Batik: Antara Teknik & Motif
Apakah anda memiliki
batik dan pernah mengenakannya? Ya, minimal kita punya satu kemeja batik yang kita
pakai baik untuk acara semi formal atau pun formal. Batik semakin berkembang
dan semakin digemari masyarakat Indonesia, terlebih setelah mendapat pengakuan
UNESCO sebagai warisan budaya dunia dari Indonesia dan pemeritah menetapkan 2
Oktober sebagai hari batik nasional.
Saat pertama kali
mendengar kata batik, apa yang ada dalam benak kita? Motifnyakah, jenis kain,
atau teknik pengerjaannya? Pada umumnya orang awam memahami batik berdasarkan
motif kain, bukan? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, batik adalah “kain
bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan
malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu.” Berdasarkan pengertian di atas, bisa
disimpulkan bahwa sebuah kain disebut batik ketika ada proses penggunaan
“malam” atau lilin dalam pewarnaannya untuk merintangi terjadinya percampuran warna
pada variasi warna yang diinginkan sesuai pola yang sudah digambar. Jadi batik
yang kita kenakan sehari-hari ternyata belum tentu batik ya teman-teman,
kemungkinan besar hanya kain bermotif batik. Mengapa disebut motif batik?
Karena motif-motif itu banyak dipakai pada kain dengan proses batik.


Batik tidak hanya dibuat
pada kain tetapi juga bisa dengan menggunakan media lain misalnya kayu. Ukiran
patung kayu yang dihiasi motif-motif unik dan khas dengan proses pewarnaan
menggunakan malam atau lilin, juga bisa dikatakan hasil dari membatik. Ukiran
batik pada patung bisa ditemui di Museum Batik Yogyakarta Jl.Dr. Sutomo 13A
Yogyakarta. Satu referensi museum batik yang lain adalah Ullen Sentalu yang
berlokasi di Jl. Boyong, Kaliurang Barat, Sleman. (MLJ).
Komentar
Posting Komentar