Lembata Pangge Bale (Lembata panggil pulang) Refleksi Eksposur Lokal oleh Mariano Lejap


Lembata Pangge Bale
(Lembata panggil pulang)
Refleksi Eksposur Lokal oleh Mariano Lejap


Liburan dan pulang kampung sepertinya sudah menjadi hal yang biasa-biasa saja bagi mahasiswa seperti saya yang merantau untuk kuliah di Yogyakarta. Ketika pulang sudah pasti akan terpengaruh kembali dengan atmosfir lokal sehingga rasa-rasanya seperti tidak ada perubahan pada diri saya. Aktivitas yang dilakukan setiap liburan hampir-hampir sama saja yaitu kembali ke kampung mengunjungi sanak saudara dan selebihnya berkumpul dengan teman-teman pemuda.




Liburan saya kali ini berbeda, sebagai peserta program Eksposur Lokal dari Stube-HEMAT Yogyakarta, dan anggota tim kerja Stube-HEMAT Yogyakarta saya tertantang untuk sesuatu yang berbeda. Liburan saya kali ini adalah liburan plus, plusnya adalah ikut berkontribusi untuk desa saya dengan membagikan ilmu komputer yang saya pelajari di kampus dan tentu saja hal ini membuat saya lebih dekat dengan masyarakat setempat dan lebih mengenal mereka.


Saat pertama kali saya menawarkan diri untuk membagikan ilmu kepada perangkat desa, mereka memberikan respon antusias, tetapi kesulitan ketika mulai menyusun agenda kegiatan pelatihan, dengan mengatakan tidak memiliki waktu kosong karena ada rapat perangkat desa, mengurus kebun dan acara keluarga. Namun demikian saya tidak menyerah. Untuk meyakinkan mereka, saya tetap menghubungi dan mengusulkan kegiatan diadakan di tempat terdekat mereka tinggal, meskipun saya harus melakukan perjalanan lebih jauh. Akhirnya kegiatan pelatihan komputer menggunakan Word, Excel dan Powerpoint berjalan dengan baik, meskipun hanya diikuti sebagian perangkat desa, tetapi ada bidan yang tertarik untuk mengikuti pelatihan.

Selain menjalankan pelatihan mengoperasikan komputer untuk perangkat desa, saya juga intens berkomunikasi dengan masyarakat mengenai usaha ekonomi masyarakat yang berasal dari sumber daya alam desa saya, salah satunya adalah budidaya rumput laut dan sarang walet. Dari dialog ini saya temukan hal baru tentang potensi desa saya dan kendala yang dihadapi masyarakat untuk mengembangkan rumput laut dan sarang walet. Ini wajar karena kenyatannya Sumber Daya Manusia di desa sangat terbatas, namun sebenarnya mereka punya kemauan untuk belajar.

Saya sebagai mahasiswa merasa puas dan bangga ketika saya bisa mengaplikasikan ilmu saya untuk perangkat desa dan mereka semangat untuk mempelajarinya. Saya mulai sadar dan prihatin karena tak sedikit anak muda dari desa saya yang sedang kuliah di perguruan tinggi dan disetiap liburan mereka kembali tetapi tidak memanfaatkan waktu dengan mentransfer ilmunya untuk masyarakat. Sebenarnya perangkat desa mengharapkan kontribusi positif dari mereka, para mahasiswa yang merantau untuk membangun desanya.

Semoga kegiatan saya ini bermanfaat dan kualitas perangkat desa semakin meningkat, khususnya dalam mengoperasikan komputer untuk melayani masyarakat dan menggugah kesadaran para mahasiswa dari desa saya untuk mengabdi kepada masyarakat melalui transfer ilmu pengetahuan mereka demi kemajuan bersama.

Komentar

Posting Komentar