Menemukan Sisi Lain Sumba dan Bali
Kegiatan
peserta Germany-Sumba Exchange
di pulau Sumba dan Bali
Kunjungan
ke pulau Sumba dan Bali (2-6/08/2018) menjadi lanjutan peserta Student Exchange
Germany-Indonesia 2017/2018
setelah Jakarta dan Yogyakarta. Dengan pesawat maskapai Nam Air dari Yogyakarta menuju
Waingapu, Sumba Timur, setelah beberapa saat transit di Denpasar, Bali,
rombongan mendarat dengan selamat di Sumba. Setibanya di hotel, mahasiswa aktivis Stube-HEMAT Sumba
menyambut para peserta dengan tarian penyambutan khas Sumba Timur yang
unik.
Di Sumba, para peserta Student Exchange Germany-Indonesia
2017/2018 melakukan
sejumlah kegiatan bersama mahasiswa dan team kerja Stube-HEMAT Sumba, seperti
mengunjungi sekretariat Stube-HEMAT Sumba dan berdiskusi dengan mahasiswa dan
aktivis tentang program dan kegiatan, partisipasi perempuan dalam kegiatan Stube-HEMAT Sumba, serta
pengalaman dan tantangan
mahasiswa di pulau ini.
Selanjutnya, rombongan berkunjung ke rumah Frans Fredi, salah satu aktivis Stube-HEMAT Sumba yang melabel dirinya sebagai petani muda yang berinisiatif mengembangkan pertanian organik mandiri di lahan miliknya dengan menanam padi, sawi, semangka, melon dan cabe. Berikutnya, kunjungan ke taman bacaan Gracia yang dimotori Septi Dadi, eks-aktivis di Stube-HEMAT Yogyakarta, yang telah kembali ke Sumba dan menjadi guru matematika di SMPN 1 Pandawai, Waingapu. Ia memiliki kepedulian terhadap anak-anak dengan merintis taman baca dan sanggar belajar untuk mewadahi anak-anak belajar dan mengembangkan diri.
Selanjutnya, rombongan berkunjung ke rumah Frans Fredi, salah satu aktivis Stube-HEMAT Sumba yang melabel dirinya sebagai petani muda yang berinisiatif mengembangkan pertanian organik mandiri di lahan miliknya dengan menanam padi, sawi, semangka, melon dan cabe. Berikutnya, kunjungan ke taman bacaan Gracia yang dimotori Septi Dadi, eks-aktivis di Stube-HEMAT Yogyakarta, yang telah kembali ke Sumba dan menjadi guru matematika di SMPN 1 Pandawai, Waingapu. Ia memiliki kepedulian terhadap anak-anak dengan merintis taman baca dan sanggar belajar untuk mewadahi anak-anak belajar dan mengembangkan diri.
Sebuah
kesempatan besar bagi peserta Student Exchange ketika bisa berdialog dengan Bapak Gideon Mbiliyora,
bupati Sumba Timur di rumah dinasnya. Beberapa pokok bahasan yang muncul
berkisar kepedulian
Bupati terhadap anak muda daerah dan potensi Sumba Timur. Muncul juga kritikan mengenai
pengelolaan sampah yang
berserakan di Tamah Hiburan Rakyat (THR) dan Bupati menyatakan akan
mengingatkan pelaksana acara untuk menyiapkan tempat sampah tambahan. STT
Terpadu Waingapu menjadi kunjungan dan dialog berikutnya bersama dosen dan
mahasiswa. Beberapa mahasiswa membagi pengalaman selama ikut kegiatan di Stube-HEMAT
Sumba dan dosen berharap ada kerjasama lebih erat dengan Stube-HEMAT.
STT
GKS dan kebun Yayasan Sumba Sejahtera (YSS) yang terletak di Lewa, salah satu
kota kecamatan di Sumba Timur menjadi pengalaman tersendiri bagi
peserta. Perjalanan menyusuri
jalan berliku dari Waingapu menuju Lewa menawarkan bukit-bukit kecoklatan dan
lembah-lembah yang hijau. Di tengah perjalanan, rombongan singgah di rumah Elis, salah satu
team kerja Stube-HEMAT Yogyakarta dan rumah Pdt. Dominggus Umbu Deta,
koordinator Stube-HEMAT Sumba. Sesampainya di kebun YSS, I Gusti Made Raspita
menyambut dengan antusias dan menceritakan kerjasama dengan Stube-HEMAT Sumba
yang mendorong anak muda bertindak nyata dalam menghijaukan Sumba.
Dialog bersama dosen dan mahasiswa STT GKS Lewa mengungkap pengalaman dan dampak yang didapat mahasiswa selama ikut kegiatan Stube-HEMAT Sumba seperti Analisa Sosial, Jurnalistik dan pelatihan gender, juga dinamika dan tantangan kehidupan mahasiswa dan dosen STT GKS Lewa. Malamnya, peserta menikmati jamuan makan malam di rumah Rudyolof, salah satu aktivis Stube-HEMAT Yogyakarta yang telah kembali ke kampung halaman.
Dialog bersama dosen dan mahasiswa STT GKS Lewa mengungkap pengalaman dan dampak yang didapat mahasiswa selama ikut kegiatan Stube-HEMAT Sumba seperti Analisa Sosial, Jurnalistik dan pelatihan gender, juga dinamika dan tantangan kehidupan mahasiswa dan dosen STT GKS Lewa. Malamnya, peserta menikmati jamuan makan malam di rumah Rudyolof, salah satu aktivis Stube-HEMAT Yogyakarta yang telah kembali ke kampung halaman.
Minggu
pagi di Sumba diawali dengan kebaktian pagi di GKS Payeti dan mempersembahkan
pujian dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia, sebelum
kemudian terbang ke Denpasar, Bali. Di pulau
inilah para peserta merasakan
gempa rentetan dari gempa besar Lombok saat berkeliling di kawasan Legian. Para peserta dan masyarakat
menjadi panik tidak tahu apa yang terjadi, sebuah pengalaman yang sangat berkesan
karena merasakan gempa besar secara langsung.
Esok
paginya rombongan berkunjung ke Tabanan, tepatnya di Bali Apropriate Technology
Institute (BATI) untuk mengamati teknologi sederhana memanfaatkan air untuk
listrik mikro dan hidram. Selain itu ada teknologi sederhana untuk memanen air
hujan dan memanfatkan air untuk air minum dan irigasi tanaman. Sorenya kami
berkunjung ke Pura Luhur Tanah Lot. Pura ini unik karena berada di sebuah
tebing dan menjadi seperti pulau tersendiri ketika laut pasang.
Senin,
6 Agustus 2018 menjadi acara perpisahan peserta Student Exchange
Germany-Indonesia 2017/2018. Sebuah refleksi dan sharing pengalaman berupa
kesan-kesan, perasaan, nilai-nilai kehidupan dan harapan ke depan menjadi akhir
dari rangkaian acara di Indonesia.
Ungkapan-ungkapan
yang terbungkus dalam doa setiap peserta menjadi harapan dan impian yang suatu
saat dapat terwujud di waktu yang akan datang. (ELZ).
Komentar
Posting Komentar