Batik
Indonesia Dari Masa Ke Masa
Sudah tahu arti kata
batik? Kata batik berasal dari bahasa Jawa, merupakan gabungan dari kata ‘amba’
yang artinya ‘menulis’ dan ‘titik’ yang artinya menitikan malam/lilin dengan
menggunakan canting. Sehingga dapat dikatakan bahwa makna batik adalah sebuah
proses pembuatan corak kain dengan cara menitikan malam/lilin.
G.P. Rouffaer salah satu
penulis buku “De Eerste Schipvaart Der Netherland Naar Oost Indie Onder Cornelis De Houtman
(1595-1597)”, berpendapat bahwa teknik membatik kemungkinan besar berasal dari
India atau Srilanka pada abad ke-6 atau ke-7. Ia juga berpendapat bahwa pola Gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12
di Kediri, Jawa Timur, dan pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan
alat canting sehingga ia
berkesimpulan bahwa canting juga ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu. Hal
lain yang menunjukan bahwa pola batik yang rumit dan hanya dapat dibuat dengan
canting sudah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 adalah ditemukannya ukiran kain
yang menyerupai pola batik yang dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi
kebijaksanaan Buda dari Jawa Timur abad ke-13.
Batik tidak hanya
tercatat dalam literatur Indonesia tetapi juga dalam literatur Eropa. Teknik
batik pertama kali diceritakan dalam buku History of Java, London, 1817 tulisan
Sir Thomas Stamford Raffles. Pada 1873 saudagar Belanda yang bernama Van
Rijekevorsel, memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke
Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam pada awal abad ke-19. Mulai saat itu
batik semakin dikenal di luar Indonesia. Bahkan sewaktu dipamerkan di Exposition
Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan
seniman.
Pada masa lampau, keterampilan
membatik menjadi mata pencaharian para perempuan. Namun sejak era revolusi industri,
batik jenis baru muncul, yakni batik cap dan batik cetak, yang memberikan kesempatan laki-laki masuk ke
bidang membatik. Beda halnya dengan masyarakat di pesisir, pekerjaan membatik
tidak hanya digeluti perempuan tetapi juga laki-laki. Tradisi membatik memang
merupakan tradisi turun temurun dari masyarakat Jawa. Pada waktu lampau motif
batik dapat menentukan status sosial penggunanya. Sampai saat ini, beberapa motif
batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga Keraton Yogyakarta dan Surakarta.
Dengan pengakuan UNESCO atas
batik sebagai warisan budaya dan ditetapkannya Hari Batik Nasional setiap
tanggal 2 Oktober, semakin menempatkan batik tak hanya budaya tapi jati diri
dan indentitas bangsa Indonesia. (MLL).
Komentar
Posting Komentar