Menjahit Kain Merakit Masa
Depan
Anak Muda Mandiri dari Menjahit
Kegagalan adalah kondisi
tidak tercapainya tujuan yang sudah ditetapkan dari awal. Hal Ini normal terjadi
dalam kehidupan, bahkan bisa dikatakan setiap orang pasti pernah mengalami kegagalan
dalam hidupnya. Tokoh-tokoh terkenal pun, tak luput dari kegagalan sebagaimana
tertulis dalam biografinya yang memuat kisah mulai dari perjuangan,
pengorbanan, kegagalan yang bertubi-tubi dan akhirnya meraih keberhasilan.
Kegagalan yang biasa dialami
mahasiswa seperti gagal dalam studi, gagal dalam berorganisasi, bahkan gagal
bertahan hidup, terlebih mahasiswa yang merantau. Pengalaman ini menjadi refleksi
dan memiliki makna baik sebagai batu loncatan untuk meraih keberhasilan. Dengan
perspektif yang benar, ketika semakin sering mengalami kegagalan, maka seseorang
akan semakin matang untuk menempa dirinya dengan berbagai keterampilan dan
kecakapan untuk mengatasi masalah, bahkan cara mengantisipasinya.
Kecakapan tambahan selain
pengetahuan dari kampus adalah salah satu strategi yang disampaikan dalam pelatihan
Belajar dari Kegagalan dengan tema Per Angusta Ad Augusta (dari Kesulitan
menuju Kemuliaan) yang diadakan oleh Stube-HEMAT Yogyakarta pada tanggal 18- 21
Oktober di Villa Taman Eden 1 Kaliurang. Berbagai strategi hidup yang muncul
dalam pelatihan ini merupakan ‘sharing’ pengalaman dari para peserta ketika
mereka mengalami kegagalan dan mencari jalan keluarnya.
Satu kelompok mahasiswa yang
terdiri dari Yoel, Maritjie, Thomas, dan Eri Kristian bersemangat untuk
memiliki keahlian dalam bidang menjahit, sebagai upaya untuk membuka peluang
mendapatkan tambahan uang saku. Yoel Yoga Dwianto selaku mahasiswa fasilitator,
sudah memiliki keahlian dalam membuat tas punggung dengan label Anakita Tas,
karena saat ini Yoel bekerja di perusahaan ini sebagai karyawan. Karena
kesukaannya berbagi dengan anak muda yang bersemangat untuk belajar, maka Yoel
sangat terbuka untuk siapa saja boleh belajar asalkan mempunyai kemauan dan
niat yang kuat. Ia melatih mereka memanfaatkan bahan sisa kain yang disediakan
oleh produsen tas tersebut. Mereka belajar mengoperasikan mesin jahit, membuat
pola pada kain memotong kain dan menjahit potongan kain. Peserta hanya
membutuhkan waktu dua kali pertemuan untuk menghasilkan satu buah tas
sederhana. Pada pertemuan pertama, peserta belajar mengoperasikan mesin, dan
menjahit kain bekas. Selanjutnya pada pertemuan kedua, peserta belajar menjahit
tas sendiri dan di akhir pembelajaran mereka membawa pulang tas hasil karya
masing-masing.
Kesulitan-kesulitan hidup
yang Yoel alami sebagai mahasiswa rantau dari Kotabumi Lampung yang sedang studi
di Yogyakarta, seperti keterbatasan biaya studi, pesimisme orang atas dirinya,
dan ditinggal ayahanda untuk selamanya karena sakit, sempat membuatnya cuti
kuliah untuk bekerja mengumpulkan dana supaya bisa melanjutkan kuliah. Banyak
hal dia lakukan, dari mengelola kebun sayuran, menjadi pemain jimbe profesional,
tukang potong rambut, sampai berjualan rambut reggae dan akhirnya menekuni
pembuatan tas. Kesulitan-kesulitan ini menempanya menjadi seseorang yang tangguh
dan tetap murah hati berbagi ilmu.
“Saya terbuka dengan
siapa saja yang mau belajar, tetapi saya juga menyaring siapa yang punya niat
dan keinginan mau belajar, karena percuma kalau seseorang tidak punya niat
untuk belajar tetapi saya paksa untuk belajar, akhirnya pasti tidak akan jadi.
Semangat saya adalah ketika melihat teman-teman punya minat, maka mari kita
belajar bersama”, ungkapnya.
Untuk teman-teman muda, terlebih
yang merantau ke Yogyakarta, seberapa pun berat kesulitan yang dihadapi ketika
studi saat ini, janganlah mudah menyerah, coba dalami apa penyebab kesulitan
dan cari solusinya dengan membekali diri dengan berbagai keterampilan agar bisa
melakukan hal baik lebih banyak. Salam, Per Angusta Ad Augusta (Mariano Lejap)
Komentar
Posting Komentar