Yogyakarta dan Ceritanya
Kereta api mengantar kami semua dari
Jakarta sampai Yogyakarta. Mawar merah cantik yang dibawa Yuda menyambut
kedatangan kami. Rasa gembira ada di setiap benak kami, karena di kota ini
sekretariat Stube-HEMAT berada dan sebagian besar para aktivis masih menempuh
pendidikan di sini. Makan malam bersama pun di gelar di sekretariat Stube
dengan dihadiri Board Stube-HEMAT yang
menghangatkan suasana.
Keesokan harinya kami mengunjungi
Kraton Kesultanan Yogyakarta. Bersama pemandu, kami berkeliling melihat suasana
dan peninggalan budaya yang ada di kraton. Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Yudohadiningrat juga berkenan memaparkan sejarah
dan filosofi budaya Jawa di Yogyakarta, sehingga peserta mengetahui makna nama
tempat mulai dari sumbu imajiner Merapi, Tugu, Kraton, Krapyak, sampai Samudera India.
Kesempatan tak terlupakan ketika
teman-teman dari Jerman tampil menyanyi lagu Jerman dengan diiringi angklung oleh
mahasiswa Indonesia di GKJ Mergangsan. Menghabiskan malam di tempat kos teman-teman
Indonesia menjadi pengalaman yang berkesan dengan semua keterbatasan dan
kesederhanaan anak-anak rantau.
Dinamika pendidikan khususnya
pendidikan Kristen di tengah
mayoritas penduduk muslim Indonesia menjadi hal yang menarik untuk didiskusikan,
juga keterlibatan pelayanan dalam kesehatan. Kami pun mengunjungi UKDW sebagai
salah satu Universitas kristen di kota ini dan Rumah Sakit Bethesda,
berdiskusi dan mendengar banyak hal-tantangan dan kesempatan yang ada. Industri
tas Dowa yang memberdayakan dan mengajak warga
setempat di dalam proses
pembuatan tas sebagai bentuk usaha pengembangan ekonomi menjadi daya tarik
tersendiri bagi kami. Tak kalah seru ketika kami berjalan-jalan mengelilingi
Malioboro dan menghabiskan waktu bersama di sana.
Sunrise di Candi Borobudur menuntut
kami semua bangun jam 04.00 pagi. Tidak sia-sialah usaha kami dengan melihat
kecantikan matahari, alam dan candi pagi itu. Ketep dan Merapi menjadi tujuan
kami selanjutnya. Film singkat tentang gunung Merapi memberi refleksi kepada
kami bahwa alam tidak bisa diprediksi, kadang mendatangkan berkat terkadang
juga menjadi bencana.
Hari terakhir di Yogya kami habiskan
dengan memasak bersama pada siang hari di sekretariat Stube HEMAT dan menikmati
sendratari Ramayana di Candi Prambanan pada malam harinya. Keesokan harinya,
pagi-pagi benar kami terbang ke pulau Sumba. (RPA).
Komentar
Posting Komentar