Semangat Mengejar Target
SDGs 2030
Negara yang berdaulat adalah negara yang berkomitmen
mensejahterakan rakyatnya dengan cara-cara: mengentaskan
kemiskinan, semua
bisa bersekolah sampai jenjang SMA, sanitasi dan kesehatan yang layak, juga mengurangi angka kematian ibu dan anak. Untuk mencapainya, setiap negara harus memiliki
tolak ukur pencapaian yang sama,
maka pada September 2000, Millenium Development Goals (MDGs) atau “Tujuan Pembangunan Milenium” dideklarasikan dalam Konferensi Tingkat Tinggi Milenium oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa
(PBB) di New York.
Ada delapan poin utama
yang harus di capai pada tahun 2015, meliputi: (1) Menanggulangi
kemiskinan dan kelaparan; (2)
Pendidikan dasar untuk semua; (3) Kesetaraan
gender dan pemberdayaan perempuan;
(4) Menurunkan angka kematian anak; (5) Meningkatkan kesehatan
ibu; (6) Memerangi
HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya; (7) Memastikan kelestarian lingkungan
hidup; (8) Mengembangkan
kemitraan global untuk pembangunan. Dalam
prosesnya, MDGs di
Indonesia dan dunia belum sepenuhnya tercapai.
Waktu 15 tahun untuk
mencapai MDGs dirasa kurang,
sehingga negara-negara anggota PBB melanjutkan kembali program tersebut dengan
nama SDGs atau Sustainable Development Goals pada September 2015
di New York. Indikator capaian
SDGs lebih detail dengan
tujuh belas poin dengan harapan pada tahun 2030 semua negara sudah bebas dari kemiskinan, semua anak mendapatkan
akses pendidikan yang berkualitas baik itu infrastruktur maupun kualitas sumberdaya manusianya, semua negara bisa menangani permasalahan iklim global dan berbagai
permasalahan lainnya terkait dengan keberlanjutan kehidupan serta kedamaian
bersama.
Berkaitan pertanggungjawaban Indonesia ke PBB tahun 2019 ini, Stube-HEMAT Yogyakarta turut ambil bagian untuk berbagi
dan mengumpulkan aspirasi serta permasalahan apa saja yang dihadapi teman-teman
muda di daerah,
karena 90% aktivis Stube HEMAT berasal dari luar Jawa.
Dari diskusi di sekretariat Stube-HEMAT Yogyakarta (31/03/2019) yang dihadiri kurang lebih delapan belas orang peserta dengan fasilitator Dr. Murti Lestari, M.Si selaku Board Stube-HEMAT, kendala terbesar yang sering ditemui adalah rendahnya kualitas pendidik yang mengakibatkan rendahnya sumber daya manusia. Kualitas guru, sarana prasarana, infrastruktur, jarak tempuh rumah ke sekolah menjadi kendala utama di banyak pulau dan daerah pelosok di Indonesia. Pemakaian bahan bakar yang tidak bisa diperbaharui seperti batu bara menjadi agenda dalam pemeliharaan lingkungan dan ekosistem untuk mencapai iklim yang ideal atau menurunkan emisi gas rumah kaca yang saat ini sudah berdampak pada naiknya permukaan air laut.
Dari diskusi di sekretariat Stube-HEMAT Yogyakarta (31/03/2019) yang dihadiri kurang lebih delapan belas orang peserta dengan fasilitator Dr. Murti Lestari, M.Si selaku Board Stube-HEMAT, kendala terbesar yang sering ditemui adalah rendahnya kualitas pendidik yang mengakibatkan rendahnya sumber daya manusia. Kualitas guru, sarana prasarana, infrastruktur, jarak tempuh rumah ke sekolah menjadi kendala utama di banyak pulau dan daerah pelosok di Indonesia. Pemakaian bahan bakar yang tidak bisa diperbaharui seperti batu bara menjadi agenda dalam pemeliharaan lingkungan dan ekosistem untuk mencapai iklim yang ideal atau menurunkan emisi gas rumah kaca yang saat ini sudah berdampak pada naiknya permukaan air laut.
SDGs baru berjalan 4 tahun, kita masih punya 11 tahun
lagi untuk bisa ikut terlibat ambil bagian dalam
setiap poinnya serta mendorong
pemerintah untuk memenuhi ketujuh belas
poin tersebut agar Indonesia bisa memenuhi indikator keberhasilan SDGs pada tahun 2030. (SAP).
Komentar
Posting Komentar