Batik Klasik dan Sentuhan Kontemporer


Batik Klasik dan
Sentuhan Kontemporer


Seiring perkembangan seni membatik, banyak hal baru bermunculan seperti motif dan cara pembuatannya yang dapat kita jumpai saat ini. Salah satunya yaitu teknik batik jumputan yang ramai dipraktekkan di Indonesia. Sekalipun banyak bermunculan motif batik kontemporer, batik klasik juga masih tetap memiliki tempat di hati para penggemarnya.


Batik klasik sendiri merupakan batik yang mempunyai nilai seni yang tinggi, hal ini dikarenakan pengerjaan batik ini sangat rumit dan juga memerlukan waktu yang cukup lama. Batik klasik mempunyai pola dasar tertentu dengan berbagai macam variasi motif, seperti motif kawung, parang, nitik, tuntum, ceplok, tambal, dan lain sebagainya. Jenis kain yang digunakan dalam pembuatan batik klasik juga tidak sembarangan kain, seperti kain katun putih dengan kualitas halus dan juga kain sutera putih (https://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20120719194547AAlnZJ8&guccounter=1).

Untuk mengetahui dan belajar mengenai batik klasik dan perpaduan batik kontemporer yang banyak bermunculan saat ini, Pada Senin 12 November 2018 kami berhasil mewawancarai salah satu pelaku batik, R.M. Kumarhadi Suryoputro, S.E (78 thn) di kediamannya. Romo Kumar, demikian sapaan akrabnya, adalah cucu dari Sultan Hamengku Buwono ke VIII. Saat ini beliau menjabat sebagai staf keuangan kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Beliau mengklaim dirinya sebagai seniman batik. Hasil karyanya dijual di toko Kumar batik, yang berlokasi di sekitaran kraton. Sejauh ini beliau hanya membuat pola dan motif batik, putranya yang mengelola toko tersebut dengan brand motif batik tulis limited edition.


Apakah Romo Kumar merasa tersaingi dengan adanya model-model batik baru yang bermunculan saat ini? Ternyata beliau sama sekali tidak merasa tersaingi karena batik adalah budaya dan membutuhkan seni untuk bisa menghasilkan sebuah karya. Romo Kumar juga tidak fokus pada motif baku zaman dahulu tetapi juga padu padan dengan model batik kontemporer. Hal ini terlihat jelas dari beberapa karya yang beliau tunjukkan kepada kami.

Seperti yang kita ketahui membatik berarti menggambar pada kain dan pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam/lilin/kandil, zat padat yang diproduksi secara alami (https://id.wikipedia.org/wiki/Batik). Jika jumputan hanya menggunakan teknik celup apakah disebut batik? Romo Kumar menjawab tetap bisa disebut batik karena menggabungkan teknik batik dengan malam. Artinya membatik memang tak lepas dari model dan tekniknya.

Romo Kumar berpesan, ”Batik itu bukan hanya milik orang Jawa, siapa saja boleh membatik dengan bebas dan diusahakan bisa memunculkan motif lokal daerah masing-masing. Sebab batik adalah warisan budaya nusantara yang harus kita lestarikan.” 

Hasil karya batik tulis yang dihasilkan dari tangannya dijual dengan kisaran harga dua ratus lima puluh ribu - sampai jutaan rupiah per lembar kain. Hasil karya batik yang dihasilkan tidak akan sama dengan milik orang lain karena dia sendiri yang menggambarnya dengan perpaduan motif batik klasik dan modern. Menarik bukan? Lebih lanjut ingin tahu serba-serbi batik, silahkan pantau terus web/blog Stube HEMAT medio November-Desember 2018 terkait dengan Batik. (SAP).

Komentar