Anak Muda Kritis dalam
Menentukan Pilihan
Lanjutan dari
Pelatihan Muda, Milenial, Melek Politik yang diselenggarakan Stube-HEMAT Yogyakarta,
menggelitik peserta membagikan apa yang sudah didapat dari pelatihan tersebut secara mandiri ataupun berkelompok. Beberapa peserta yang menamakan diri kelompok PAPEDA
(Papua Penuh Damai) yang
beranggotakan Hanis, Ram, Yansen, Yubelina, Roni, dan Frengki melaksanakan follow-up di Universitas Janabadra pada hari Sabtu, 2 Maret 2019.
Ram Hara mahasiswi Janabadra asal Maybrat, Papua Barat yang
juga aktif sebagai Menteri Sosial BEM Universitas Janabadra
menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan kerjasama Kementerian Sosial BEM Universitas
Janabadra dan kelompok follow-up PAPEDA. Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah berbagi
pemahaman positif dan pengetahuan kepada mahasiswa tentang politik yang diperoleh saat mengikuti
pelatihan Stube-HEMAT. Muatan acara menjadi lebih lengkap dengan diskusi refleksi perpolitikan
Indonesia yang dibawakan oleh Frans A.
Djalong, MA dosen dari Departemen Sosiologi Fisipol UGM.
Bertempat di ruang 1.21
Fakultas teknik Universitas Janabadra, acara dimulai pukul 10.00-13.15
WIB. Dua
puluh dua mahasiswa dari
berbagai kampus seperti UGM, Janabadra, dan APMD terlihat
antusias mengikuti sesi. Mariano Lejap perwakilan Stube-HEMAT Yogyakarta
mengawali acara
dengan presentasi
pengenalan lembaga, dilanjutkan dengan sharing pengalaman dan wawasan dari kelompok PAPEDA
yang diwakili oleh Yube, Roni dan Yansen.
Dalam
pemaparannya, Frans
Djalong merefleksikan situasi perpolitikan tanah air, mulai dari awal Soekarno
dan tokoh nasional lainnya dalam membaca situasi Geopolitik dan memanfaatkannya untuk kemerdekaan Indonesia. Buku ‘Di Bawah Bendera Revolusi’ menjadi
salah satu referensi
untuk dibaca mahasiswa agar lebih memahami sejarah. Lebih
lanjut, salah satu poin
tentang teori politik menurut beliau adalah tidak ada teori dan praktek, teori ialah praktek itu
sendiri. Contoh seorang petani yang berkebun, masa tidak ada teorinya? Teori
itu ialah seperangkat pemikiran yang membuat seseorang bertindak secara teratur dan
sistematis dari waktu ke waktu. Tugas mahasiswa adalah mengecek teori apa dibalik suatu praktek atau tindakan. Sehingga
mahasiswa dituntut untuk lebih kritis dalam menentukan pilihan politik. Dalam
situasi politik saat ini Frans Djalong berpesan, “Kita sebagai mahasiswa perlu kritis, bukan mendewakan Jokowi atau Prabowo sebagai
personal, tetapi apa yang ada di balik itu? Siapa dibalik Jokowi? Siapa di balik Prabowo? Apa konsep yang mereka tawarkan untuk
membangun Indonesia dari Aceh sampai Papua”.

Komentar
Posting Komentar