Spiritualitas: Kontribusi Etika Kristen dalam Dunia Ekonomi
Jumat – Minggu, 23-25 Februari 2018
di Hotel Satya Nugraha, Yogyakarta
Perkembangan teknologi menjadi
faktor yang berpengaruh atas terjadinya revolusi industri yang selanjutnya akan memunculkan tatanan ekonomi baru sebagai respon perubahan nilai seperti salah satunya adalah
nilai etis dalam dunia
ekonomi dilihat dari sisi iman Kristen.
Topik ini menarik tiga
puluh enam mahasiswa dari berbagai wilayah di Indonesia yang kuliah di
Yogyakarta untuk mengikuti pelatihan Stube-HEMAT Yogyakarta pada hari
Jumat-Minggu, 23-25 Februari 2018 di Hotel Satya Nugraha bertema Spiritualitas: Kontribusi Etika Kristen dalam dunia Ekonomi. Peserta diharapkan menemukan wujud etika Kristen dalam
dunia ekonomi saat ini dan mampu merumuskan suatu rencana tindakan untuk mewujudkan
keadilan dan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan.
Beberapa orang yang berpengalaman
di bidangnya memfasilitasi pelatihan ini, seperti Ariani Narwatujati, S.S., M.Pd.,
Direktur Stube-HEMAT menantang peserta untuk meningkatkan kualitas dirinya untuk
berkompetisi di level internasional, kemudian Dr. Murti Lestari, M.Si, dosen
Fakultas Ekonomi UKDW mengungkapkan perkembangan ekonomi yang sangat pesat
sampai pada ekonomi digital, teknologi tidak saja untuk sistem informasi tetapi
menjadi platform aktivitas ekonomi, perdagangan, pembayaran dan bidang lainnya.
Saat ini sebagian besar orang bisa mengakses ekonomi secara digital dan
memanfaatkannya. Penguasaan terhadap pengetahuan dan teknologi akan menjadi dasar berkembangnya ekonomi
digital yang akan meningkatkan efektivitas dan kesejahteraan. Namun masayarakat
harus tetap waspada terhadap
kejahatan berbasis teknologi.
Pdt. Yahya Wijaya, Th.M.,
Ph.D., dosen Fakultas Teologia UKDW menjelaskan bahwa saat ini teologi dan ekonomi tidak bisa
saling terpisah tetapi harus beriring mewujudkan kesejahteraan. Perlu pemahaman
etis setiap orang untuk mempertemukan filosofi-filosofi keduanya, antara lain
1) Ekonomi harus berpusat pada Allah sebagai pemilik sejati segala sesuatu. 2) Ekonomi
harus berorientasi pada manusia, melayani manusia, memenuhi kebutuhan manusia,
mendorong kesetaraan dan keadilan. 3) Ekonomi harus menghargai kinerja, menghasilkan
produk dan layanan yang berkualitas, baik, aman, inovatif, efisien, terpercaya
dan berkelanjutan. 4) Ekonomi harus berwawasan lingkungan, memperhatikan keseimbangan
ciptaan, menggunakan sumber daya alam yang terbatas dengan hati-hati, dan 5) Ekonomi
harus melayani masyarakat, pelayanan bagi semua pihak demi membangun masyarakat
yang stabil, damai, dan lestari.
Peserta membagi diri dalam tiga kelompok untuk mendalami sistem ekonomi alternatif. Kelompok satu berdialog dengan Sudarwanto, pengurus Credit Union Cindelaras Tumangkar untuk mengenal koperasi keuangan pemberdayaan masyarakat. Kelompok dua mempelajari koperasi syariah bersama Iwa Khairuttaqwa, kepala cabang Koperasi Syariah Badan Tamwil Muhammadiyah (BTM) Surya, dan kelompok tiga berdialog dengan Pdt. Harjono bersama petani organik di Jodhog, Bantul yang memiliki visi menjadi petani bermartabat melalui bertani secara organik, memulihkan sawah, menyediakan pangan sehat untuk keluarga, kemandirian dalam bibit, pupuk dan pemasaran hasil dan menjalin persaudaraan lintas iman.
Peserta membagi diri dalam tiga kelompok untuk mendalami sistem ekonomi alternatif. Kelompok satu berdialog dengan Sudarwanto, pengurus Credit Union Cindelaras Tumangkar untuk mengenal koperasi keuangan pemberdayaan masyarakat. Kelompok dua mempelajari koperasi syariah bersama Iwa Khairuttaqwa, kepala cabang Koperasi Syariah Badan Tamwil Muhammadiyah (BTM) Surya, dan kelompok tiga berdialog dengan Pdt. Harjono bersama petani organik di Jodhog, Bantul yang memiliki visi menjadi petani bermartabat melalui bertani secara organik, memulihkan sawah, menyediakan pangan sehat untuk keluarga, kemandirian dalam bibit, pupuk dan pemasaran hasil dan menjalin persaudaraan lintas iman.
Wawasan peserta semakin
diperkuat dengan hadirnya praktisi bisnis, antara lain drg. Pipin Ikawati (Fresh
Dental), Daniel D. Nugraha (DN rental alat berat) dan D. Sugiarto (Tosan Offset),
yang mengungkap kerasnya dunia bisnis menghadapi tantangan dan
persaingan, tetapi mereka
tetap berbisnis dengan disiplin, terus belajar dan berkembang, menjaga
kepercayaan rekan kerja dan memperhatikan kondisi karyawan dan konsumen.
Interaksi peserta
mengenai nilai-nilai etis memancing pemikiran akan situasi sosial dan lingkungan di
sekitarnya dan kampung halaman yang memunculkan ide-ide aksi.
Ram Hara, mahasiswa UJB
dari Sorong, Papua Barat merasa terpanggil pulang kampung saat libur untuk berbagi
bagaimana pesatnya perkembangan teknologi dan manfaatnya
untuk kemajuan daerah. Yenlis Mencanda, atau Cindy menjadi
teringat akan kebun
kakao di kampung halamannya di Pandolo, Poso dan tertarik
untuk membuatnya lebih
produktif. Pemanfaatan kakao bisa dimulai dari biji kakao sebagai bahan baku coklat dan
masih banyak turunan lainnya
dari kakao
yang bisa dihasilkan. Kawasan kebun juga bisa ditata sedemikian rupa
sehingga menarik untuk
dikunjungi. Maria M. Tefa, mahasiswi dari kabupaten Malaka, NTT yang kuliah di
ITY tergerak untuk membagi ide bertani mandiri dan organik di desanya. Selama
ini petani tidak bisa menentukan sendiri harga panen dan hasil panen
selalu dihargai rendah. Sementara Chindiani Rawambaku, mahasiswa Sumba
Timur, NTT yang kuliah di UST mengungkapkan bahwa ia mendapat pencerahan dan wawasan
baru tentang ekonomi digital dan bagaimana berbisnis yang peduli pada orang lain.
Anak muda dan mahasiswa sudah
semestinya cerdas memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan diri dan mewujudkan nilai-nilai etis dalam
ekonomi demi peningkatan
kesejahteraan dan keadilan di masyarakat dan lingkungan. Jadi sekarang, hai
anak muda, apa idemu? (TRU).
Komentar
Posting Komentar