akan sebuah
pemikiran teologis yang berpihak pada kaum terpinggir, tidak diakui dan bahkan
tidak dianggap ada. India, dengan latar belakang sejarah yang amat panjang, wilayah
yang sangat luas, dan jumlah penduduk yang amat besar mencapai hampir 1,5 milyar,
menjadi karakteristik dari negara ini. Mengurus wilayah yang luas dan berpenduduk banyak,
sungguh hal yang tak mudah, lebih-lebih jumlah penduduk miskin tercatat mencapai 70%. Kesulitan juga harus
dihadapi dengan struktur masyarakat yang kompleks karena adanya pembagian kasta
sejak ratusan tahun yang lalu sampai saat ini, yang membagi kelompok masyarakat
kedalam kasta Brahma (kaum elit), Ksatria (pegawai), Waisya (pekerja),
dan Sudra (kaum jelata dan miskin).
Teologia Dalit merupakan pergumulan gereja di India yang amat panjang setelah melihat kemiskinan yang terstruktur yang amat sulit ditembus karena struktur kemiskinan dimasukkan dalam ajaran keagamaan. Banyak yang merasa tidak nyaman dengan lahirnya pemikiran Teologia Dalit karena kuatir pemikian ini akan merobohkan ajaran agama yang sudah menjadi doktrin kaku bahkan doktrin harga mati. Sebagaimana diketahui bersama bahwa budaya dan agama menjadi kesatuan yang tidak bisa dipisahkan sebagaimana “Hindu adalah India dan India adalah Hindu”. Dan bagi saya Teologia Dalit adalah Theologia in Loco atau Local Dalit Christian yang revolusioner, yang dilakukan melalui proses penyadaran. Teologia Dalit berbeda dengan Teologia Pembebasan di Amerika Latin yang menggunakan metode frontal, melawan dengan segala macam cara untuk merobohkan penguasa atau sistem yang menciptakan ketidakadilan.
Teologia Dalit merupakan pergumulan gereja di India yang amat panjang setelah melihat kemiskinan yang terstruktur yang amat sulit ditembus karena struktur kemiskinan dimasukkan dalam ajaran keagamaan. Banyak yang merasa tidak nyaman dengan lahirnya pemikiran Teologia Dalit karena kuatir pemikian ini akan merobohkan ajaran agama yang sudah menjadi doktrin kaku bahkan doktrin harga mati. Sebagaimana diketahui bersama bahwa budaya dan agama menjadi kesatuan yang tidak bisa dipisahkan sebagaimana “Hindu adalah India dan India adalah Hindu”. Dan bagi saya Teologia Dalit adalah Theologia in Loco atau Local Dalit Christian yang revolusioner, yang dilakukan melalui proses penyadaran. Teologia Dalit berbeda dengan Teologia Pembebasan di Amerika Latin yang menggunakan metode frontal, melawan dengan segala macam cara untuk merobohkan penguasa atau sistem yang menciptakan ketidakadilan.
Teologia Dalit terilhami dari kedatangan
misi Kristen yang datang ke India seperti Portugis, Belanda, khususnya Inggris.
Walaupun mereka menjajah, tetapi peranan gereja yang ikut ke India sangat
dirasakan, khususnya pelayanan diakonia, seperti sekolah, rumah sakit dan panti asuhan,
ditambah hadirnya ibu Theresa di Kalkuta. Dasar Teologia Dalit diambil dari Lukas 4:18-19, yang berbunyi “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah
mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia
telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan,
dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang
tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.”
Hasil dan buah
Teologia Dalit sangat terasa di
India, seperti; demokrasi, peningkatan persamaan hak, keberhasilan masyarakat kelas bawah
dalam dunia pendidikan dan selanjutnya menjadi agen perubahan masyarakat menuju
hal yang lebih maju. Salah satu bukti nyata Teologia Dalit adalah SCMI.
Di Indonesia,
sekitar 40 tahun yang lalu juga muncul theologia yang hampir sama dengan Teologia Dalit yaitu Teologia Keseimbangan yang
didasarkan dari 2 Korintus 8:11-15 yang berbunyi, ”11 Maka
sekarang, selesaikan jugalah pelaksanaannya itu! Hendaklah pelaksanaannya
sepadan dengan kerelaanmu, dan lakukanlah itu dengan apa yang ada padamu. 12
Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau
pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang
tidak ada padamu. 13 Sebab kamu dibebani bukanlah supaya
orang-orang lain mendapat keringanan, tetapi supaya ada keseimbangan. 14 Maka
hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar
kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan.
15 Seperti ada tertulis: "Orang yang mengumpulkan banyak, tidak kelebihan
dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak kekurangan."
Salam cinta
dan damai untuk India. (Bambang Sumbodo).
Komentar
Posting Komentar