Menghidupi Gagasan Gusdur
Kiai Haji Abdurrahman Wahid atau terkenal dengan sebutan Gus Dur adalah tokoh pluralisme di Indonesia
bahkan beliau menjadi Bapak pluralisme Indonesia. Semasa hidupnya beliau lebih banyak menghabiskan waktu
berinteraksi dengan masyarakat terutama masyarakat kelas bawah. Gus Dur kecil hidup di pesantren Jombang,
Jawa Timur, sebagaimana para anak kiai pada umumnya. Gus Dur kecil sudah terbiasa membaca banyak buku bahkan dari luar pesantren. Sejak usia 5
tahun Gus Dur hijrah ke Jakarta mengikuti ayahnya Kiai Haji Wahid Hasjim yang saat itu menjabat sebagai Menteri Agama pertama di Indonesia. Kesukaannya terhadap buku berawal dari
ayahnya yang membawa budaya asing ke dalam pesantren. Kegemarannya membaca tidak berhenti sampai beliau dewasa dan pindah ke Jogja.

“Bukan hanya
sahabat tetapi mereka adalah teman diskusi dalam berbagai hal”, jelas Elga Sarapung direktur
Institute DIAN/Interfidei.
“Kalau Gus Dur ke Jogja, beliau harus bisa bertemu dengan Romo Mangun, mau sesibuk apa pun,
begitu juga kalau beliau ke Bali. Ide, gagasan dan nilai-nilai
yang dianut Gus Dur inilah yang mendasari mengapa perlu dilaksanakan Kelas Pemikiran Gus Dur. Sebab nilai-nilai hidup yang
dianut Gus Dur merupakan nilai universal yang bisa kita pakai dalam kehidupan”, imbuhnya.
Melihat Indonesia
saat ini, masyarakat sangat rentan dengan isu SARA atas nama agama. Isu-isu ini ‘digoreng’ sedemikian rupa sehingga
orang mudah terhasut
masuk ke dalamnya. Oleh sebab itu Kelas Pemikiran Gus Dur (KPG) ini perlu dilaksanakan agar anak muda bisa
belajar dan paham dengan logis gagasan Gus Dur yang sangat Indonesia, baik soal demokrasi, budaya, sosial dan ke-islamannya.
Dari empat gagasan
Gus Dur tersebut, yang paling mengesankan adalah gagasan sosialnya Gus Dur karena beliau benar-benar turun ke bawah untuk melayani masyarakat yang
tertindas.
Beliau benar-benar berani
menentang ketidakadilan yang terjadi pada saat itu seperti saat beliau
mengunjungi masyarakat pengungsi Kedung Ombo dan memperjuangkan hak-hak mereka. Ini adalah bukti bagaimana Gus Dur benar-benar peduli dengan sesama
manusia. Gus Dur adalah sosok yang begitu luar biasa dengan semua gagasannya, dan beliau mampu bertanggung jawab dengan semua
yang diucapkan. Kelas Pemikiran Gus Dur yang
dilaksanakan pada tanggal 7-8 April 2018 ini, diharapkan bisa membuka dan memberi pemahaman yang lebih, terkait siapa Gus Dur, dan apa saja kontribusinya bagi
Indonesia.
Tiga puluh satu peserta KPG ini yang rata-rata anak muda membuat rencana tindak lanjut baik
personal maupun kelompok, seperti bedah buku tentang GusDurian, atau menulis di
media sosial dan blog. Mari
bergandeng tangan untuk menjaga tanah air Indonesia tetap aman dan nyaman. (SAP).
Komentar
Posting Komentar