Mampir Sejenak di Griya Gusdur
Gus Dur atau
lengkapnya Dr. K.H. Abdurrahman Wahid, presiden keempat Indonesia yang sangat
terkenal dengan kecerdasan dan kerendahan hati dalam menyatukan bangsa
Indonesia melalui nilai-nilai kehidupan bermasyarakat, merupakan tokoh nasional
yang inspiratif.
Pada tanggal 15 Mei 2019, penulis berkesempatan ke Jakarta dan mampir ke Griya Gus Dur di jalan Taman Amir Hamzah. Rumah lama tersebut masih sangat kental dengan model arsitektur Belanda. Rumah tersebut, menurut Pak Hasyim, salah satu pekerja di Griya Gus Dur, merupakan rumah peninggalan ayah Gus Dur yakni K.H. Abdul Wahid Hasyim. Bisa dibilang rumah ini adalah rumah masa kecil Gus Dur yang menyimpan banyak kenangan dan juga ragam kisah perjuangan bagi Gus Dur.
Pada tanggal 15 Mei 2019, penulis berkesempatan ke Jakarta dan mampir ke Griya Gus Dur di jalan Taman Amir Hamzah. Rumah lama tersebut masih sangat kental dengan model arsitektur Belanda. Rumah tersebut, menurut Pak Hasyim, salah satu pekerja di Griya Gus Dur, merupakan rumah peninggalan ayah Gus Dur yakni K.H. Abdul Wahid Hasyim. Bisa dibilang rumah ini adalah rumah masa kecil Gus Dur yang menyimpan banyak kenangan dan juga ragam kisah perjuangan bagi Gus Dur.
“Gus Dur kecil
sudah tumbuh dan besar di rumah ini dan menjadi rumah belajar, diskusi sampai tempat
perumusan-perumusan kebijakan kenegaraan pun dilakukan di sini semasa Wahid
Hasyim masih menjabat sebagai menteri agama. Rumah ini sudah menjadi rumah
belajar sejak Gus Dur masih muda.” tutup
Pak Hasyim. Rumah yang sangat asri dipenuhi pepohonan yang rindang dan teduh
membuat nyaman bagi siapa saja yang berkunjung. Saat ini rumah ini telah
menjadi kantor beberapa yayasan yang dikelola langsung oleh keluarga Gus Dur
terkhusus keempat putrinya dengan jam buka pukul 09.00 WIB.
Rumah ini
diresmikan oleh istri Gus Dur, Shinta Nuriyah Wahid, didampingi keempat putrinya
yaitu: Alissa Wahid, Yenny Wahid, Anita Wahid, dan Inayah Wahid pada tanggal 24
Januari 2016 sebagai “Griya Gus Dur” yang menandai sejumlah tonggak penting
rumah pergerakan: peluncuran gusdur.net dan peluncuran Lumbung Amal Gusdurian. Dan
saat ini di Griya Gusdur terdapat sejumlah lembaga pelanjut perjuangan Gus Dur
seperti: The Wahid Institute (Sekarang Wahid Foundation), Yayasan Bani KH
Abdurrahman Wahid (yang menaungi Sekretariat Nasional Jaringan GUSDURian
Indonesia, Abdurrahman Wahid Center for Interfaith Dialogue & Peace
at University of Indonesia, Jaringan Kios Rakyat, dan Pojok Gus Dur), Yayasan
Teman Bangkit, dan Positive Movement. (http://wahidinstitute.org/wi-id/agenda/326.html)
Setiap sudut rumah ini menarik untuk dipelajari, terlebih mushola di belakang rumah yang berbentuk pendopo, bisa dipakai untuk sholat dan juga untuk diskusi. Terlihat jelas saat masuk ke dalam rumah tersebut banyak kata-kata bijak yang ditulis rapih dan dipajang di sana. Selain itu ada foto-foto keluarga Gus Dur dan beberapa foto lainnya. Di dalam rumah ini tedapat empat ruangan khusus yang dijadikan kantor bagi Alissa Wahid, Yenny Wahid, Anita Wahid, dan Inayah. Jika ada tamu atau kepentingan terkait institusi, maka mereka akan mengadakan pertemuan di ruang tersebut.
Saat masuk ke dalam ruangan-ruangan di dalam rumah ini pun auranya sangat terasa, begitu hidup dan penuh gairah. Semangat serta inspirasi kehidupan dari kedua tokoh besar Indonesia Wahid Hasyim dan anaknya Gus Dur yang ingin kembali digaungkan membuat rumah ini menjadi tempat berkumpulnya anak muda dari berbagai latar belakang, suku dan agama. Inilah Indonesia. (SAP)
Komentar
Posting Komentar