Anak muda (baca:
mahasiswa) identik dengan semangat, suka tantangan dan mencari hal-baru dan
memiliki energi untuk melakukan berbagai aktivitas demi menjawab rasa ingin
tahunya. Stube-HEMAT sebagai lembaga pendampingan mahasiswa berbagai daerah di
Indonesia yang studi di Yogyakarta melihat karakteristik ini dan membuka ruang
bagi mahasiswa untuk berkembang optimal dengan sebuah dialog bersama Three
Nancy Sinaga dan Anne Ruland yang akan berkunjung ke beberapa kota di Indonesia,
salah satunya Yogyakarta, sehingga mahasiswa Stube-HEMAT Yogyakarta bisa
berinteraksi langsung dan bertukar pikiran dengan mahasiswa Indonesia yang
studi di luar negeri dan mahasiswa dari Jerman.
Awalnya Nancy mendapat
informasi dari koleganya di Köln, Jerman bahwa ada Stube di Indonesia sehingga
ia dan Anne ingin mengenal lebih dekat Stube-HEMAT Yogyakarta. Setelah beberapa
kali berkontak melalui email akhirnya pertemuan terwujud pada hari Jumat, 5
Januari 2018 di sekretariat Stube-HEMAT Yogyakarta dan dihadiri lima belas mahasiswa.
Nancy berasal dari
Sumatera Utara dan kuliah di Hochschule Koblenz dan Anne Ruland dari Jerman dan
kuliah di Hochschule Köln, Jerman. Keduanya mengambil kuliah di jurusan yang
sama, Soziale Arbeit (Kesejahteraan Masyarakat). Nancy mengungkapkan dirinya lulus
dari Universitas Negeri Medan kemudian mengajar bahasa Inggris. Di masa
rekonstruksi pascagempa dan tsunami di Aceh 2005 ia berkenalan dengan kolega
dari luar negeri dan terus menjalin kontak dengan mereka. Dari perjumpaan dan
interaksi itu ia termotivasi melanjutkan hidup di luar negeri. Ia mengikuti
program Aupair Jerman, sebuah program pertukaran budaya untuk pemuda dari luar
Jerman untuk tinggal bersama dan menjadi bagian dari keluarga tersebut. Tentu
ada persyaratan yang mesti dipenuhi, seperti usia, suka tantangan baru, suka
anak-anak dan mampu adaptasi dengan dunia luar. Ia tinggal di keluarga Jerman
dan mendapat kursus bahasa Jerman dari keluarga asuhnya.
Ia mengakui bahwa hidup
mahasiswa di luar negeri nampak menyenangkan dan mewah, tetapi sebenarnya ada tantangan
berat seperti ‘culture shock’ perbedaan budaya di Indonesia dan Jerman, regulasi
pemerintah Jerman untuk pendatang dan ketentuan studi yang tak mudah yang mesti
dipenuhi. Ia menyarankan kepada mahasiswa yang ingin melanjutkan studi di luar
negeri harus kuat mental, suka tantangan dan menemukan hal-hal baru, aktif komunikasi
dan ramah kepada setiap orang.
Sedangkan Anne mengatakan
bahwa ini adalah kunjungan pertamanya di Indonesia. Ia bersyukur bertemu dengan
mahasiswa di Indonesia yang ramah. Ia memaparkan studi tentang pekerja sosial
yang mencakup berbagai bidang tindakan dan dilengkapi praktik teori dan praktik
yang intensif. Topik ini mendalami dunia pekerja sosial, profesi dan etika
pekerja sosial, sejarah pekerja sosial, sistem sosial dan sosial politik di
Jerman dan cakupan kerja bagi pekerja sosial. Dengan menyelesaikan program
studi ini mahasiswa memperoleh dasar untuk program master pascasarjana. Mereka
berdua memilih jurusan ini karena lulusan memiliki cakupan kerja yang luas,
tidak saja di lembaga atau departemen pemerintah namun bisa di lembaga non
pemerintah bahkan di perusahaan swasta.
Mahasiswa Stube-HEMAT
Yogyakarta antusias menanggapi Nancy dan Anne dan menyampaikan pertanyaan,
seperti bagaimana cara menjadi peserta program Aupair Jerman. Ada dua cara aplikasi
program ini, pertama, secara pribadi di mana calon peserta mendaftar secara
online dan harus memiliki jaminan sejumlah uang atau keluarga di Jerman, atau kedua, melalui agen di mana calon
peserta mengajukan aplikasi melalui agen dengan konsekuensi biaya yang berbeda.
Berikutnya, apakah Nancy akan kembali ke Indonesia, dan ia menyatakan belum
tahu kapan kembali ke Indonesia. Anne juga mengungkapkan alasannya kuliah di
jurusan itu karena ia suka berinteraksi dan membantu orang lain.
Jadi, teruslah
berinteraksi dengan jejaring internasional, perkuat motivasi dan tingkatkan
kemampuan berbahasa asing. Terbuka kesempatan untuk mengembangkan diri dan go
internasional. (TRU)
Komentar
Posting Komentar