Semangat ‘Melek’ Politik
Warga GKJ Panggang
Suasana akrab dan hangat begitu
terasa ketika team Stube-HEMAT Yogyakarta berjumpa dengan Majelis dan jemaat
Gereja Kristen Jawa (GKJ) Panggang di Watu Payung, Gunungkidul (Sabtu, 30/3/2019)
dalam kegiatan dengan tajuk ‘Belajar Bersama tentang Politik’ sebagai bekal menyambut
pesta demokrasi Indonesia yaitu Pemilihan Umum. Pesertanya adalah majelis
gereja, komisi warga dewasa, komisi pemuda dan remaja, sesepuh gereja dan
komisi kesaksian pelayanan.
Dalam
sambutannya, Prambudi
Yakobus S, S.Pd, ketua majelis gereja, menyampaikan rasa syukur karena jaringan
kerjasama gereja dan Stube-HEMAT Yogyakarta terus ada sampai sekarang dan
menjadi modal berharga pertumbuhan gereja di masa mendatang. Selanjutnya Elizabeth
Uru Ndaya, S.Pd memperkenalkan Stube-HEMAT sebagai lembaga pendampingan
mahasiswa Kristen di Yogyakarta dan menjadikan mereka sebagai saluran berkat untuk gereja-gereja
sesuai keahlian yang dimiliki. Acara pembinaan warga gereja saat ini adalah wujud membagi
berkat pengetahuan bagi banyak orang.
Selanjutnya Trustha
Rembaka, S.Th., mengungkap sejarah interaksi gereja dan kekuasaan politik, dimulai
dari masa Yesus dan
murid-muridNya yang berada di luar kekuasaan politik bahkan dianggap sebagai
pemberontak. Dalam perkembangannya pengikut Kristus bertambah dan mereka
memiliki cara hidup
baik, jujur dan peduli, bahkan banyak berperan di masyarakat.
Namun penguasa Romawi
menganggap hal ini sebagai ancaman dan mulai menghambat dan menganiaya
orang Kristen. Meskipun
demikian kekristenan terus berkembang, bahkan
kemudian pada akhirnya diakui
menjadi agama negara. Ketika kekristenan mulai bercampur dengan kekuasaan,
maka mulailah sedikit demi sedikit kehilangan daya kritis, mengabaikan kemanusian, kemiskinan
dan ketidakadilan, karena sudah berada di zona nyaman. Reformasi gereja tahun
1517 menjadi puncak kemuakan atas sikap manipulatif gereja dan para pemukanya yang membawa gereja kembali pada
hakikatnya menyuarakan suara-suara kenabian dengan memperjuangkan kemanusiaan,
pengentasan kemiskian dan melawan ketidakadilan.

Satu ‘game’ menarik, yang dinamai Maju Mandeg dihadirkan, dimana peserta memerankan tokoh-tokoh tertentu. Narator menyampaikan penyataan-pernyataan dan peserta
menentukan apakah
melangkah ‘Maju’ atau ‘Mandeg’
(diam di tempat). Saat peserta
merasa mampu mereka
akan ‘maju’ atau ‘mandeg’
saat merasa tidak mampu dan terungkap bahwa peserta yang ‘mandeg’ karena miskin, pendidikan rendah dan
tidak percaya diri. Ini menyadarkan peserta bahwa mereka
bisa maju dalam keterbatasan yang dimiliki apabila ada keputusan-keputusan politik yang
berpihak. Permainan ini menggugah kesadaran dan semangat peserta untuk ikut PEMILU dengan memilih pemimpin yang
mampu menghadirkan kesejahteraan.

Sarloce Apang, S.T.,
mengajak Warga Gereja Bergerak untuk Bangsa, warga gereja tidak hanya
memikirkan gereja, tetapi juga kepentingan bangsa. Ia mengingatkan jangan
sampai buta politik, yaitu ketidakmauan untuk melihat, mendengar, berbicara dan
berpartisipasi dalam peristiwa politik. Perlu sadar bahwa berbagai kebijakan
bangsa merupakan hasil keputusan politik, jadi sikap apatis dan tidak peduli
terhadap dunia politik akan menghambat bangsa ini untuk maju. Sesi terakhir
oleh Marianus YL Lejap memaparkan tentang ‘Aku dan Pemilu’ sebagai bekal warga gereja mengenal partai-partai yang berlaga
di Pemilu, Penyelenggara Pemilu dan mengamati calon presiden, calon anggota DPD,
calon legislatif untuk DPR RI, DPR tingkat propinsi dan DPRD tingkat Kabupaten Gunung
Kidul.
“Beberapa waktu lalu
remaja dan pemuda mengungkapkan kesan positif ketika belajar
bersama dengan
tim dan mahasiswa
Stube-HEMAT. Jadi, ketika ada peluang belajar bersama lagi dengan Stube-HEMAT, kami menerimanya. Intinya kami haus akan pengetahuan dan
belajar hal baru”, ungkap Pdt. Subagyo, pendeta gereja setempat di akhir acara.
Gereja yang memiliki jejaring
kuat, semangat mempelajari hal-hal baru, mau membuka mata, dan melek politik adalah
gereja yang bertumbuh dan menjadi modal
bagus untuk berkembang karena kegiatan ini membantu warga
gereja jernih dan cerdas dalam menentukan pemimpin yang mampu menghadirkan kesejahteraan di
masyarakat. Selamat memilih yang terbaik.
(TRU).
Komentar
Posting Komentar